Mohon tunggu...
Budiyanti
Budiyanti Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pensiunan guru di Kabupaten Semarang yang gemar menulis dan traveling. Menulis menjadikan hidup lebih bermakna.

Seorang pensiunan guru dan pegiat literasi di Kabupaten Semarang.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mengenang Jejak-jejak Lama

11 November 2022   13:29 Diperbarui: 11 November 2022   13:38 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengenang Jejak-jejak Lama

Beberapa hari lalu ada undangan dari Mbak Lik, teman dulu ketika kami sama-sama dalam satu tempat yaitu di SMPN1 Sumowono. Ia bukan guru tetapi sebagai pekerja yang mengurusi minuman para guru dan karyawan. Tak dikira kini Mbak Lik, yang dulu pernah momong anak saya sebelum bekarja di sekolah. Alhamdulilah persaudaraan tetap terjalin dengan baik sampai saat ini. Dengan undangan itu saya pun bisa mengenang jejak-jejak lama. Saya bisa mengenang kembali saat saya tinggal di lereng Gunung Ungaran.

Usai salat duhur, kami berempat memulai perjalanan ke Sumowono. Undangan acara pernikahan pada pukul 13.00. Jadi, perkiraan kami pas sesuai undangan. Udara saat siang agak mendung. ketika mobil kami sampai di Bandungan. Tampak mendung menggantung di langit Bandungan, tempat wisata yang tidak asing lagi. Mulailah saya dan suami menyusuri jejak-jejak lama.

Perjalanan dari Ambarawa --Sumowono adalah jejak --jejak yang kami lalui sekian puluh tahun sebagai guru. Kini, jalan ini kami lalui. Bandungan kini berubah total. Biasanya sampai pertigaan menuju sumowono jalanan macet. Kini lancar jaya. Pasar bunga dan pasar umum sudah pindah tempat. Dulu jalan tersebut ramai para penjual bunga hias, bunga tabur dan aneka jajanan gorengan di jual di pinggir jalan. Kini sepi. Pasar pun sudah berubah menjadi taman yang belum rampung karena tempak sana-sani belum tertata rapi.

Selanjutnya sampai jalan dekat tempat saya ngontrak rumah. Ternyata desa tersebut sudah ramai. Mata tak berkedip ketika rumah-rumah berdiri dengan megah. Perubahan zaman menjadikan suasana baru. Kini sampailah kami di pasar Sumowono. Beberapa waktu lalu sempat masuk pasar bersama teman. Ya, sekadar ingin mengenang saja. Ternyata pasar yang dulu berbeda jauh. Sesaat ingatan saya saat masih bujang sering ke pasar untuk cari jajanan. Hemm lama sekali.

Tampak dari kejauhan ada masjid yang berada di samping rumah kos. Masjid yang menjulang tinggi tampak kokoh. Ah, dulu setiap kali saya salat di Masjid itu. Hujan masih mengguyur desa Sumowono. Memori masa lalu kembali hadir. Usai mengambil pesanan, kami berempat menuju rumah Mbak Lik. Ketika lewat sekolah, ada rasa lain. Di tempat itulah saya mengawali karier sebagai guru. Berbagai kisah ada di sekolah itu. Selanjutnya sampailah kami di rumah Mbak Lik. Hujan masih mengiringi ketika kami masuk rumah. Suara nyanyian bergema amat keras. Tenda rumbai-rumbai warna kuning membuat makin semarak acara yang akan kami masuki.

Peluk hangat dengan Mbak Lik dan Ibunya menjadikan ingatan saya pada puluhan tahun lalu. Dua sosok yang pernah membantu mengasuh anak. Senyum mengembang para penerima tamu sambil saling menyapa.  Beberapa tetangga lama ada yang masih ingat, ada yang lupa.

Pertemuan dengan guru sumowono pun tak terelak lagi. Hanya beberapa yang seangkatan. Sebagian besar adalah guru baru. Kami pun bisa bertemu dalam satu ruangan untuk makan bersama. Hanya sesaat saja kami bisa ngobrol. Kami pun pamit dan meninggalkan tempat perhelatan. Suara lagu terus mengalun merdu. Hingga akhirnya sampailah di tempat parkir mobil. Sengaja saya menuju ke depan rumah kos yang saya tempati dulu. Hemmm rumah yang belum banyak berubah. Selama dua tahun kami membesarkan ketiga anak kami. Menjadi kontaktor ( orang yang mengontrak rumah) sampai tiga kali sebelum mempunyai rumah sendiri.

Mengenang jejak lama menjadikan kami bersyukur. Betapa besar perjuangan membesarkan ketiga anak yang masih kecil di usia pernikahan lima tahun. Membayangkan hal itu jadi merasa heran sendiri. Kok bisa ya. Semua telah berlalu. Kisah yang penuh liku kini menjadi memori yang tak akan hilang. Kini tinggal menikmati masa tua bersama anak-anak yang sudah menjalankan kehidupan baru bersama keluarga. Alhamdulillah semuanya sehat. Jejak lama masih terukir indah yang masih tersimpan rapat.

Ambarawa, 10 November 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun