Mohon tunggu...
Yanti
Yanti Mohon Tunggu... Administrasi - Dream until your dream come true

instagram: @yanti_id

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Wisata Alam Budaya Nusa Penida

20 Desember 2017   16:05 Diperbarui: 20 Desember 2017   16:26 1008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tepat jam 8 pagi WITA, pesawat yang membawa saya dari Jakarta mendarat di bandara Denpasar Bali. Saya sengaja memilih penerbangan pertama, meskipun harus rela berangkat dari rumah jam 3 pagi supaya tidak ketinggalan pesawat. Dari bandara saya langsung menuju ke pelabuhan Sanur. Rencananya saya akan menyeberang ke Nusa Penida menggunakan fastboat yang jadwalnya berangkat sekitar jam 10 pagi.

Tiba di Sanur, pelabuhan penyeberangan terlihat cukup ramai. Saya segera mencari operator fastboat yang berada di tepi pantai Sanur. Dari beberapa operator yang saya datangi, ternyata untuk keberangkatan jam 10 pagi, tiket sudah ludes terjual. Saya memang belum memesan tiket sebelumnya. Akhirnya saya memesan tiket untuk keberangkatan jam 1 siang. Sambil menunggu waktu penyeberangan, saya berkeliling menikmati pantai Sanur.

Pelabuhan penyeberangan Sanur
Pelabuhan penyeberangan Sanur
Penyeberangan menuju Nusa Penida hanya memakan waktu sekitar setengah jam. Ada beberapa dermaga untuk berlabuh, kebetulan kapal yang saya tumpangi berlabuh di dermaga Banjar Nyuh, Nusa Penida. Hari ini saya akan langsung menjelajah Nusa Penida bagian Barat dengan menggunakan motor. Keluar dari dermaga, saya sudah disuguhi pemandangan pohon-pohon kelapa yang sangat menyejukkan. Kondisi jalan yang saya lalui berbanding terbalik dengan pemandangan sepanjang jalur menuju Broken Beach. Jalanan rusak, berlubang dan licin, sehingga pengendara harus berhati-hati memilih jalur yang aman. Apalagi pemilik motor yang saya sewa tidak menyediakan helm. Bagi yang belum jago mengendarai motor, lebih baik menyewa driver untuk mengantar berkeliling di Nusa Penida.

Broken beach merupakan pantai dengan pemandangan batu karang yang bolong, mungkin karena hempasan ombak yang cukup keras, sehingga membuat batu karang menjadi hancur dan bolong. Tidak jauh dari pantai ini, terdapat pantai Angel Billabong. Kita dapat menyaksikan hempasan ombak yang cukup besar menghantam batu karang. Jangan membayangkan pantai dengan pasir putih di Angel Billabong. Garis pantainya berupa bebatuan karang dan terdapat kolam alamiah di bebatuan karang tersebut.

Angels Billabong
Angels Billabong
Hari semakin sore, saya segera pindah ke pantai terakhir yang akan saya kunjungi untuk menikmati sunset, yaitu Pantai Kelingking. Pantai ini cukup unik, terdapat bukit yang menjorok ke laut, kalau saya lihat lebih mirip dinosaurus dibanding kelingking. Kita bisa menikmati pemandangan dari atas atau turun ke bawah untuk menikmati pantainya.

Matahari mulai turun dan semakin gelap, saatnya untuk istirahat menuju penginapan. Seharian berkeliling membuat badan mulai terasa pegal namun saya tidak khawatir karena Geliga Krim yang selalu ada di tas saya. Saya segera mengoleskan Geliga Krim di kaki dan badan yang terasa pegal, supaya esok hari siap untuk berkeliling lagi di Nusa Penida bagian Timur.

Pantai Kelingking
Pantai Kelingking
Esok paginya, saya terbangun sekitar jam 5 pagi. Saya sengaja bangun pagi, karena ingin berkeliling di sekitar penginapan untuk menikmati sunrise. Badan sudah segar kembali berkat Geliga Krim.

Di pantai timur Nusa Penida ini kita dapat menjumpai petani rumput laut. Pagi hari biasanya petani memanen rumput laut, untuk kemudian dijemur. Ada 2 jenis rumput laut yang ditanam, yang berwarna merah dan hijau. Rumput laut tersebut dijemur hingga kering dan berwarna putih. Biasanya digunakan untuk bahan kosmetik atau bahan baku obat.

Petani rumput laut
Petani rumput laut
Hari ini saya akan menjelajah bagian Timur Nusa Penida, yaitu ke pantai Atuh. Kondisi jalan menuju pantai tidak jauh berbeda dengan pulau bagian barat. Jalan banyak rusak dan kadang tidak ada petunjuk arah yang jelas. Ada beberapa titik untuk menikmati pantai Atuh. Titik pertama adalah lokasi dimana terdapat penginapan di atas bukit. Dari lokasi ini, kita dapat menikmati pantai dari atas. Tidak ada pagar pembatas di pinggir tebing, jadi pengunjung harus berhati-hati. Lokasi berikutnya adalah pantai Atuh, namun kita harus menuruni bukit sekitar 15 menit untuk sampai ke pantai. Sudah ada tangga semen yang disediakan meskipun ada beberapa anak tangga yang curam dan terlalu tinggi.

Pulau Seribu
Pulau Seribu
Titik pemandangan berikutnya adalah Pulau Seribu, lokasinya sekitar 10 menit naik motor dari Pantai Atuh. Pemandangan di pulau Seribu mirip dengan bukit Piaynemo di Raja Ampat, berupa pemandangan bukit-bukit kecil di tengah laut. Kita bisa menuruni bukit menuju rumah pohon yang berada di ujung bukit. Berbeda dengan pantai Atuh, belum ada tangga permanen di pulau Seribu.

Setelah puas menikmati pemandangan pantai, saya kemudian mengunjungi desa Pejukutan. Nusa Penida terkenal dengan kain khasnya yaitu kain rang rang dan kain endek. Pusat pembuatan kain ini di Desa Pejukutan. Hampir di setiap rumah kita dapat menjumpai mesin tenun manual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun