Mohon tunggu...
Syarif Dhanurendra
Syarif Dhanurendra Mohon Tunggu... Jurnalis - www.caksyarif.my.id

Pura-pura jadi Penulis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Sikap Para Menteri dan Wajah Asli Presiden

12 Juli 2019   21:30 Diperbarui: 12 Juli 2019   21:41 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Tribunnews.Com

Pilpres telah usai. Wacana mengenai kursi Menteri semakin santer di media. Berbagai golongan barisan Jokowi mulai melakukan manuver politik untuk mendapatkan kursi menteri. Beberapa tokoh yang menjadi pemeran penting dalam pemenangan Jokowi-Ma'ruf sudah ada yang dipastikan masuk sebagai menteri.

Lantas bagaimana dengan tokoh-tokoh lain? Nama-nama bakal calon menteri sudah mencuat di media dengan berbagai analisis kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.


Tulisan ini bukan untuk mempersoalkan nama-nama tersebut. Membicarakan nama bagaikan makan sate yang tinggal tusuknya, hanya bisa dijilat. Tidak ada manfaatnya. Kenyang tak didapat, lapar malah semakin meningkat.

Siapa pun menterinya, yang terpenting mereka tahu tugas pokok dan fungsinya. Jangan sampai ada menteri yang kerjaannya pencitraan, tapi malah tidak punya prestasi apa pun. Selain itu, menteri harus tegas dan tidak mencla-mencle. Sebab, wajah asli Presiden dan Wakil Presiden, akan nampak pula dari sikap para menterinya. Semakin baik menteri dalam bekerja, maka semakin baik pula nilai Pres-Wapres di mata masyarakat.

Pencitraan adalah hal yang buruk. Sebab dalam kata "pencitraan" ada muatan yang memang disengaja atau direkayasa. Citra baik seorang menteri akan diterima masyarakat, walau pun tidak direkayasa. Namun, ini akan menjadi hal yang sulit. Sebab media saat ini sudah semakin banyak yang murah dibeli hanya untuk menaikkan citra seseorang.

Jika banyak ahli mengatakan bahwa rakyat Indonesia sekarang sudah mulai dewasa dalam menyikapi isu permasalahan berbangsa dan bernegara, saya rasa tidak sepenuhnya demikian. Media menjadi alat paling ampuh dalam mempengaruhi masyarakat. Dan media ada di tangan penguasa.

Kesimpulannya, masyarakat hanya akan mengamini segala hal yang ramai di media. Khususnya media mainstream atau media yang sejalur dengan pemerintah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun