Mohon tunggu...
muslimah_pesisir
muslimah_pesisir Mohon Tunggu... Full Time Blogger - berkarya untuk allah

"TiDak AdA isTiraHat sETelah inI" 😍😍 ~~zahra_tsabita or muslimah_pesisir~~

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Be Your Self

12 Juli 2018   20:38 Diperbarui: 12 Juli 2018   20:45 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Be your self

Oleh : Zahra' Tsabita

Halo..apakabar duhai diri? Sudah nggak usah dijawab, aku sudah tau apa jawabannya, karena sedari awal aku selalu memebersamaimu dalam setiap kondisi dan keadaan.

Aku bukan sekedar menemanimu namun aku adalah dirimu, iya aku adalah diriku sendiri. Inilah yang sedang aku sampaikan bahwa setiap diri kita adalah sosok yang paling mengerti apa yang dibutuhkan ataupun diinginkan oleh diri kita sendiri. be your self..!!

Aneh jika seseorang memilih untuk tidak memahami dirinya sendiri, sebenarnya dia bukan tidak mengetahui dirinya namun hanya memilih untuk mengabaikan dirinya sendiri. Dan berlaga bingung dengan keadaannya, terlalu karena dia mampu membohongi tubuhnya sendiri.

Melampiaskan diri dijalan kebaikan, seharusnya menjadi orentasi bersama, tapi nyatanya tidak begitu, terlalu banyak jenis manusia yang kecewa dengan dirinya sendiri sehingga dengan tangannya sendiri dia menunjukan bahwa dirinya harus menderita.  

Akhirnya bermusuhan dan menyakiti raga dan batinnya secara agresif tak tertandingi. Diapun melupakan letak air mata maupun senyuman. Baginya segalanya hanya kenangan kesedihan yang harus dilanjutkan dalam mengisi sisa hidupnya.

Setiap detik yang dilaluinya hanya dihabiskan dalam kepura-puraan dan kebencian yang menjadi bahan bakar untuk mengobarkan rasa marah dan dendam saja. Kasihan sekali saat seorang mengabaikan kebaikan dalam dirinya dan menukar secara kontan hidupnya dengan penderitaan dan air mata. 

Tunggu kita tidak boleh terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa actor yang patut dipersalahkan adalah diri kita sendiri karena sebenarnya banyak factor pendukung yang membuat keputusan keliru atas hidup yang kita jalani ini.

Setidaknya ada 3 hal yang mewakilinya, pertama adalah keluarga. Kedua adalah masyarakat dan ketiga adalah Negara. Ketiga hal inilah yang menjadi factor pembentuk kepribadian kita sebagai manusia. 

dan realitasnya ketiga hal ini pun menyumbangkan problem yang tak berkesudahan karena telah tersusupi oleh paham-paham berbahaya yang tidak bersumber dari aturan yang benar. Mari kita renungkan dan salami satu persatu akar masalah ini.

Pertama keluarga, sudah menjadi opini umum bahwa Indonesia negara mayoritas berkeyakinan islam sehingga idealnya islam akan menjadi rujukan dalam tindak dan tanduk perbuatan, pemikiran, perasaan bahkan sumber aturan. 

Namun sejak bangsa ini memproklamirkan sebagai bangsa yang merdeka ternyata ajaran islam tidak diberikan porsi secara sempurna untuk mengatur sistem kehidupan umat manusia, namun semua dikembalikan pada "selera" masing-masing individu dalam meletakkan agama dan ajaran islam dalam kehidupannya, dan mayoritas meletakan islam dipojok kehidupan hanya sebagai agama ritualitas belaka alias memasung ajaran islam hanya sekedar ibadah mahdho' seperti sholat, zakat, membaca al-qur'an, dzkikir, naik haji, dst.

Ini tidak adil karena telah memilah-milah ayat-ayat Al-qur'an yang dipandang mudah untuk dijalankan dan membuang ayat-ayat yang susah dan berat untuk dijalan dalam kehidupannya. Semisal ayat al-Qur'an tentang Qishos, Riba, Rajam, dll. 

Terbukti saat ini masih ada saja muslim yang menolak penerapan Al-Qur'an secara paripurna guna menjadi fasilitator penerapan hukum islam yang membutuhkan bantuan Negara untuk menjalankannya seluruh aturan tuhan semisal hukum menjaga kemulian nyawa manusia. 

Saat negara menerapkan Al-Qur'an maka Al-Qur'an akan mendorong secara total terhadap negara tersebut untuk melindungi nyawa manusia dengan segenap kemampuan yang dimiliki. 

Sehingga wajar jika dimasa lalu seorang kholifah sulaiman al-qonuni menjaga kemuliaan seorang wanita yang sedang digoda oleh lekaki dipasar yahudi dengan mengirimkan bala tentara sebanyak 100.000 orang untuk melindungi mahkota dan kemuliaannya sebagai wanita beriman. Tapi sekarang kondisi ini tak lagi dijumpai oleh umat manusia dimanapun kita berada.

Pil pahit terlanjur menyebar ke penjuru keluarga muslim di Indonesia bahkan di dunia karena telah memisahkan ajaran islam yang sempurna itu dari kehidupannya sebagai seorang hamba, sebagai anggota masyarakat bahkan skala tertinggi seperti Negara. 

Polariasi kebebasan hidup sudah menjadi pilihan yang mengiurkan umat manusia untuk mengisi ronga-ronga keputusan dalam kehidupannya. Dan ajaran islam pun terpaksa dilupakan bahkan ditinggalkan sejauh-jauhnya. 

Imbasnya keluarga muslim kini kehilangan identitas atau jatidirinya sebagai seorang muslim yang "taat secara total pada seluruh ajaran islam, ajaran Allah SWT".

Pemisahan agama dengan kehidupan yang didapatkan dari kantung keluargapun ternyata dijumpai juga di lingkungan masyarakat. Corak kebebasan masyarakat modern yang memusatkan perhatiannya hanya pada hal-hal yang tampak saja dan bersumbu pada dunia pun menambah buruk kondisi iman seorang muslim di negeri ini. 

Akhirnya kondisi mayarakat menambah kering suasan iman dan menambah rusak moralitas dan mencoreng kehidupannya dengan tinta dosa dalam catatan amal sebagai manusia karena bertolak belakang dari ajaran keimananya dan tak merasa bersalah sedikitpun. Kasihan..!!

Ternyata kondisi Negara juga sama, bangsa didunia hingga detik ini belum ada negara yang menerapkan hukum Al-Qur'an dalam konstitusi tertingginya. Termasuk bangsa ini. Mereka memilih mengabdikan bangsanya pada titah kecerdasan akal manusia dalam mengatur seluruh tindakan dan perbuatan. 

Dan kebebasan dipilih untuk mendasari seluruh aturan yang dilahirkan oleh konstitusi masing-masing. Pondasi kebebasan inilah yang langsung menabrak nilai kebenaran, sejatinya aturan yang benar bertolak belakang dengan kebebasan. 

sumber aturan yang benar itu haruslah diambil dari pihak yang tak berkepentingan kepada umat manusia, dan layak jika Tuhan sebagai pencipta dan pengatur ciptaannya yang mendapatkan posisi sebagai hakim tunggal untuk mengatur roda kehidupan dibumi ini dalam semua level keluarga, masyarakat dan Negara.

Dengan begitu maka akan lahir generasi terbaik dengan identitas yang memancarkan keimanan yang sempurna dan mampu dicintai oleh makhluk yang ada dilangit dan dibumi karena kelurusan tindak tanduk perbuatan. 

Maka tidak akan dijumpai lagi umat manusia yang tidak memahami dirinya sendiri melainkan paham secara sempurna segala hal tentang dirinya dan kehidupan ini sebagaimana dia telah meyakini bahwa Allah SWT yang berhak mengatur manusia, alam dan kehidupan. Be your self..!

Inilah cita-cita yang menjadi dambaan umat manusia, semoga kita bisa merasakan kondisi ideal ini, aamiin yarabbal 'alamin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun