Mohon tunggu...
Badriah Yankie
Badriah Yankie Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk keabadian

Badriah adalah pengajar bahasa Inggris SMA yang menyukai belajar membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kartu

1 April 2019   19:46 Diperbarui: 1 April 2019   20:15 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

One-piece dress pink tua membalut tubuhmu menyembunyikan sejarah bekas kehamilan yang kamu katakan telah mencabik ramping pinggangmu. Tubuhmu tidak mengatakan bahwa telah pernah ada jabang bayi yang pernah menjadi bagian siang dan malammu selama sembilan bulan. 

Kamu sangat cantik. Membuatku berdebar ketika kutahu warna matamu tidak sekelam fotomu yang kulihat pada Facebook yang mempertemukan kita. Pasti kamu menghabiskan waktu berjam-jam memilih baju agar aku terpesona kepiawaianmu menyembunyikan bekas jejak kehamilan. Kamu juga pasti telah merencanakan agar aku tak bisa melepaskan pandanganku dari lekuk garis bibirmu yang kau tegaskan dengan warna pink tua senada dengan bajumu.

"Kamu harus tahu bahwa aku penasaran seperti apa wajahmu diluar kotak hape," katamu, alismu mengangkat, memaksaku untuk mengakui bahwa akupun penasaran dengan rupamu di luar layar laptop. Kamu pasti yang lebih penasaran. Katamu tadi di WA, kamu mau buka kartu. Aku tidak pernah bermain kartu. Memang aku mengizinkan teman sekosku bermain cangkulan, 41, atau Capsa Susun, tapi aku tidak pernah gabung. Aku tidak suka asap rokok, juga tidak paham kenapa harus ribut gara-gara beda poin.

"Aku berkesimpulan kamu orang baik,"

"Maksudmu?"

"Kayanya kamu bukan laki-laki mata keranjang," senyummu melebar, tanpa mempedulikan pelayan menyimpan air jeruk hangat yang katanya kesukaanmu, kamu berkata, "Aku bersedia jadi istrimu."

Darahku naik ke ubun-ubun dan berebutan mendapat tempat di vena-venaku sehingga membuat pipiku kemerahan. Kamu sangat agresif, sangat berani. Aku suka perempuan yang mengambil pokok pembicaraan. Pipiku semakin panas, kamu mengetahui jika aku pemalu sehingga aku tak punya nyali menawarkan diriku sendiri untuk menjadi suami.

"Secepat ini kamu mengajak menikah?" tanyaku. Kamu pasti telah bosan mengurusi bayi sendirian. Suamimu, katamu, meninggalkanmu tanpa memberi aba-aba dan tanpa laba. Kamu bermodalkan facebook menggapai-gapai mencari ayah tiri untuk sesekali mengistirahatkanmu dari urusan bayimu. Kamu pandai membuatku trenyuh dan iba dengan memajang foto bayi yang kau peluk di dadamu.

Aku melihat diriku sendiri menjadi lelaki hebat. Sekali tepuk dua lalat. Aku menikahi seorang perempuan dan langsung menjadi ayah. Kamu akan memujiku sebagai lelaki setengah dewa yang bersedia menerima kamu apa adanya. Kamu dan anak balitamu. Kamu akan bercerita pada semua orang betapa mulianya hatiku yang menyayangi anakmu seperti darah dagingku sendiri. 

Kamu akan memasang foto di facebookmu, foto kita berdua dan di antara kita ada anak balita. Kamu akan mengunggah kegiatan sehari-hari kita di facebook sehingga teman-teman sekosku akan terkaget-kaget betapa beraninya aku menikahi janda beranak satu. Teman-teman sekerjaku akan tanpa pikir panjang memencet like gantu love ganti like diikuti GIF the Simpsons untuk meledekku.

Menikah tujuannya untuk berketurunan. Aku, tanpa harus bersusah payah telah disediakan anak. Mengapa kisah pernikahanku begitu sederhana. Inikah jawaban terhadap semua kenapa yang setiap malam kuajukan pada Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun