Mohon tunggu...
Syarif Dhanurendra
Syarif Dhanurendra Mohon Tunggu... Jurnalis - www.caksyarif.my.id

Pura-pura jadi Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pertanian dalam Society 5.0

22 Juni 2022   12:08 Diperbarui: 8 Juli 2022   19:09 4983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak mulai disadarkan kalau dengan aktivitas becocok tanam, mereka bisa penuhi kebutuhan pangannya, apalagi bisa berguna untuk orang-orang disekitarnya. Penugasan buat melaksanakan proses bercocok tanam simpel bisa dicoba pada jenjang ini. Membuat tumbuhan buah dalam pot( tabulampot), tumbuhan obat keluarga( toga), telah wajib diberikan oleh guru.

Jenjang selanjutnya merupakan jenjang SMA/ Sekolah Menengah Kejuruan(SMK). Pada jenjang ini, anak diajak buat mulai berpikir kritis serta inofatif. Mulai dari metode bercocok tanam sampai metode memanen. Metode pembibitan sampai pemupukan. Memilah buah sampai mengkombinasikannya, seluruh wajib diawali pada sesi ini. Anak pula bisa diajak buat memahami kemampuan dari aktivitas bercocok tanam.

Tidak hanya menciptakan hasil pertanian yang berguna untuk ketahanan pangan, bercocok tanam pula bisa dikombinasikan dengan zona lain, contohnya wisata. Anak mulai diajak buat memahami wisata yang berkaitan dengan bertani. Menjadikan kebun pribadinya selaku wahana wisata, wisata tanam, wisata petik, sampai wisata virtual tentu hendak membuat anak terus menjadi tertantang melaksanakan inovasi.

Tenaga anak SMA sangatlah dinamis, tenaga ini wajib diolah semaksimal bisa jadi dengan metode berikan mereka tantangan. Menantang mereka buat membuat wisata pertanian secara virtual ataupun market place pertanian apalagi menghasilkan game simpel yang berkaiatan dengan pertanian ialah ragsangan- rangsangan inovatif yang cocok dengan dunia mereka.

Jenjang terakhir merupakan perguruan tinggi. Tridharma perguruan tinggi sudah harus merujuk pada pertanian. Misalnya melaksanakan riset pada bidang pertanian, bimbingan pertanian, sampai melaksanakan dedikasi warga di desa ataupun daerah yang sesuai buat bertani. Memanglah seluruh jurusan serta fakultas tidak mencetak petani, tetapi pemahaman ekologis serta ketahanan pangan mandiri wajib dipunyai seseorang anak muda apapun itu profesinya.

Pada jenjang perguruan tinggi, pola pikir ilmiah pula wajib dibesarkan. Berpikir ilmiah berarti berpikir analitis. Riset buat menunjang hipotesis yang inovatif wajib lewat proses pengujian serta validasi. Alangkah baiknya riset ditunjukan pada model penelitian pengembangan. Mengolaborasikan teknologi sampai algoritma membuat mahasiswa jadi lebih produktif dalam berkarya.

Foto: Freepik.com
Foto: Freepik.com

Pasca pandemi corona diumumkan di Indonesia (2020 yang lalu), Kementrian Pendidikan dan Teknologi membuat kebijakan buat memperbolehkan akademisi di Indonesia melaksanakan riset yang berkaitan dengan pemecahan penyelesaian pandemi. Pemecahan dalam pertanian buat memantapkan ketahanan pangan pula ialah pemecahan kala pandemi berlangsung.

Infiltrasi kurikulum pertanian pada jenjang SD/SMP/SMA hingga perguruan tinggi memanglah tidak bisa dilihat hasilnya bila menunggu selesainya perkembangan anak.

Bila strategi ini dicoba secara konvensional hingga perlu 15 tahun lebih buat merasakan hasilnya, sementara itu masa krisis pangan terjalin dikala ini. Dibutuhkan kerja sama serta elaborasi lintas jenjang buat mewujudkanya.

Kerja sama serta elaborasi membuat manusia mempunyai kecerdasan kolektif yang lingkungan. Terus menjadi kolektif kesadarannya, hingga terus menjadi optimal hasil yang didapatkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun