Mohon tunggu...
Yanto Lengo
Yanto Lengo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Rohaniwan Katolik

人生は素晴らしい

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Lau Kewokot"

7 Desember 2021   14:54 Diperbarui: 7 Desember 2021   14:58 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Lau Kewokot"
Setiap daerah atau kebudayaan mempunyai pemahaman dan penghayatan yang berbeda-beda tentang kematian manusia. Dalam tulisan ini secara singkat kita mempelajari konsep kematian dalam budaya Lamaholot. Dalam budaya Lamaholot (suku-suku yang mendiami Flores Timur-Lembata dan bahkan Alor) menghayati kematian sebagai perpisahan jiwa dari badan. Manusia yang masih hidup disebut dengan "Ata diken" sedangkan roh atau jiwa yang sudah meninggal disebut "Kewokot". Saat meninggal roh-jiwa (kewokot" akan berpisah dengab manusia (ata diken). Melalui kematian jiwa akan pergi dan mendiami suatu tempat yang baru yang dikenal dengan sebutan "Lau Kewokot". Di "Lau Kewokot" akan terdapat   tempat peristirahat kekal atau keselamatan abadi. Di "Lau Kewokot" mereka yang telah meninggal akan bersatu dengan para leluhur yang terlebih dahulu meninggal dan juga bersatu dengan wujud tertinggi yang dalam bahasa Lamaholot dikenal dengan sebutan "Lera Wulan, Tana Ekan".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun