Mohon tunggu...
Yani Nur Syamsu
Yani Nur Syamsu Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Biografometrik Nusantara

Main ketoprak adalah salah satu cita-cita saya yang belum kesampaian

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tsunami - Sarumpaet, Observer Effect atau Grand Design

6 Oktober 2018   12:14 Diperbarui: 6 Oktober 2018   13:30 1057
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua tsunami dahsyat baru saja melanda Republik ini secara berurutan. Pertama, terjadi Jum'at sore (28/09/2018), menghantam  Palu-Donggala-Sigi dan sekitarnya, mengakibatkan kerusakan fisik yang sangat parah dan menelan korban sekitar 1500 jiwa dan kemungkinan masih akan terus bertambah. "Tsunami" kedua, bersekala nasional dan terjadi secara bertahap. 

Dimulai dari  Ratna Sarumpaet (RS), seorang aktivis perempuan senior  yang mengaku telah dipukuli oleh beberapa lelaki tak dikenal. Seturut dengan pengakuan yang menggemparkan publik itu, calon Presiden nomor urut 2, Letnan jenderal (purn) Prabowo Subiyanto langsung mengadakan konferensi pers, dengan formasi resmi dan lengkap, dan menyatakan bahwa penyerangan itu merupakan tindakan represif. 

Penggunaan diksi "represif" tentu mengacu kepada siapa pihak yang disasar dengan pernyataan itu. Para politisi pendukungnyapun beramai ramai mengungkapkan kegeramannya dan menuntut Polri untuk segera menangkap para pelaku.

Yang patut disyukuri,  Polri dalam waktu kurang dari 2 kali 24 jam berhasil mengumpulkan bukti bukti kuat yang akhirnya bisa "memaksa" RS untuk mengakui bahwa pernyataannya adalah hoak belaka. Banyak yang berpendapat bahwa jika polri gagal mengelola kasus ini dengan baik, maka dampak tsunami Sarumpaet akan jauh lebih mengerikan dari pada Tsunami Palu. 

Dampak itu bisa dilokalisir hanya pada terbongkarnya karakter asli dari beberapa elit politisi nasional yang kembali beramai-ramai memohon ma'af kepada publik setelah sebelumnya dengan berapi api menyatakan betapa buruknya demokrasi yang dijalankan pemerintah saat ini karena membiarkan terjadinya kekerasan terhadap seorang aktifis perempuan sepuh.

Banyak yang heran bagaimana mungkin seorang mantan  Pangkostrad dan Komandan Jenderal Kopasus, Professor Doktor Amien Rais dan banyak  tokoh hebat disekelilingnya bisa begitu mudah menerima informasi yang belum jelas validitasnya ? Tanda tanya menjadi semakin besar ketika diketahui bahwa RS yang ditangkap polisi ketika sudah siap terbang ke Chile, dan "kegiatan" kerja seni keluar negeri itu dibiayai penuh oleh pemprov DKI atas rekomendasi gubernur DKI, Profesor Doktor Anies Baswedan. 

Menurut hemat penulis,   tsunami -Sarumpaet kemungkinan disebabkan oleh salah satu dari dua hal. Pertama, fenomena observer effect, dampak pengamat dan kedua adanya skenario besar terkait kompetisi pemilihan presiden 2019.

Sebagai sebuah konsep dasar ilmu psikologi modern  Observer effects  menyatakan bahwa harapan, keinginan dan sugesti yang terkandung dalam pikiran seseorang akan sangat mempengaruhi persepsi dan interpretasinya terhadap sesuatu yang diamati atau suatu informasi yang diterima. 

Menurut Francis Bacon (1952) fenomena ini tersusun atas selective attention (kecenderungan pengamat untuk mencari informasi-informasi tertentu dan mengabaikan informasi yang lain) dan confirmation bias (kecenderungan seseorang untuk menguji hepotesisnya dengan lebih mementingkan pencarian data-data yang mendukung dari pada bersusah payah menemukan data-data yang menolak).

Observer effects baik disadari maupun tidak, selalu melekat pada semua orang bahkan pada ilmuwan legendaris seperti Sir Isac Newton. Newton tidak pernah melaporkan adanya garis-garis serapan pada spektrum cahaya yang dilewatkan pada alat prisma optik yang digunakannya. Kenapa Newton gagal mendeteksi adanya garis-garis yang kasat mata dan jelas kelihatan itu ?! Alasan yang paling kuat adalah karena bapak fisika modern itu meyakini bahwa secara teoritis fenomena garis-garis serapan tidak pernah maujud.(Edwin G.Boring, 1962)

Begitulah observer effect membuat seseorang menjadi tidak jeli, tidak teliti dan tidak waspada serta sangat mudah membenarkan informasi yang diterimanya, terutama apabila informasi ini cocok dengan kata hati.  Namun demikian jika tsunami-Sarumpaet disebabkan oleh "kuasa observer effect" pada Prabowo dan tim, maka lakon sandiwara hoak ini harus murni disutradarai dan dibintangi oleh Ratna Sarumpaet sendiri tanpa keterlibatan orang atau pihak lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun