Mohon tunggu...
Wyndra
Wyndra Mohon Tunggu... Konsultan - Laki-laki

Profesional, penikmat film Warkop DKI & X-File.\r\nHORMATILAH KARYA TULIS MILIK ORANG. Tidak ada FB dan Twitter

Selanjutnya

Tutup

Nature

Buang Sampah Sembarangan? Siapa Takut?

1 Desember 2009   15:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:07 1039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sepintas judul diatas terkesan provokatif. Tapi demikianlah kenyataan sebagian kebiasaan masyarakat khususnya kaum urban mengelola sampah. Biasanya mereka baru memerhatikan ketika sampah menimbulkan banjir. Perhatianya pun sesaat : ketika musim hujan datang. Namanya juga sampah, nyaris selalu menjadi urusan nomor buncit, dan efeknya ya kebiasaan membuang sampah seenaknya.

Hari Sabtu lalu salah satu televisi swasta menyiarkan acara Ekspedisi yang meliput topik sampah yang menyumbat beberapa ruas sungai Ciliwung. Arung Ciliwung demikian namanya. Mungkin momen itu yang mendorong penulis membuat artikel ini. Atau mungkin juga karena keprihatinan penulis terhadap fenomena perilaku membuang sampah sembarangan yang tidak kunjung berubah sejak masa Orde Baru, dan hingga kini tetap saja berlanjut. Dan seperti biasa, giliran banjir timbul sikap (setengah) sadar-diri. Seringkali diikuti dengan tuduhan kepada pemerintah karena dianggap tidak mengantisipasi dengan program pengerukan selokan, sungai dan sebagainya.

Apa pasal kebiasaan tersebut ? Perilaku Islami mengajarkan "Kebersihan adalah bagian dari iman". Larangan membuang sampah di sembarang tempat pun sudah dibuat pemerintah (Perda DKI No. 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum menggantikan Perda No. 11 tahun 1988). Pada sisi lain, bencana banjir telah terjadi berulang kali, dan seharusnya mengajarkan kepada kita agar lingkungan bisa steril dari sampah. Negara tetangga terdekat telah membuktikan kepada bangsa ini contoh kedisiplinan masyarakatnya yang menjaga kebersihan lingkungan. Puluhan milyar dianggarkan setiap tahun khusus untuk mengeruk sungai yang dipenuhi sampah. Bayangkan manfaatnya apabila nilai sebesar dialokasikan untuk bidang kesehatan dan pendidikan.

Toh rambu dan bukti tersebut tidak membuat masyarakat tersebut tergerak mengubah kebiasaan buruknya. Rokok, botol minuman, bungkus nasi, tisu dan sebagainya dibuang sekenanya. Bukan saja oleh masyarakat yang minim pemahamannya tapi juga berpendidikan tinggi. Sampah bukan saja dibuang di pinggir dan tengah jalan, tapi juga di ruang-ruang pameran berpendingin a/c. Tidak luput masyarakat yang ikut dalam hingar-bingar kampanye pilkada, pileg, pilpres/cawapres.

Merujuk pada artikel Al Andang L Binawan berjudul "Ubah Perilaku Nimby" (Kompas, 26 Pebruari 2009,  Nimby : Not In My Back Yard), fenomena tersebut adalah refleksi dari "Nimby Personal", sikap ketidakpedulian pada sesama, alam dan generasi mendatang. 15,3% produksi sampah diperkirakan dibuang sembarangan (2007). Dengan logika sederhana dapat dibayangkan berapa peningkatan jumlah sampah yang dibuang sembarangan setiap tahun seiring peningkatan urbanisasi penduduk setiap tahun ke ibukota.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun