Mohon tunggu...
andy andy
andy andy Mohon Tunggu... wiraswasta -

beyond the limit and enjoy mobility

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kisah Donal dan si Untung yang Menggambarkan Dua Sisi Manusia

18 April 2010   16:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:43 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image and video hosting by TinyPic

Ingatkah Anda pada komik Donal Bebek yang kesohor itu? Donal Si Sial dan Si Untung yang untung terus. Ada saja kesialan yang menghampiri Donal. Semantara si Untung, meski malas, tidak pernah bekerja, tapi selalu lebih untung dari Donal. Jika Untung dan Donal jalan beriringan, maka yang tiba-tiba menemukan sekeping uang di jalan, pastilah si Untung.

Meski hanya sebuah kisah, ulah keduanya telah menghibur banyak orang.

Keduanya menggambarkan dua sisi manusia. Sebuah penelitian oleh Professor Richard Wiseman dari University of Hertfordshire Inggris, membuktikam ada perbedaan tindakan antara orang yang beruntung dengan mereka yang sial.

Misalnya, ketika diminta menghitung, berapa jumlah foto dalam koran yang dibagikan.Wiseman kepada dua kelompok itu, orang-orang dari kelompok sial memerlukan waktu rata-rata dua menit untuk menyelesaikannya. Sementara mereka dari kelompok beruntung, hanya perlu beberapa detik saja.

Perbedaan waktu antar keduanya ini mengambarkan adanya respon yang berbeda terhadap sebuah obyek. Ternyata pada halaman kedua Wiseman telah meletakkan tulisan yang tidak kecil berbunyi "Berhenti menghitung sekarang! Ada 43 gambar di koran ini. Orang­orang beruntung menemukan tulisan itu. Sementara, orang-orang sial melewarkan tulisan ini dan asyik menghitung gambar. Lebih ironic lagi, di tengah-tengah koran, Wiseman menaruh pesan lain yang berbunyi: "Berhenti menghitung sekarang dan bilang ke peneliti, Anda menemukan ini, dan menangkan $250!" Lagi-lagi kelompok sial melewatkan pesan itu!

Anda mungkin gemas dengan perilaku orang-orang sial itu. Tapi Anda mungkin juga menjadi bagian dari mereka. Anda protes? Itu hak Anda. Yang penting, Anda mengenal diri Anda. Sebelum Anda mengenal diri Anda lebih dalam, berikut ada sajian yang membedakan mereka yang beruntung dari mereka yang sial.

Sikap terhadap peluang.

Orang beruntung terbuka terhadap peluang. Mereka peka, pandai, dan cepat bertindak ketika peluang itu datang. Orang-orang beruntung rileks dan terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru. Mereka mudah berinteraksi dengan orang­orang yang baru dikenal, dan menciptakan jaringan-jaringan sosial baru. Sedangkan si sial, mudah tegang sehingga tertutup terhadap kemungkinan- kemungkinan baru.

Mungkin ini berlebihan menurut penilaian Anda. Tapi Barnett Helzberg, seorang pemilik toko permata di New York telah membuktikannya. Suatu ketika ia berjalan di depan Plaza Hotel. Tanpa sengaja kupingnya menangkap suara seorang wanita yang memanggil pria di sebelahnya: "Mr. Buffet!" Seketika Helzberg berpikir, jangan-jangan pria di sebelahnya itu Warren Buffet. Maka Helzberg segera menyapa pria di sebelahnya. Dan betul, ternyata dia adalah Warren Buffet salah seorang investor terbesar di Amerika. Perkenalan pun terjadi dan Helzberg yang sebelumnya sama sekali tidak mengenal Warren Buffet, berhasil menawarkan bisnisnya secara langsung kepada Buffet, face to face. Setahun kemudian Buffet setuju membeli jaringan toko permata milik Helzberg. Betul-betul beruntung.

Menggunakan intuisi dalam membuat keputusan.

Orang yang beruntung ternyata lebih mengandalkan intuisi. Mayoritas keputusan­keputusan penting yang dilakukan oleh orang beruntung berdasarkan bisikan "suara hati"-nya. Tapi intuisi ini akan sulit didengar jika otak kita pusing dengan penalaran yang tak berkesudahan. Bagi Anda yang berniat melatih intuisi, ada beberapa metode, misalnya melalui meditasi yang teratur. Pada kondisi mental yang tenang, dan pikiran yang jernih, intuisi akan lebih mudah diakses. Dan makin sering digunakan, intuisi Anda juga akan semakin tajam.

Anda mungkin bertanya, seperti apa sih suara hati itu? Jawabannya sederhana saja. Anda mungkin pernah mengalami, perasaan deg-degan, atau meriang yang tiba-tiba. Bila Anda merasakan hal tersebut, jangan cepat-cepat asosiasikan dengan sesuatu yang negatif. Badan kita sering memberi isyarat-isyarat tertentu yang harus kita maknakan. Bisa saja Anda tiba-tiba saja merasakan sesuatu yang lain ketika sedang melintas di suatu tempat pada suatu waktu. Ketika itu Anda memiliki perasaan yang begitu kuat. Anda mengagumi gedung itu. Suara hati Anda berkata..."suatu waktu saya harus berkantor di sini!" Saban hari Anda merasakannya semakin kuat dan semakin kuat kala melihatnya. Di suatu waktu, tanpa Anda sadari, Anda telah bekerja di gedung itu.

Selalu berharap kebaikan akan datang.

Orang yang beruntung ternyara selalu "ge-er" terhadap kehidupan. Selalu berprasangka baik bahwa kebaikan akan datang kepadanya. Dengan sikap mental yang demikian, mereka lebih tahan terhadap ujian yang menimpa mereka, dan akan lebih positif dalam berinteraksi dengan orang lain. Coba saja Anda lakukan tes sendiri secara sederhana. Tanya orang sukses yang Anda kenal, bagaimana prospek bisnis ke depan. Pasti mereka akan menceritakan optimisme dan harapan.

Mengubah hal yang buruk menjadi baik.

Orang-orang beruntung sangat pandai menghadapi situasi buruk dan merubahnya menjadi kebaikan. Bagi mereka setiap situasi selalu ada sisi baiknya. Kembali ke riset Wiseman, dalam salah satu sesi tea, ia meminta peserta untuk membayangkan sedang berada di sebuah bank yang tiba-tiba diserbu kawanan perampok bersenjata. Peserta diminta mengutarakan reaksi mereka. Orang dari kelompok sial mengatakan "wah sial benar ada di tengah‑tengah perampokan begitu". Sementara orang beruntung berkata "untung saya ada disana, saya bisa menuliskan pengalaman saya untuk media dan dapat duit". Apapun situasinya orang yang beruntung mampu beradaptasi dengan situasi buruk dan merubahnya menjadi keberuntungan. Sampai di sini, terserah Anda untuk mendefinisikan siapa diri Anda. Tapi bagi yang sial ada sekolah keberuntungan bikinan Prof Wiseman. Sekolah ini punya satu kurikulum namanya Luck Diary atau buku harian keberuntungan. Jika Anda masuk sekolah ini, tugas Anda hanya satu, setiap hari, Anda harus mencatat hal-hal positif atau keberuntungan yang terjadi.

Anda dilarang keras menuliskan kesialan Anda di buku ini. Begitu Anda bisa menuliskan satu keberuntungan, besoknya Anda akan semakin mudah dari semakin banyak menakat keberuntungan Anda.

Dan ketika Anda melihatnya beberapa hari ke belakang, Anda akan merasa betapa beruntungnya Anda. Dan semakin Anda memikirkan betapa beruntungnya Anda, semakin banyak lagi lucky events yang datang pada Anda. Jadi, sesederhana untuk menjadi si untung. Anda pun bisa beruntung. Kita semua.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun