Mohon tunggu...
Ahmad Rizky fahriyanur
Ahmad Rizky fahriyanur Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hobi main gem, Kepribadian Suka ketenangan,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memahami Kehidupan Manusia melalui Sudut Pandang Teologis

2 Oktober 2025   05:06 Diperbarui: 2 Oktober 2025   09:47 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dari sudut pandang teologis, penderitaan bukan hukuman semata, melainkan undangan untuk bergantung pada Tuhan. Roma 8:28 menjanjikan bahwa "segala sesuatu cooperates for good bagi mereka yang mengasihi Tuhan." Bagi mahasiswa yang mengalami depresi atau bullying, perspektif ini menawarkan harapan melalui penebusan Kristus, di mana dosa dan penderitaan diatasi oleh salib.

Teologi juga mengkritik budaya konsumerisme modern, yang sering membuat mahasiswa terjebak dalam pencarian kesenangan instan. Sebaliknya, teologi mendorong etika hidup yang bertanggung jawab, seperti dalam ajaran Paulus tentang buah Roh Kudus (Galatia 5:22-23): kasih, sukacita, damai sejahtera. Dengan demikian, tantangan menjadi katalisator untuk transformasi, membantu mahasiswa membangun karakter yang kokoh.

Pada akhirnya, kehidupan manusia dipahami melalui hubungan. Teologi menekankan hubungan vertikal dengan Tuhan melalui doa dan ibadah, serta hubungan horizontal dengan sesama melalui kasih. Matius 22:37-39 merangkumnya sebagai berikut: "Kasihilah Tuhanmu... dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." 

Bagi mahasiswa di lingkungan kampus yang beragam, ini berarti membangun komunitas inklusif. Teologi keterikatan, seperti yang dikembangkan oleh Gustavo Gutirrez, menyoroti bagaimana kehidupan harus melibatkan perjuangan melawan Ketidakadilan itu kemiskinan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari dimensi spiritual, karena upaya mengatasi kemiskinan juga melibatkan nilai-nilai moral dan tanggung jawab sosial yang melekat pada keyakinan spiritual masyarakat. Hubungan ini juga mencakup pengampunan, yang esensial untuk kesehatan mental -- sesuatu yang sering diabaikan dalam kurikulum akademik. 

Di era digital, di mana isolasi semakin umum, teologi mengajak kita untuk autentik: berbagi cerita iman di media sosial atau kelompok belajar, menciptakan ruang di mana-mana kehidupan menjadi lebih bermakna.

Memahami kehidupan manusia melalui sudut pandang teologis bukanlah pelarian dari kenyataan, melainkan kunci untuk menavigasi kompleksitasnya dengan bijaksana. Bagi mahasiswa, perspektif ini memberikan landasan yang kuat: dari asal mula penciptaan hingga tujuan abadi, dari tantangan dosa hingga hubungan yang memulihkan. Seperti yang dikatakan CS Lewis dalam *Mere Christianity*, "Saya percaya pada Kekristenan karena saya percaya bahwa "Itu telah muncul: bukan hanya karena saya telah menyaksikannya, tetapi karena melalui keberadaannya saya dapat memahami segala sesuatu yang lain." 

Mari kita, sebagai pelajar, mengadopsi lensa teologis ini dalam studi dan sehari-hari kehidupan. Bacalah Alkitab secara penting, diskusikan dengan teman, dan terapkan dalam tindakan. Dengan demikian, kehidupan bukan lagi misteri yang menakutkan, melainkan petualangan ilahi yang penuh harapan. Undangan ini membuka lebar -- memulai hari ini untuk melihat dunia dengan mata baru.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun