Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Istri petani. Tukang ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kronik Orangtua di Sekolah, Separuh Offline Separuh Online

20 Oktober 2020   15:12 Diperbarui: 20 Oktober 2020   19:14 1010
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pixabay/mediamodifier

Tapi ada positifnya juga, orangtua jadi mudah kalau mau konsultasi dengan guru, misal, bertanya tentang matematika, bahasa Jawa, atau seni musik.

Guru seni musik pernah kena "demo" karena memberi tugas bermain pianika untuk lagu di buku Tema tanpa memberikan notasinya. Pun pernah kena protes karena sang guru memberi contoh lagu dengan piano, sementara siswa-siswi menggunakan pianika.

Apakah sang guru musik dipecat? Tidak, meski beliau guru honorer, bukan PNS, namun hak kerjanya dilindungi oleh UU Cipta Kerja, eh, oleh sekolah sepanjang kerjanya bagus.

Lalu, kenapa orangtua harus berkonsultasi soal pelajaran bahasa Jawa? Wong Jowo kok ra iso boso Jowo.

Percayalah, seperti halnya bahasa Indonesia terasa sulit untuk orang Indonesia, bahasa Jawapun susah sekali teorinya untuk orang Jawa, terutama kromo hinggil dan aksara honocoroko. 

Bisa dibilang pelajaran bahasa Jawa adalah salah satu mata pelajaran tersulit yang bikin orangtua senewen dan pusing karena jawabannya tidak bisa dicari di Google dan YouTube. Hemm~.

Saya pernah mengadu lewat Twitter soal banyaknya PR sekolah ini ke Dinas Pendidikan Kabupaten Magelang dan meminta supaya semua sekolah di kabupaten diseragamkan saja memakai kurikulum darurat. Tetapi, dinas menjawab... ah, saya terus terang tidak mengerti apa maksud jawaban dari dinas pendidikan itu.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Meski demikian, saya angkat topi karena dinas terkait sangat responsif menjawab keluhan dan masukan dari warga.

Sebelumnya, satu bulan sekali wali kelas mengajar tatap muka berkeliling ke rumah siswa (home visit) secara berkelompok, namun ada oknum orangtua yang minta home visit seminggu sekali dan disetujui. Jadilah orangtua pontang-panting menyesuaikan jam kerja mereka dengan jadwal home visit yang lokasinya bergantian dengan anggota kelompok.

Sekarang home visit dihentikan sementara karena ada peningkatan kasus positif Covid-19.

Guru dan kepala sekolah sebetulnya sudah menerima banyak keluhan soal tugas yang bejibun. Tetapi, karena sekolah tetap menggunakan Kurikulum 2013 (K13) maka tiada jalan selain menuntaskan materi sesuai kurikulum. Kenapa demikian? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun