Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Juru ketik di emperbaca.com. Penulis generalis. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kami Tidak Boleh Divaksin Covid Saat yang Lain Menanti Giliran Disuntik

25 Januari 2021   18:32 Diperbarui: 25 Januari 2021   18:36 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: theconversation.com

Apakah ada yang bertanya kenapa Wapres Maruf Amin tidak disuntik vaksin Corona barengan Jokowi kemarin? Ya, karena usia beliau sudah 77 tahun. Orang berusia diatas 59 tahun belum teruji sebagai kelompok yang aman menerima vaksin Covid-19. Pun demikian dengan anak dibawah 18 tahun.

Maka dari itu, ibu mertua yang serumah dengan kami juga tidak dapat divaksin karena usianya sudah 73 tahun meskipun menurut Dokter Was'an (dokter yang biasa kami datangi untuk memeriksa kesehatan ibu mertua) tidak ada penyakit bawaan yang diderita oleh ibu mertua.

Sementara itu suami saya punya penyakit psoriasis yang disebabkan autoimun. Dokter Verdy, dokter kulit langganan suami juga sudah bilang bahwa vaksinasi Corona untuk penderita autoimun sangat berisiko.

Sedangkan saya sendiri punya alergi debu dan perubahan cuaca. Alergi yang aneh, memang. Makanya saya tidak suka kegiatan luar ruangan, kecuali pantai dan laut, karena wajah dan badan bisa gatal, bentol-bentol lalu bengkak.

Salah satu contoh alergi perubahan cuaca yang pernah saya alami adalah ketika ada latihan teater di kawasan Puncak, Bogor. 

Pada pagi hari udara di tempat kami menginap dingin, tapi matahari bersinar cerah. Karena latihan kami di luar ruangan maka sinar matahari yang jatuh ke kulit saya "bentrok" dengan hawa dingin yang menggigit tulang. Jadilah wajah saya berangsur-angsur membengkak, dan kulit di sekujur tubuh gatal, timbul ruam, dan bentol. Memalukan, tapi apa mau dikata.

Diagnosa alergi yang saya punya ini bukan berdasarkan perasaan dan katanya-katanya. Waktu kecil saya dibawa oleh orang tua ke klinik spesialis alergi di Jakarta Selatan (lupa nama kliniknya). Dari situ saya dapatkan diagnosa bahwa saya alergi perubahan cuaca dan debu. Untuk alergi debu sebenarnya sudah sepuluh tahun terakhir tidak pernah kambuh, mungkin antibodi tubuh sudah menyesuaikan dengan udara Indonesia yang berdebu.

Terakhir, selain saya dan suami, ada anak-anak yang masih kecil yang juga belum bisa divaksin.

Sistem imunitas anak sering merespons vaksin secara berbeda dengan orang yang lebih tua. Sistem kekebalan tersebut juga bisa bervariasi pada anak dari berbagai usia. Karena itu, perlu penelitian yang berbeda untuk mengevaluasi apakah vaksin corona efektif dan aman untuk anak. 

Vaksin Covid-19 bersifat eksperimental dan tidak sepenuhnya aman atau bebas risiko. Jadi, anak-anak tidak diprioritaskan untuk divaksin walaupun banyak orang tua yang ingin anaknya divaksin demi bisa mengirim mereka kembali ke sekolah.

Dokter anak langganan kami, Dokter Indardi, juga sudah bilang sebaiknya tidak bepergian kemana-mana dulu karena anak-anak belum bisa divaksin Corona.

Karena itulah, kami sekeluarga tidak bisa divaksin meskipun Kabupaten Magelang telah memulai vaksinasi sejak hari ini (25/1) dengan pak bupati sebagai orang pertama yang disuntik. Meski kami tidak antusias menunggu vaksin, tapi kami juga bukan termasuk yang anti vaksin, lho, ya.

Di Indonesia ada tujuh vaksin Covid-19 yang digunakan, yaitu yang dibuat oleh PT Bio Farma, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Novavax Inc, Pfizer Inc-BioNTech, dan Sinovac.

Diantara ke-7 vaksin tersebut belum ada yang dapat disuntikkan kepada penderita autoimun karena belum ada cukup bukti efektivitas dan keamanan vaksin untuk penderita autoimun. Penelitian vaksin Covid-19 baru dilakukan dalam waktu singkat dan diujicoba pada orang yang sehat dan tidak hamil.

Vaksin mungkin akan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh penderita secara tidak aman atau tidak tepat.

Untuk anak-anak, sejauh ini Sinopharm mengklaim vaksin mereka aman untuk anak usia 3-17 tahun, namun balita yang menerima vaksin harus diawasi dengan cermat dan ketat selama vaksinasi karena kekebalan tubuh mereka masih berkembang pesat. Sementara itu vaksin Sinovac, Pfizer-BioNTech, dan Moderna masih di uji pada anak-anak dan remaja.

Berkaitan dengan vaksin untuk remaja, Israel sudah memvaksin remaja 16-18 tahun agar mereka bisa mengikuti ujian di sekolah. Hasil ujian sangat penting di Israel salah satunya karena memengaruhi penempatan mereka saat wajib militer. 

Maaf, jadi ngomongin Israel. Satu-satunya soal Israel yang sudi kita terima cuma Gal Gadot ya, kan?

Kemudian, untuk kondisi saya, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) mengatakan kalau orang yang memiliki riwayat alergi hingga penyakit paru termasuk dalam kelompok yang boleh menerima vaksin Covid-19, namun karena alergi yang saya derita tidak lazim, jadi Dokter Was'an menyarankan saya untuk tidak divaksin dulu sebelum vaksin tersebut terbukti aman untuk semua penderita alergi. Mengecewakan, tapi mau dikata apalagi.

Apa yang dikatakan Dokter Was'an ada benarnya. Di Inggris sana, BPOM-nya telah memberi saran pencegahan kepada BPJS Inggris bahwa siapapun yang memiliki riwayat reaksi alergi signifikan terhadap obat-obatan, makanan atau vaksin, tidak boleh menerima vaksin Pfizer-BioNTech. Berarti yang alergi perubahan cuaca dan debu boleh dong, ya?!

Belum bisa menerima vaksin memang sedih, serasa hidup ini tidak adil, Raffi Ahmad saja sudah divaksin, mosok kita belum? 

Ya sudah, tunggu saja sampai tiba waktunya semua orang Indonesia bisa disuntik vaksin Corona.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun