Mohon tunggu...
XAVIER QUENTIN PRANATA
XAVIER QUENTIN PRANATA Mohon Tunggu... Dosen - Pelukis kehidupan di kanvas jiwa

Penulis, Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahok Sengaja Dibenturkan dengan Jokowi? Strategi Apa Lagi Ini?

28 Agustus 2019   11:36 Diperbarui: 28 Agustus 2019   11:58 5033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://asset.kompas.com

Presenter: Menurut Pak Jokowi dan Ahok, perlukah pemindahan ibu kota ke tempat lain? Atau menunggu Jakarta menjadi megapolitan yang crowded? Ada lagi "apakah Bapak setuju jika ibu kota dipindahkan? Atau Bapak berpikir bahwa Jakarta masih layak untuk menjadi ibu kota?"

Ahok: Saya kira kalau soal pindahkan ibu kota tergantung pemerintah pusat dan DPR. Kalau buat saya, rakyat kita masih susah, kalau buat saya pribadi, untuk apa habisin Rp 800 triliun hanya untuk mengatasi gara-gara sini macet, lalu ibu kota pindah padahal bikin loopline kereta api cuma Rp 30 triliun. 

Jadi kan ini bukan karena ada masalah lalu lari dari masalah gitu lho, itu pendapat saya. Kalau sini macet ya diatasi dong macetnya. Bukan berarti lalu bikin proyek yang lebih berapa ratus triliun. Itu juga masalah baru lagi. Lebih cepat di sini kok. Kalau saya, lebih gampang gimana? Beli aja bus yang banyak kalau pemerintah pusat mau bikin lancar. Kasih bus gratis. (detiknews).

Saat dikonfirmasi dan klarifikasi Ahok menyatakan bahwa pengungkapan kembali video lawas itu hanya untuk mengadu domba. Ahok tidak mau berkomentar banyak saat ditanya tanggapannya soal pemindahan ibu kota negara tersebut. Ia mengatakan, itu merupakan kewenangan pemerintah pusat. "Saya kira itu keputusan lama sebetulnya," kata Ahok di Gedung DPRD DKI. (kompas.com).

Saat dihubungi pada Selasa (27/8/2019), Ahok menjelaskan sikapnya soal rencana pemindahan ibu kota yang sudah diumumkan Jokowi. BTP, sapaan lain Basuki, menyebut beredarnya video lama tersebut seperti politik peninggalan kolonial Belanda.

"Itulah politik peninggalan kolonial Belanda. Maunya adu domba dengan konteks berbeda dan pertanyaan yang tidak sama," kata Ahok lewat pesan singkat. (detik.com)

Udang apa di balik batu?

Sejak dinyatakan menang, Jokowi memang 'diserang' entah secara langsung atau tidak langsung dengan kegaduhan yang terus-menerus terjadi di tanah air. 

Tiga hal yang mencolok adalah ucapan bernada SARA yang diucapkan oknum tertentu kepada mahasiswa Papua membuat berbagai wilayah di Papua membara. 

Isu salib yang dianggap berisi 'jin kapir' dan pelecehan kata Haleluya juga sempat membuat sebagian hati umat terbakar. Saat kedua hal itu mulai surut, video lawas Ahok diungkap kembali sehingga membuat kegaduhan.

Ada apa? Untuk apa? Jokowi sudah memang. Sebentar lagi dilantik. Lalu semua 'gerakan' itu untuk apa? Apakah 'move' itu dilakukan oleh mereka yang belum atau tidak bisa 'move on'? Siapa yang bisa tahu pikiran masing-masing orang, termasuk provokator atau dalangnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun