Mohon tunggu...
Taufik Hidayat
Taufik Hidayat Mohon Tunggu... Guru di Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara

Guru di Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bazar Buku di Al Azhar Asy-Syarif Sumut: Memicu Minat Literasi di Tengah Perayaan HUT RI ke-80

11 Agustus 2025   08:54 Diperbarui: 15 Agustus 2025   09:12 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bazar Buku di Al Azhar Asy-Syarif Sumut: Memicu Minat Literasi di Tengah Perayaan HUT RI ke-80 (Foto: AAIBS) 

2. Penambahan Koleksi Buku  
Meski koleksi sudah beragam, beberapa siswa mengharapkan lebih banyak variasi. "Buku komik dan grafis novel juga banyak diminati. Sayangnya di sini tidak ada," kata Syafiq. Farhan menambahkan, "Buku-buku spesifik untuk persiapan olimpiade atau ujian juga perlu ditambahkan."  

3. Sosialisasi Lebih Masif  
Ternyata tidak semua siswa mengetahui adanya bazar ini. "Beberapa teman saya kaget tahu ada bazar. Mungkin karena sosialisasinya kurang," ungkap Syafiq. Farhan menyarankan agar pengumuman dilakukan lebih awal dan melalui berbagai kanal, seperti media sosial sekolah, pengumuman di kelas, dan spanduk di area strategis.  

4. Diskon Khusus untuk Pelajar
Beberapa siswa berharap ada diskon khusus untuk pelajar. "Kalau bisa diskon 30-40%, pasti lebih banyak yang beli," ujar Syafiq. Farhan menambahkan, "Atau ada paket hemat untuk pembelian tiga buku atau lebih."

5. Area yang Lebih Nyaman
Area bazar yang berada di ruang terbuka membuat beberapa siswa merasa tidak nyaman saat memilih buku, terutama saat siang hari. "Kalau bisa di dalam ruangan atau ditambahi tenda yang lebih besar, jadi tidak kepanasan," sarannya.  

Bazar Buku di Al Azhar Asy-Syarif Sumut: Memicu Minat Literasi di Tengah Perayaan HUT RI ke-80 (Foto: AAIBS) 
Bazar Buku di Al Azhar Asy-Syarif Sumut: Memicu Minat Literasi di Tengah Perayaan HUT RI ke-80 (Foto: AAIBS) 


Bazar Buku Gramedia di Al-Azhar Asy-Syarif bukan sekadar acara komersial. Ia merupakan bagian dari perjuangan bangsa untuk mencerdaskan kehidupan, sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Di tengah arus digital yang kadang membuat anak lupa pada buku fisik, acara ini menjadi penyeimbang yang sempurna.  

Ustadz Irfan menutup perbincangan dengan kalimat yang penuh makna. "Kemerdekaan itu bukan hanya bebas dari penjajahan, tetapi juga bebas dari kebodohan. Dan buku adalah senjata paling ampuh untuk melawan kebodohan," ujarnya.  

Hal senada juga diungkapkan oleh Farhan. "Bagi saya, membeli dan membaca buku di hari kemerdekaan itu bentuk penghargaan kita pada para pahlawan. Mereka berjuang agar kita bisa sekolah dan membaca dengan bebas," ujarnya. 

 
Acara ini juga membuktikan bahwa kolaborasi antara sekolah dan penerbit bisa memberikan dampak positif bagi dunia pendidikan. Gramedia sebagai penerbesar besar telah menunjukkan komitmennya pada dunia pendidikan, sementara AAIBS telah membuktikan diri sebagai institusi yang tidak hanya fokus pada akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter dan budaya literasi siswa.  


Ke depan, diharapkan acara serupa bisa digelar lebih rutin dengan perbaikan-perbaikan berdasarkan masukan yang ada. Karena pada akhirnya, kemerdekaan sejati adalah ketika setiap anak bangsa memiliki akses tak terbatas pada ilmu pengetahuan melalui buku. Dan hari itu, di bawah terik matahari Agustus, AAIBS telah menunjukkan bahwa perjuangan itu masih terus berlanjut.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun