Versi mengenai Simanihuruk adalah sebagai berikut:
Marga Simanihuruk bukan adik dari Sidauruk tetapi merupakan keturunan Sidauruk dari garis keturunan Op. Jaimbo. Simanihuruk merupakan cucu dari Op. Jaimbo yang mamaknya Br. Manik.
Ada versi kontra yang menyebutkan jika Simanihuruk adalah turunan dari marga Sidauruk, kenapa lebih banyak yang terlihat marga Simanihuruk? Hal inilah yang landasan bagi penulis buku (yang nota bene dari marga lain) untuk menjelaskan posisi Sidauruk berada dibawah marga-marga lainnya. Oleh sebab itu sering ditulis berbagai versi seperti (1) Sidauruk adalah keturunan Simanihuruk; (2) Sidauruk adik Simanihuruk; Simanihuruk adik Sidauruk (versi diatas); dan lainnya. Dan silsilah dari para penulis inilah yang membuat tarombo kita menjadi semakin kacau. Jika ada marga Simanuhuruk yang bersikeras mengenai hal diatas, dapat dijawab dengan mudah: Pada garis silsilah mana mereka di Sitanggang (harus dikonfirmasi kepada Sitanggangnya dan bukan pernyataan sendiri) atau pada garis silsilah mana mereka di Parna (konfirmasi dengan marga yang berhubungan).
Sitanggang Silo menyatakan bahwa marga kita sederajat dengan mereka dalam posisi si Akkangan dan tidak mengakui Simanihuruk,sebagai garis sederajat dalam silsilah serta tidak mengakui Turnip, dan Sitio. Jika demikian, dari aman jalannya Simanihuruk bisa sederajat atau jadi moyang atau jadi siabangan dari Sidauruk. Silahkan konfirmasikan kembali ke Parporata.
Satu hal yang perlu kita analisa mengenai sedikitnya marga Sidauruk yang terlihat adalah sebagai berikut:
Marga kita merupakan marga yang banyak hilang silsilah/maupun identitasnya oleh sebab berbagai hal, misalnya merantau, adopsi, adaptasi, atau oleh sebab lainnya. Jadi tidak heran banyak Sidauruk menggunakan Saragi atau Saragih sebagai marganya. Selain itu, jika kita cermati dengan banyak bertanya pada orang-orang dari Parna, jangan terkejut jika mereka mengatakan bahwa mereka sebenarnya Sidauruk. Saya sendiri mengalaminya. Saya pernah bertemu beberapa orang bermarga Sumbayak, Sigalingging, dan Garingging yang kemudian mengaku mereka (orang-orang tersebut) sebenar bermarga Sidauruk yang moyangnya dulu merantau ke tanah marga-marga tersebut. Kasus lain yang cukup ekstrim pernah juga saya alami. Sewaktu kuliah di Institut Seni Indonesia Yogyakarta saya rekan kuliah beda kampus (beliau dari jurusan etnomusikologi) yang identitasnya menggunakan marga Simatupang namun ternyata dia bermarga Sidauruk. Penyebabnya adalah yang bersangkutan dibuat mamaknya ikut marga bapak tirinya, dan dikemudian hari baru dia tahu marga asli mendiang bapaknya. KTP sudah terlanjur salah marga. Jika dimasa modern saja masih terjadi, bagaimana pula dimasa lalu?
Penutup
Jadi begitulah beberapa versi lain mengenai marga kita sebagai tambahan Doc ini. Perlu saya ingatkan juga agar waspada dan berhati-hati menganalisa silsilah marga kita jika hal tersebut bersumber dari buku oleh penulis marga lain. Terlalu banyak hal bertentangan, dan marga kita cenderung dikecilkan dalam versi mereka. Pengakuan posisi marga kita dalam Parorata sendiri pada awalnya mengalami banyak perdebatan antara sesama sitanggang yang yang tidak mau memberikan tanahnya sesuai versi diatas. Waktu itu, Sitanggang Upar dan Sitanggang Silo yang mempertahankan mengenai versi yang saya terangkan ini.
Saya tidak menyatakan atau memaksakan bahwa versi ini pasti benar, tetapi saya hanya menyampaikan alternatif versi yang beredar dikalangan Parporata maupun parna terkait (Parna yang mengakui Parporata) untuk menambah pengetahuan kita.Horass.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI