Semua orang menyayangkan peristiwa kerusuhan di tanah Papua. Sejatinya kita tidak boleh melihatnya sebagai peristiwa yang biasa-biasa saja. Sentimen kedaerahan serta kesukuan menjadi faktor pencetusnya.Â
Ini fakta yang tidak bisa diremekan. Sebab situasi inilah yang bakal dipakai oleh kelompok separatis untuk mendapat dukungan luas dari masyarakat Papua.
Semua pihak tentu tahu tentang keadaan alam Papua dengan suku serta bahasa yang beraneka ragam. Pendekatan kesejahteraan ekonomi dan peningkatan sumber daya manusia serta otonomi khusus, sepertinya belum cukup ampuh mengubah rasa etnisitas orang Papua untuk menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia(NKRI).Â
Pendekatan kekerasan hanya akan menimbulkan bencana kemanusiaan dan konsekwensinya akan lebih parah. Karena itu, dibutuhkan pendekatan yang lebih humanis dan berkelanjutan sampai masyarakat Papua merasa sebagai orang Papua yang adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari Indonesia.
 Ini tentu bukan pekerjaan gampang, semudah saya berceloteh lewat artikel sederhana ini. Namun bukan berarti tidak bisa dilakukan. Agar hal ini bisa tercapai, hemat saya peran para tokoh masyarakat, tokoh agama, budayawan serta pihak-pihak terkait dengan pemerintahan sangat penting untuk dikedepankan. Â
Pesan-pesan kedamaian dan kesejukan mestinya lantang disuarakan. Pesan-pesan itu haruslah dalam nuansa kekeluargaan yang tinggi, yakni melihat orang lain atau sesama sebagai saudara dan saudari, sebagai kakak dan adik, sebagai bapak dan mama, sebagai om dan tanta/bibi, sebagai opa dan oma. Suasana kekeluargaan seperti inilah yang membuat kita bersatu dalam kemajemukan.
Karena sesungguhnya: "...kendati keaneka-ragaman pribadi, kebudayaan dan bangsa, semua manusia adalah benar-benar saudara dan saudari" (KGK 361). Jika semua pihak menyadari hal ini, niscaya ucapan-ucapan yang menimbulkan ketersinggungan serta ketersinggungan yang seharusnya tidak perlu, bisa diredam atau bahkan tidak terjadi.Â
Sikap mengakui kesalahan dan semangat memaafkan akan terasa menyejukan karena kita semua bersaudara yang tinggal dalam satu rumah besar dan mewah yang bernama Indonesia. Salam.