Mohon tunggu...
Badriah Yankie
Badriah Yankie Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk keabadian

Badriah adalah pengajar bahasa Inggris SMA yang menyukai belajar membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menaikkan Gengsi Bahasa Sunda

27 Januari 2017   17:21 Diperbarui: 27 Januari 2017   17:24 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Fakta
Tidak sedikit para orangtua (notabene orang Cianjur) yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama dan bahasa lbu. Alasan yang mendasarinya karena mereka tidak menguasai undak usuk (aturan penggunaan bahasa berdasarkan level, tenor), bahasa Sunda sulit, khawatir tidak memahami bahasa Indonesia ketika masuk sekolah formal, dan bergengsi jika anaknya bisa berbahasa Indonesia.

Posisi bahasa Sunda di Cianjur, sebagai bahasa daerah, bahasa lbu untuk penduduk asli Cianjur, kini tergeser oleh bahasa persatuan dan bahasa pergaulan internasional.
Padahal contoh membuktikan bahwa penggunaan bahasa daerah tidak membuat sebuah daerah atau negara menjadi berskala lokal atau terisolasi. Sebagai contoh nyata adalah Jepang.

Jepang menggunakan bahasa Jepang sebagai bahasa lbu, bahasa di rumah, bahasa  pergaulan, dan bahasa formal di sekolah, misalnya. Namun tidak demikian dengan kasus Cianjur. Sebagian keluarga masih menggunakan bahasa Sunda di rumah, menggunakan bahasa Indonesia di pergaulan dan sekolah, beranjak ke bahasa Inggris dan asing lainnya untuk komunikasi global.

Solusi
Bahasa Sunda dapat berjaya seperti halnya bahasa Jepang. Namjn untuk mewujudkan kejayaan bahasa Sunda perlu upaya dan dukungan.
Pertama, jadikan bahasa Sunda sebagai bahasa pengantar di sekolah. Cara ini menjadikan bahasa Sunda sebagai bahasa pengantar ilmu pengetahuan. Dan menjadikan bahasa Sunda sebagai bahasa yang digunakan untuk mencatat dan mengkomunikasikan pengetahuan. Sampai SD kelas 6, gunakan bahasa Sunda sebagai bahasa pengantar pendidikan. Pemerintah harus mengawal keterlaksanaan hal ini dengan menggunakan otonomi daerahnya.

Kedua, gunakan bahasa Sunda dalam bahasa pergaulan dan pertemuan formal yang dilakukan oleh para pejabat. Bupati dan Gubernur yang menggunakan bahasa Sunda menjadi model pengguna bahasa Sunda. Bupati pidato dalam bahasa Sunda, Gubernur pidato dalam bahasa Sunda. Bukan untuk mengundang decak kekaguman, namun untuk menjadi role model yang harus ditiru seluruh warga.

Ketiga, buka kursus dan pelatihan bahasa Sunda. Ajarkan kembali dan contohkan lentong, rengkuh, pasemon. Lentong adalah intonasi yang khas dalam bahasa Sunda. Misalnya untuk greeting dengan rumus tidak lebih dari 3 kata, misalnya Bade angkat kamana? Lentong jatuh pada suku kata ke-2 dari akhir dengan cara dipanjangkan. Rengkuh adalah posisi tubuh pada saat berbicara dan pasemon ada mimik atau wajah pada waktu berkomunikasi.

Bahasa Sunda harus menjadi bahasa penghela ilmu pengetahuan, pergaulan, dan kegiatan formal sehingga nilai kebahasaanya naik. Agar hal ini terwujud perlu dukungan pemerintah daerah.

Dengan eksistensi bahasa Sunda sebagai bahasa pengantar pendidikan atau menjadi penghela ilmu pengetahuan, gengsi bahasa Sunda naik. 

Selanjutnya dengan para pejabat menggunakan bahasa Sunda dalam suasana formal, juga mengakibatkan gengsi bahsa Sunda naik. Alasan bahasa Sunda tidak dapat dipakai pidato, termentahkan. Pun, ketika bahasa Sunda digunakan dalam acara formal seperti di sidang-sidang perdata/pidana. Tak ayal bahasa Sunda dianggap bahasa yang selevel dengan bahasa lain yang dapat digunakan dalam kegiatan formal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun