Hari Selasa 3 April 2018 saya berada di Pelataran Ramayana bersama Bung Karno yang tampak agak hectic karena baru saja mengikuti pernyataan putra sulung Presiden pertama RI itu, Mas Tok alias Mohamad Guntur Sukarnoputra. Selengkapnya dari WA group Jokowinomics pernyataan itu berbunyi seperti berikut:
Keluarga Bung Karno Hidup Beragama Sesuai Syariat Islam
Keluarga besar Presiden Pertama RI, Â Sukarno angkat bicara terkait puisi yang dibacakan Sukmawati Soekarnoputri. Guntur Soekarnoputra memastikan seluruh keluarga Bung Karno sejak kecil dididik dan diajarkan keagamaan sesuai syariat Islam.
"Sebagai anak tertua, saya saksi hidup, bahwa seluruh anak Sukarno dididik oleh Bung Karno dan ibu Fatmawati Sukarno sesuai ajaran Islam" kata Guntur, Jakarta, Selasa (3/4/2018).
"Kami diajarkan syariat Islam dan Bung Karnopun menjalankan semua rukun Islam termasuk menunaikan ibadah haji" tambahnya lagi.
Atas nama keluarga besar Bung Karno, Guntur menyesalkan kemunculan puisi Sukmawati yang dibacakan di gelaran Indonesia Fashion Week 2018. Saat itu digelar acara 29 Tahun Anne Avantie Berkarya.
Guntur memilih tidak mau mengomentari lebih jauh puisi adiknya itu. Tapi satu hal yang pasti, puisi yang dibuat Sukmawati sama sekali tidak terkait dengan pandangan dan sikap keluarga Bung Karno, mengenai ajaran agama Islam.
"Itu pendapat pribadi Sukmawati, tidak ada urusannya dengan pandangan dan sikap keluarga," kata Guntur.
"Saya juga yakin puisi Sukma tersebut tidak mewakili sikap keimanannya sebagai seorang muslimah, dan saya ingin Sukma segera meluruskannya" tutup Mas Tok panggilan akrab Guntur Soekarno.
CW: Ikut prihatin dan peduli dengan "insiden" puisi yang memicu gelombang kritik medsos yang menjurus daur ulang insiden pidato P Seribu yang berbuntut pilub ter-SARA dalam sejarah RI. Mohon bapak dapat menenangkan dan menjernihkan masyarakat terkait heboh puisi ini.
BK: Puisi merupakan salah satu bagian dari ekspresi kritikal masyarakat terhadap situasi dan kondisi yang dihadapi pada suatu kurun waktu.  Puisi merupakan bagian integral dari kebebasan berpikir dan berpendapat dalam sistem demokrasi modern yang beradab dan bertanggung jawab. Yang dilarang adalah menghasut dan menebarkan ujaran kebencian mengancam jiwa seseorang karena berbedapa pendapat, agama, idee dan pelbagai variasi  sifat karakter seseorang. Juga telah ada UU Anti diskriminasi untuk mencegah perangsaudara atas dasar SARA yang bisa berujung bubarnya negara seperti diperingatkan oleh capres Prabowo mengutip novel fiksi. Manusia Prabowo, Sukmawati, A Hok, Fadli Zon dan siapa saja tentu pernah dan bisa keseleo lidah yang bisa saja ditafsirkan kesengajaan oleh lawan politik. Tapi tentu tidak ada orang sengaja bunuh diri mengucapkan sesuatu secara implisit apalagi eksplisit justru melemahkan dirinya sendiri, menjadi "vulnerable" rawan diserang dan "diakhiri karir politiknya dengan pembunuhan karakter karena slip of the tongue seperti yang dialami A Hok.