Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Istri petani. Tukang ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Pascadebat Ketiga, Saatnya PDIP Move-on dan Memakai Karakter Ganjar

8 Januari 2024   14:25 Diperbarui: 9 Januari 2024   09:34 2834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Capres nomor urut tiga Ganjar Pranowo menyampaikan pandangannya saat debat ketiga Pilpres 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/1/2024). Debat kali ini bertemakan pertahanan, keamanan, hubungan internasional, globalisasi, geopolitik, dan politik luar negeri. (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra via kompas.com) 

Ganjar Pranowo sudah meraja di hati rakyat dibuktikan dari hasil survei elektabilitas sejak tahun lalu-sampai sebelum Gibran jadi cawapres-yang terus bertengger di puncak. Akan tetapi, PDIP terlena dengan Jokowi effect yang menyebabkan mereka gagal move on walau sudah di PHP dan di-ghosting Jokowi dan anak-anak serta menantunya.

PDIP masih berharap Jokowi kembali walau keberpihakannya tersurat untuk anaknya yang jadi cawapres koalisi sebelah. Sampai elektabilitas Ganjar anjlok pun PDIP masih harap-harap cemas berharap Jokowi tetap banteng.

Nempel Jokowi Sana-sini

Pascadebat kemarin sebetulnya momen yang pas buat PDIP untuk move on dari kader unggulannya, Joko Widodo. Sebelumnya banyak momen memperlihatkan PDIP masih ingin ditemani Jokowi walau sudah berkali-kali sakit hati. Buktinya mereka masih aja ngundang Jokowi ke acara ultah PDIP setelah sebelumnya Guntur Soekarnoputra mengusulkan Jokowi jadi ketum PDIP. 

Tambahan lagi, PDIP masih menganggap Ganjarlah penerus Jokowi yang sesungguhnya setelah melihat Prabowo blusukan di Cilincing, Jakut, beberapa waktu lalu.

Walau tidak pernah menyatakan pisah dengan PDIP, dari kegiatan yang dilakukannya bersama para ketum parpol koalisi Indonesia Maju kita paham kalau Jokowi tidak lagi seiya sekata dengan PDIP sejak..


Semua bikin PDIP terlihat campur aduk antara marah, kezel, tapi galau dan enggan berpisah dari Jokowi. Sebabnya, di satu sisi PDIP harus sejalan dengan Jokowi yang merupakan presiden RI karena beliau masih kader mereka. 

Kalau berani sebetulnya PDIP bisa memecat Jokowi dari posisinya sebagai kader. Banteng bisa jadi oposisi dengan  keluar kabinet dan tidak lagi mendukungnya di program dan kebijakan Jokowi sebagai presiden. Namun, demi menghindari gonjang-ganjing politik yang lebih besar dan harapan Jokowi tetap bersama mereka, PDIP pun hanya bisa menahan segala mangkel dan baper walau sudah kezel tingkat dewa sama Jokowi, seperti yang diberitakan kompascom.

Saling Serang Anies dan Prabowo, Ganjar Bagaimana?

Sejak debat pertama nampak kalau Anies mendominasi panggung dengan kritikan terhadap pemerintahan Jokowi yang mana Prabowo ada di dalamnya, terutama soal IKN dan etika di MK.

Sementara itu sampai debat ketiga kemarin Ganjar lebih nampak seperti penengah antara Prabowo dan Anies. Lebih lagi ada empat kali Prabowo menyatakan setuju dengan apa yang disampaikan Ganjar. Itu berarti perang panas ada di tangan Anies dan Prabowo. Apakah itu tambah menjadikan Ganjar capres yang serba nanggung?

Banyak dari kita menduga awal meluncurnya elektabilitas Ganjar-Mahfud ke urutan bontot karena di awal penetapan capres-cawapres oleh KPU, Ganjar aktif mengkritik pemerintahan Jokowi-sementara Mahfud masih di pemerintahan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun