Mohon tunggu...
Aji Mufasa
Aji Mufasa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Engineer | Agropreneur | Industrial Designer

"Hiduplah dengan penuh kesadaran"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menekan Angka Buta Aksara di Indonesia Melalui Pendidikan Inklusif

4 Februari 2023   08:12 Diperbarui: 4 Februari 2023   08:25 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Kompas.com

Buta aksara merupakan masalah besar yang menghambat perkembangan pendidikan dan pembangunan masyarakat di Indonesia. Angka buta aksara masih tinggi pada tahun-tahun terakhir, dan hal ini sangat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia yang ada. Oleh karena itu, perlu ada upaya yang serius untuk mengatasi masalah buta aksara di Indonesia, terutama melalui pendidikan.

Pendidikan memiliki peran besar dalam mengatasi masalah buta aksara di Indonesia. Dengan meningkatkan akses dan kualitas pendidikan, maka diharapkan akan ada peningkatan tingkat literasi masyarakat, sehingga angka buta aksara akan berkurang. Dalam hal ini, program pendidikan inklusif memegang peran penting untuk mengatasi masalah buta aksara.

Program pendidikan inklusif didasarkan pada prinsip inklusi, yaitu prinsip pemberian hak yang sama bagi setiap individu untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas. Dalam program pendidikan inklusif, semua anak, termasuk anak dengan kebutuhan khusus, diterima dan dibina dalam satu lingkungan pendidikan yang sama. Tujuannya adalah untuk membantu anak-anak memperoleh pengalaman belajar yang baik dan mengurangi diskriminasi terhadap anak-anak dengan kebutuhan khusus.

Berdasarkan Riset Persentase buta huruf di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2020 persentase buta huruf di Indonesia sekitar 7,48%. Angka ini menunjukkan bahwa masih ada sekitar 15 juta orang dewasa di Indonesia yang belum bisa membaca dan menulis.

Dan jika kita melihat Hasil dari Studi Literasi Nasional UNESCO menunjukkan bahwa tingkat buta huruf di Indonesia masih cukup tinggi, dengan sekitar 7% dewasa yang tidak bisa membaca dan menulis. Studi ini juga menunjukkan bahwa masih ada sejumlah faktor yang mempengaruhi tingkat literasi di Indonesia, seperti tingkat pendidikan, akses terhadap pendidikan, dan faktor ekonomi.

Selain itu, ada juga beberapa studi dan penelitian yang dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat dan organisasi internasional yang memiliki fokus pada isu pendidikan dan literasi. Hasil dari penelitian tersebut seringkali berbeda-beda tergantung pada metodologi dan sample yang digunakan, namun pada umumnya menunjukkan bahwa tingkat buta huruf di Indonesia masih cukup tinggi dan perlu diteruskan upaya untuk mengatasinya.

Buta aksara merupakan masalah yang mempengaruhi banyak orang di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Buta aksara berarti tidak mampu membaca dan menulis, yang mengurangi kemampuan seseorang untuk berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat dan ekonomi. Ini menjadi masalah serius karena membatasi akses orang tersebut terhadap pendidikan, informasi, dan peluang pekerjaan. Berdasarkan berbagai penelitian, beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab buta aksara di Indonesia antara lain:

  1. Kurangnya akses terhadap pendidikan: Masalah akses terhadap pendidikan masih sangat nyata di beberapa daerah di Indonesia, terutama bagi anak-anak yang tinggal di daerah terpencil dan miskin. Ini membuat banyak anak tidak memperoleh pendidikan yang berkualitas dan membuat mereka rentan terhadap buta aksara.
  2. Pendidikan tidak berkualitas: Kualitas pendidikan di Indonesia masih belum memenuhi standar yang diharapkan. Guru yang tidak terlatih, fasilitas pendidikan yang kurang baik, dan materi yang tidak relevan semuanya dapat mengurangi kualitas pendidikan dan membuat anak lebih rentan terhadap buta aksara.
  3. Latar belakang sosial-ekonomi: Latar belakang sosial-ekonomi yang kurang baik, seperti kemiskinan dan keterbatasan akses terhadap pendidikan, membuat beberapa anak lebih rentan terhadap buta aksara.
  4. Budaya dan norma masyarakat: Beberapa budaya dan norma masyarakat mungkin memandang rendah pendidikan dan literasi, sehingga anak-anak mungkin tidak menerima dukungan dan motivasi yang diperlukan untuk belajar dan membangun literasi mereka.
  5. Keterbatasan fisik dan kondisi kesehatan: Beberapa anak mungkin memiliki keterbatasan fisik atau kondisi kesehatan yang membuat mereka kurang mampu untuk memperoleh pendidikan dan membangun literasi mereka.

Mungkin masih ada beberapa faktor lain yang dapat menjadi penyebab buta aksara di Indonesia, yang juga harus diperhatikan dengan serius diantaranya adalah:

  • Kemampuan membaca yang kurang: Kemampuan membaca anak-anak mungkin kurang karena kurangnya dukungan dan latihan dalam membaca, sehingga mereka kurang mampu untuk memperoleh pendidikan dan membangun literasi mereka.
  • Teknologi dan akses informasi: Beberapa anak mungkin tidak memiliki akses terhadap teknologi dan informasi yang diperlukan untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas dan membangun literasi mereka.
  • Diskriminasi jenis kelamin: Diskriminasi jenis kelamin dapat membuat anak perempuan lebih rentan terhadap buta aksara dan kurang mampu untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas.
  • Konflik dan bencana alam: Konflik dan bencana alam dapat mempengaruhi akses terhadap pendidikan dan membuat anak lebih rentan terhadap buta aksara.
  • Kurangnya dukungan dan motivasi: Anak-anak mungkin kurang menerima dukungan dan motivasi yang diperlukan untuk belajar dan membangun literasi mereka, sehingga mereka lebih rentan terhadap buta aksara.

Dengan memahami faktor-faktor ini, kita dapat memprioritaskan upaya untuk mengatasi masalah buta aksara dan memastikan bahwa semua anak memiliki kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas dan membangun literasi mereka.

Setelah kita mengetahui apa yang menjadi penyebab buta aksara, sekarang adalah bagaimana cara mengatasi buta aksara melalui program pendidikan inklusif, dan ini beberapa hal yang perlu dilakukan :

  1. Meningkatkan akses terhadap pendidikan: Dengan memastikan bahwa semua anak memiliki akses terhadap pendidikan yang berkualitas dan inklusif, kita dapat membantu mereka membangun literasi mereka dan mengurangi risiko buta aksara.
  2. Meningkatkan kualitas pendidikan: Kualitas pendidikan harus ditingkatkan agar anak-anak memperoleh pendidikan yang berkualitas dan memiliki literasi yang baik.
  3. Mempromosikan literasi sejak dini: Pendidikan literasi harus dimulai sejak dini agar anak-anak memiliki fondasi yang kuat untuk membangun literasi mereka.
  4. Menghapuskan diskriminasi jenis kelamin: Diskriminasi jenis kelamin harus dihapuskan agar anak perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas dan membangun literasi mereka.
  5. Memfasilitasi akses teknologi dan informasi: Anak-anak harus memiliki akses terhadap teknologi dan informasi yang diperlukan untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas dan membangun literasi mereka.
  6. Memberikan dukungan dan motivasi: Anak-anak perlu menerima dukungan dan motivasi dari lingkungan sekitar untuk belajar dan membangun literasi mereka.
  7. Menyediakan bantuan bagi anak-anak yang terdampak konflik dan bencana alam: Anak-anak yang terdampak konflik dan bencana alam perlu menerima bantuan untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas dan membangun literasi mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun