Mohon tunggu...
Yas Arman Prayatna
Yas Arman Prayatna Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ilmu untuk Hidup dan Hidup Untuk Ilmu

Baca apa yang harus dibaca, Berfikir apa yang semestinya difikir, dan kerjakan apa yang Harus untuk di Kerjakan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mencari Independensi Media, Menuju Pemilukada

16 Mei 2015   22:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:54 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Demokrasi di negara ini memang masih hanya berumur belasan tahun, mulai dari jatuhnya zaman orde baru yang sangat lama sekitar 32 tahun lamanya membuat bangsa ini mencari jati diri sistem mana yang harus dipilih menjadi sistem pemerintahannya. Muncul kemudian tahun pemilu 1999 presiden pertama hasil pilihan rakyat yaitu KH. Abdurrahman Wahid (alm.)

Kini sudah sekitar 15 tahun lamanya sudah dari awal sistem demokrasi di negara tercinta ini. Maka sebagai pemuda penerus bangsa harus kita tetap pertahankan semua peninggalan para pahlawan bangsa yang merelakan dirinya dalam membangun bangsa ini.

Berbicara dengan demokrasi di Negara ini, tidak lepas dari ingatan kita semua bahwa beberapa buln lalu Indonesia telah menyelesaikan 2 momentum besar yakni pemilihan umum legislatif dan dilanjutkan dengan pemilihan umum untuk wakil presiden dan wakil presiden yang kemudain menghantarkan pasangan Joko Widodo sebagai presiden RI ke-7 dengan Jusuf Kalla sebagai wakil presiden.

Jika kita melihat dan mengamati perjalanan pak Jokowi sebagai presiden memang sangat singkat. Dimulai dari keberhasilannya memimpin Kota Solo kemudian maju menjadi Gubernur DKI Jakarta dan mengakhiri perjalanannya kepada kursi orang nomor satu di negara ini itu berkat dari keberadaan media. Kenapa seperti itu, Apa yang telah dilakukan media? atau Seperti apa media yang menghantarkan pak Jokowi menjadi presiden RI? Pertanyaan demi pertanyaan mulai muncul yang itu semua membuat kita bersama menjadi bingung akan hal itu.

Definisi media

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dalam buku Sadiman Medoe/Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Sdangkan menurut Gagne dalam bukunya mendefinisikan media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan yang dapat merangsangnya untuk melakukan sesuatu. Terakhir Brigs dalam Sadiman berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan.

Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education association/ NEA) memiliki pengertian yang berbeda yakni Media adalah bentuk-bntuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Dari beberapa pendapat di atas terkait dengan Media, dapat diambil kesimpulan yakni Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian seseorang sedemikian rupa.

Jenis Media

1.Media Grafis (simbol-simbol komunikasi visual). Contoh media grafis antara lain gambar/photo, sketsa, diagram, grafik, kartun, poster, iklan koran, majalah, peta, papan flannel dan papan buletin.

2.Media Audio (dikaitkan dengan indra pendengaran). Contohnya antara lain radio dan alat perekam pita magnetik.

3.Media Audio Visual (dikaitkan dengan indra pendengaran dan penglihatan). Contohnya Televisi, Gedget dll.

Lalu apa sebenarnya hubungan antara media dengan sistem demokrasi di Indonesia hari ini?

Dalam masa perjalalanan politik bangsa ini, di Nusa Tenggara Barat (NTB)sesaat lagi kita akan memasuki kembali masa–masa pesta demokrasi untuk memilih kepala daerah (pemilukada) yang tersebar di tujuh (7) Kabupaten/ Kota, setelah hampir 5 tahun yang lalu pesta demokrasi itu di lasanakan, beberapa bulan kedepan tepatnya pada bulan Desember kita akan mulai merasakan hasil–hasilnya. Tidak dapat kita pungkiri lagi bahwa saat ini negara kita menganut sistem demokrasi yang semua wilayah pemerintahannya melakukan memilih pemimpinnya dilakukan pemilihan langsung oleh rakyat.

Pesta demokrasi pemilihan kepala daerah yang akan dilakukan ini, tidak akan pernah lepas dari publikasi kepada masyarakat yang juga untuk mengenalkan calon melalui kampanye maupun sosialisasi kegiatan pemilu melalui media. Pada awal tulisan sudah dipaparkan Pak Jokowi memenangkan kursi nomor satu di negara ini juga berkat dari media.

Media tidak bisa dilepas dari kegiatan kita sehari-hari, lahirnya pak Jokowi juga akibat dari peberitaan-pemberitaan prestasi dan kesehariannya yang sederhana dan bersahaja yang setiap hari di publikasikan oleh awak media baik media cetak maupun elektronik bahkan media sosial sehingga masyarakat terhegemoni dengan seluruh pemberitaan maka wajar jika ada sedikit pemberitaan bernada buruk kepada presiden kita ini maka rakyat tidak akan mudah percaya akibat dari efek media, maka tentunya media sangat berperan besar dalam mengangkat seseorang menjadi pemimpin terlebih-lebih lagi untuk sekelas pemilukada mendatang.

Keikut sertaan berbisnis dalam pesta demokrasi pun mulai banyak dilirik oleh pengusaha khususnya penyedia jasa iklan untuk calon-calon pemimpin di daerah. Data dari Survei Nielsen Media Research seperti dikutip dari buku Iklan dan Politik (2008) menunjukkan partai politik yang paling banyak beriklan di media massa pada Pemilu Legislatif tahun 2004 muncul sebagai pemenang pemilu. Lalu apa sebenarnya iklan politik itu?

Menurut Sigit Santosa dalam buku Creative Advertising, iklan politik adalah taktik penyampaian pesan, baik pesan verbal (visi dan misi) maupun pesan nonverbal (foto diri) melalui media yang didesain sedemikian rupa secara komunikatif guna menarik hati masyarakat atau vouters. Sejak pemilu di era reformasi, Iklan politik memang merupakan salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan popularitas calon pemimpin daerah agar nantinya dipilih masyarakat.

Jika kita melihat beberapa media massa khususnya media cetak terbesar di NTB sudah penuh dengan foto-foto dan calon para peimpin daerah dimasing-masing kabupaten/ kota dengan bahasa dan visi-misi yang beragam untuk menarik perhatian masyarakat. Belum lagi jika kita berkeliling di daerah masing-masing, pohon-pohon yang dulunya hijau dengan daun-daunnyamulai berubah warna menjadi hijau kekuning-kuningan, merah-kekuningan, merah bercampur hijau dan foto-foto yang nampak gagah dengan permakan oleh para ahli designer advertising masing-masing.

Dapat kita simpulkan bahwa ketika seorang tokoh dapat menguasai media maka kemungkinan besar pemenang pemilkuda dapat terlihat. Sebagai komsumsi media para pembaca pasti sudah punya gambaran masing-masing siapa hari ini di daerah masing-masing yang menguasai media maka kita tunggu itulah calon pemimpin kedepan.

Awal terjadi kebebasan ini memang mulai dari diresmikannya kebebasan pers setelah rezim orde baru berkuasa, secara tidak langsung mempengaruhi pola pikir dan arah gerak pers sebagai pusat informasi, terutama pada pilihan isu dan tema. Dari segi para calon maupun partai yang bertarung di ajang pemilukada tidak akan melepaskan kesempatan untuk merangkul media massa.

Dari sini peran pers menjadi sangat penting akan berlangsungnya pesta demokrasi di bangsa ini. Posisi dan independensi pers sebagai tonggak informasi dan kontrol sosial di masyarakat saat ini juga perlu dikontrol, karena apabila mereka mampu mempengaruhi media massa kemenangan akan lebih mudah diraih. Karena mereka akan membentuk citra diri dari sisimedia massa.

Pers pun seharusnya tetap bersikap netral dengan asumsi bahwa pers merupakan salah satu pilar dari berdiri tegaknya demokrasi di bangsa ini, apa bila pers sendiri telah melepas independensi dan netralitasnya maka demokrasi pun akan turut terganggu. Masyarakat yang hanya memandang dari satu sisi media massa dan kurangnya melek media di masyarakat akan berdampak kurang baik pada perkembangan demokrasi bangsa ini.

Selain pers pihak penyelenggarapun harus bertindak tegas dengan landasan regulasi yang sudah di tetapkan. Atuaran yang baru dalam pemilukada di sebutkan bahwa segala atribut kampanye calon akan di tanggung dan di buat oleh pihak penyelenggara maka harus tetap di kawal tidak menutup kemungkinan bahwa para calon akan mencuri start dalam meningkatkan elektabilitasnya dimasyarakat.

Akhir kata yang harus diingat adalah pemimpin yang mau berbuat untuk memegang harapan rakyat banyak adalah pemimpin yang semestinya lahir dari hasil pikiran dan hati rakyat bukan pemimpin yang menutup mukanya dengan topeng kepopuleran akibat yang di timbulkan media.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun