Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Prihatin, Curi Harta Karun di Museum!

16 September 2013   09:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:50 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_288542" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi/Admin (Kompas.com)"][/caption] Masih tentang pencurian artefak kuno. Museum Nasional, Jakarta, kehilangan empat koleksinya berupa artefak yang terbuat dari emas pada Rabu (11/9/2013) sekitar pukul 09.00.  Keempat artefak tersebut terletak di dalam satu buah lemari kaca yang berada di ruang Kasana, lantai dua gedung lama museum terbesar di Asia Tenggara itu. Keempat artefak tersebut berukuran relatif kecil. (Kompas.com, 13  September 2013).  Walaupun kecil, harganya  selangit! [caption id="attachment_288535" align="aligncenter" width="300" caption="Hiasan Dada Airlangga dari Emas 2 Kilogram dan Permata"]

13793085201005243438
13793085201005243438
[/caption] Artefak yang hilang antara lain: Lempeng Naga Mendekam Berinskipsi, Lempeng Bulan Sabit Beraksara, dan Wadah Bertutup (Cepuk) semuanya berbahan emas yang ditemukan di Patirtaan Jalatunda, lereng barat Gunung Penanggungan. Sedangkan Lempeng Harihara, juga dari emas ditemukan di Belahan, lereng timur Gunung Penanggungan. [caption id="attachment_279102" align="aligncenter" width="600" caption="Patirtaan Jalatunda di Gunung Penanggungan"]
13792989881541063273
13792989881541063273
[/caption]

Sungguh sangat memprihatinkan. Dulu, para pencuri harta karun  merusak dan membongkar situs purbakala. Sekarang, tidak perlu merusak situs, cukup mencuri di museum! Di museum tersimpan kekayaan warisan masa lampau berbahan emas, perak, kuningan, tembaga, dan batu yang tak ternilai harganya. Langka, tak ada duanya. Disimpan di museum, karena "dianggap" museum adalah tempat yang aman dari penjarahan dan pencurian. Diharapkan, warisan leluhur itu masih bisa dipelajari, dinikmati, diapresiasi, minimal dilihat oleh generasi muda yang selalu tumbuh. Dengan mengenal sejarah, generasi muda akan mendapatkan guru terbaik yang akan mengajarkan jati diri  sebagai bangsa. Kalau warisan sejarahnya lenyap, entah mereka harus belajar pada siapa? [caption id="attachment_279107" align="aligncenter" width="500" caption="Situs rusak akibat pencarian harta karun"]

13792993131117474793
13792993131117474793
[/caption]

Sistem Pengamanan Museum Nasional yang telah mengangkut dan memboyong  banyak warisan sejarah dari penjuru Tanah Air, seharusnya memiliki sistem pengamanan yang canggih, seimbang dengan "nilai" yang tersimpan di dalamnya. Kalau membaca berita, bahwa CCTV di museum rusak selama berbulan-bulan, maka hal ini patut dipertanyakan. Bagaimana pengelola museum itu bekerja? Bagaimana pembiaran tersebut bisa terjadi, sehingga tangan-tangan tak bertanggung jawab bisa merajalela. Tanpa bermaksud menuduh, jangan-jangan ada oknum yang berbuat demikian agar koleksi museum gampang dicuri dan dijual di pasar gelap, entah nasional ataupun Internasional! Pengelola museum dan jajaran vertikal seharusnya banyak belajar. Minimal dari Film "National Treasure" yang dibintangi Nicolas Cage  dan Diane Kruger. Franklin Gates (Nicolas Cage) terlibat petualangan seru, dimulai dengan memecahkan sandi-sandi sampai "terlibat" dalam pencurian Piagam Deklarasi Kemerdekaan Amerika di National Archives.  Pertama berkaitan dengan Sistem Pemeliharaan Koleksi Museum. Kedua  Sistem Keamanan Museum.  Kalau di film, kejadiannya di National Archives. Di Indonesia di Museum Nasional. Selevel! [caption id="attachment_279105" align="aligncenter" width="259" caption="Sumber gambar: id.wikipedia.org"]

1379299157358492662
1379299157358492662
[/caption]

Di film tersebut digambarkan bagaimana dedikasi seorang petugas museum dalam menjaga dan mengelola koleksinya. Koleksi dirawat agar tidak rapuh dan rusak akibat pengaruh suhu, cahaya, bahan kimia, dan sebagainya. Untuk pengamanan digunakan peralatan high security yang canggih. Alangkah indahnya kalau museum kita, termasuk Museum Nasional memiliki alat seperti itu. Melihat kondisi museum kita, saya malah kuatir, lontar-lontar yang rapuh, kitab-kitab kuno, dan warisan kuno lainnya banyak yang rusak. Kalau melihat pengadministrasian dan pelaporan yang amburadul dikuatirkan juga banyak koleksi-koleksi yang tiba-tiba lenyap tak berbekas. Siapa yang tahu? Buktinya, CCTV yang rusak berbulan-bulan, kepala museum tidak tahu karena tidak ada laporan dari bawahan! Sungguh celaka. Apriori Hilangnya koleksi museum ini disadari atau tidak, makin memunculkan ketidakpercayaan masyarakat pada fungsi museum sebagi penyelamat dan pengaman warisan leluhur. Saya pernah berbincang-bincang dengan pembuat bata merah di kawasan yang "kaya" artefak. Saat mereka menemukan pecahan, bongkahan artefak baik dari tanah liat ataupun logam, enggan menyerahkan pada museum. Mereka lebih suka menyimpan sebagai koleksi pribadi atau langsung dijual. Tidak diberikan pada museum. Mereka sudah tidak mempercayai bahwa museum mampu merawat dan memelihara serta melestarikan artefak temuan itu untuk anak-cucu. Bahkan, di kalangan masyarakat pun muncul anggapan banyak koleksi museum hanya replika. Aslinya sudah beredar di pasar gelap barang arkeologi.  Benar-tidaknya anggapan ini, waktu yang akan membuktikan! [caption id="attachment_279106" align="aligncenter" width="500" caption="Areal pembuatan Bata Merah yang konon kaya artefak (dok pribadi)"]

1379299243275188985
1379299243275188985
[/caption]

Kembalikan ke Daerah Hilangnya koleksi Museum Nasional yang berasal dari Patirtaan Jalatunda sangat menyakitkan.  Saat ke Jalatunda, kita hanya bisa menikmati dan mempelajari warisan leluhur arsitektur kuno yang mengagumkan. Tak disangka, belum pernah lihat temuan artefak emasnya, sekarang dikabarkan hilang. Jangan sampai  terjadi temuan Slamet, warga Wates Kediri berupa Hiasan Dada Airlangga (mungkin sejaman dengan artefak yang hilang) berbahan emas 2 kilogram dengan puluhan butiran permatanya juga raib. Ada baiknya, ke depan dipikirkan untuk mengembalikan koleksi Museum Nasional  ke daerah. Entah itu replikanya atau aslinya sekalian. Saat ini, daerah perlu diberi kepercayaan dan tanggung jawab untuk mengelola warisan budaya yang ditemukan di daerahnya. Selain untuk mengedukasi generasi muda juga untuk memberikan ruang kontrol bagi masyarakat terhadap keberadaan koleksi peninggalan sejarah. Tentu saja tidak serta-merta. Perlu kesepahaman antara pusat dan daerah, persiapan sarana-prasarana, pengamanan, petugas dan pengelola serta tetek-bengek lainnya. Agaknya ke depan, perlu revitalisasi museum di Indonesia! Artikel Terkait: 1. Miris, Cari Harta Dengan Membongkar Situs 2. Ecowalk, Sejak Muda Cintai lingkungan

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun