Dua hari lalu saya dicurhati oleh Mbak Anah yang sedang bersusah hati karena keponakannya hamil di luar nikah. Terakhir dia ketemu keponakan sebulan lalu sewaktu bertandang ke rumah orang tuanya yang tinggal di lain kecamatan. Waktu itu body si keponakan sudah menggemoy, tapi dia belum curiga karena pikirnya gak mungkinlah sang keponakan melakukan hal aneh-aneh.
Lalu hari-hari berikutnya Mbak Anah memperhatikan lagi keponakannya. Akhirnya selama tiga hari Mbak Anah ndedes (menginterogasi) keponakannya yang akhirnya mengaku hamil. Oleh Mbak Anah si keponakan dibawa ke bidan. Kaget bukan kepalang ternyata kehamilan itu sudah 33 pekan.Â
Itu berarti kandungan si keponakan sudah 8 bulan. Selama 8 bulan dia menyembunyikan kehamilannya. Selama hamil si keponakan juga tetap pulang-pergi Magelang-Yogya untuk bekerja di pabrik traktor sebagai admin. Jadi tidak ada yang ngeh kalau dia hamil.
Asah Asih Asuh
Sejak usia 3 bulan, si keponakan diasuh oleh mbah uti dan mbah kakungnya yang adalah orang tua Mbak Anah. Ke mana orang tuanya? Bapak-ibunya kerja di Tangerang dan memberi uang Rp700rb per bulan untuk biaya hidup si keponakan. Sampai di usia 21 dan hamil, si keponakan masih tinggal bersama mbah uti dan mbah kakungnya.
Padahal, mbah uti dan mbah kakung punya 7 anak yang dulu susah payah mereka asuh karena keterbatasan ekonomi. Setelah beranjak besar, tega-teganya salah satu dari 7 anak itu menyerahkan bayinya untuk diasuh mbah uti dan mbah kakung. Mbak Anah juga sangat menyesalkan ini. Dia bilang, "Dia kasih anaknya ke Mak'e dan Pak'e aja udah salah, sekarang anaknya hamil, kok, bisanya ngamuk doank, gak kasih solusi apa-apa."
Anak yang terpisah dari orang tuanya yang masih hidup akan merasakan lubang dalam hatinya. Hati yang merindukan kasih sayang dan penampakan sosok orang tua setiap harinya. Hampir bisa diduga di relung hatinya dia pernah bertanya kenapa orang tuanya malah menyerahkan dirinya ke mbah daripada mengasuhnya sendiri.
Menurut HaiBunda, efek samping anak yang diasuh oleh kakek-neneknya adalah cenderung keras kepala, sulit mengikuti peraturan, sulit fokus di sekolah, dan cenderung sulit mengontrol emosi.Â
Ini bukan berarti kakek dan nenek kurang cakap dalam mengasuh, melainkan karena adanya perbedaan pola asuh dengan orang tua yang tinggal berjauhan dengan anak.Â
Karena itu bisa jadi si keponakan mau saja diajak uwuk-uwuk sama pacarnya. Padahal secara logika, si pacar masih bau kencur. Saat mereka uwuk-uwuk 8 bulan lalu, si pacar masih sekolah di kelas 12. Situasi dan kondisi mungkin masih masuk logika kalau si pacar sudah dewasa, punya pekerjaan, dan tampan. Lha ini masih bocah.
Meski begitu, saya salut sekaligus terenyuh dengan sikap keluarga Mbak Anah menghadapi situasi sulit ini. Mbak Anah beserta 5 saudara-saudarinya menangis dan minta maaf kepada keponakan yang hamil itu. Mereka bilang, "Wes kadung meh piye neh. Lek ndak dipresakke mesakke bayine." Artinya, sudah telanjur, mau gimana lagi, kasihan bayinya kalau tidak diperiksakan (ke bidan).
Mereka tidak kecewa dan marah terhadap si keponakan, melainkan menjaga dan melindunginya dari orang tua si keponakan yang saking marahnya, sampai membuat keluarga besar Mbak Anah siaga andai orang tuanya melampiaskan angkara murka ke si keponakan.