Tren yang ekstensif mengakibatkan perlunya dipikirkan kembali oleh 100 juta orang pekerja di 8 negara tersebut untuk berganti pekerjaan di tahun 2030. Secara keseluruhan, diperkirakan ada 12% peningkatan transisi tenagar kerja dari estimasi sebelum terjadinya pandemi dan ada 25% lebih banyak transii tenaga kerja di negara maju. Pekerja tanpa gelar sarjana, berjenis kelamin perempuan, etnik minoritas, dan anak-anak muda mungkin paling terkena dampaknya. Pangsa pekerjaan di tipe pekerjaan berupah rendah diperkirakan menurun pada tahun 2030 untuk pertama kalinya, namun pekerjaan berupah tinggi dalam layanan kesehatan dan profesi STEM akan terus berkembang.
5. Pelaku bisnis dan pembuat kebijkan dapat mempercepat adopsi pekerjaan yang sudah jelas sebelum COVID-19 untuk dilakukan di masa depan.
Perusahaan memiliki kesempatan baru untuk menata kembali bagaimana dan di mana pekerjaan itu dilakukan, memikirkan secara menyeluruh bidang pekerjaan spesifik dan aktivitas pekerjaannya. Penempatan ulang para pekerja perlu dilakukan cepat dan efektif, misalnya dengan merekrut dan melatih ulang berdasarkan keterampilan dan pengalaman dibandingkan dengan hanya melihat gelar akademiknya. Pembuat kebijakan mungkin akan mempertimbangkan untuk memprioritaskan akses yang setara terhadap infrastruktur digital dan cara baru menciptakan mobilitas kerja. Oleh karena pangsa tenaga kerja mandiri terus bertumbuh, mungkin dibutuhkan lebih banyak inovasi untuk memastikan penerimaan manfaat oleh mereka. Pandemi pada akhirnya akan menghilang, namun kelincahan beradaptasi dan kreativitas pembuat kebijakan serta pelaku bisnis yang telah terbukti selama masa krisis masih perlu dilanjutkan untuk menemukan respons efektif terhadap tantangan tenaga kerja yang terus membayangi.
Sumber rujukan: McKinsey Global Institute, The Future of Work After COVID-19. February 2021.