Kegelisahan menurut sering saya kali merasuki jiwa jika terjadi suatu masalah yang tidak dapat terselesaikan dengan baik salah satu kegelisahan adalah gelisah ketika wawancara atau test kerja karena tidak mempunyai kemampuan yang memadai, gelisah ketika menghadapi ujian sekolah atau kuliah karena tidak belajar sebelumnya, gelisah ketakutan tidak bisa makan di esok hari, gelisah untuk menghadapi hidup esok hari seperti takut hal hal yang tidak diinginkan seperti berangkat kesuatu tempat tertabrak mobil atau motor, di todong orang di jalan, kehilangan dompet karena di dalam dompet ada KTP, SIM dan sebagainya.
Sebagai penulis saya terus mencari bagaimana untuk mengatasi gelisah akhirnya saya mencari pada mesin pencari di internet yang bernama google.com dan hasilnya seperti tulisan yang saya kutip dibawah ini :
Beberapa kiat yang bisa kita lakukan untuk meredam gelisah hati ini.
Pertama, memiliki ilmu yang benar.
Kedua, kita harus yakin kepada Allah Swt.
Ketiga, kuasai diri dengan sebaik-baiknya.
Keempat, sempurnakan ikhtiar untuk mendapatkan pertolongan-Nya.
Kegelisahan terlahir akibat tidak adanya keseimbangan antara harapan dari hati, pikiran dan kenyataan. Adanya permasalahan hidup manusia muncul kepermukaan lebih disebabkan oleh hanya semata-mata dipersepsikan pada logika berpikir yang sempit. Itulah sebabnya, mengapa kebanyakan dari kita mendefinisikan masalah berupa kesenjangan antara harapan dengan kenyataan yang terjadi. LEBIH dari itu, harusnya dalam hidup seorang mukmin segala apa yang terjadi dalam kehidupan ini diposisikan semata-mata atas kehendak-Nya.
Bukan mengandalkan semata-mata pada persepsi akal manusia, sebab kadang kala akal ini terselimuti oleh tumpukkan kotoran-kotoran hawa nafsu manusia itu sendiri. Allah Swt dalam QS. Taghaabun [64]: 11, mengingatkan kepada kita bahwa tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang, kecuali dengan ijin Allah. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.
Ketidakadaan atau tenggelamnya kesadaran pola pikir seperti itu, maka akan melahirkan kegelisahan hidup manusia. Pasalnya bagi manusia model demikian tidak menyadari sepenuhnya akan sunnatullah kehidupan manusia yang selalu dihadapkan pada sejumlah besar tantangan.
Tantangan, pada hakikatnya bukan untuk dihindari, melainkan justru untuk dilakoni. Hidup itu sendiri adalah tantangan, adalah masalah. Mengapa kita mesti menghindar? Di sinilah kadang-kadang kita lupa pada kesejatian diri.