Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengitip Genenasi Milenial NU di Muktamar NU ke-34

27 Desember 2021   14:32 Diperbarui: 27 Desember 2021   14:52 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika menjadi romli di Muktamar NU ke 34 Bandar Lampung. Saya bersama rombongan PCINU yang masih aktif atau yang sudah kembali ke tanah air menginap di Asramah Al-Ghazali. Rupanya, asrama pesantren yang di asuh oleh Ibu Nyai Evi menjadi tempat yang nyaman bagi semua warga NU, baik yang dari PCINU, maupun PCNU Kota Malang. Baik yang masih aktif dalam pengurusan  maupun sudah purna tugas. Walaupun faktanya, tidak ada istilah purna tugas bagi warga NU.

Setiap hari, para muktamirin, baik yang aktif maupun pengembira selalu keliling dari satu tempat ke tempat lain untuk mengikuti jalan acaranya muktamar, seperti; UIN Raden Intan, UNILA, juga tempat pembukaan Pondok Pesantren Darussa'adah Lampung Tenggah yang di asuk oleh KH Muhsin.

Asyiknya, sebagian besar dari anggota muktamirin mengenakan busana Sarung. Sehingga sulit membedakan antara Kyai dan santri. Karena dalam tradisi NU, baik Kyai maupun santri, keduanya paling demen sarungan. Kalaupun ada yang memaki jas dan berdasi, itu sangat langka sekali.

Ada satu orang yang memakai jubah, ternyata setelah saya dekati, ternyata beliau adalah Dr. Fahmi utusan dari PCINU Arab Saudi. beliau pengajar resmi di sekolah tertua di Makkah, yaitu Madrasah Souliyah. Dulu, KH Muhammad Hasyim Asaary pernah belajar di madrasah ini. Sedangkan dua rekannya, memakai celana dan peci hitam. Saat saya berbincang-bincang dengan Dr. Fahmi, beliau berkata "Di muktamar NU, semua memakai sarung, sehingga sulit membedakan antara Kyai dan Santri. Beliau menambah, sebagian besar tidak berjenggot".

Sarung itu pasti, sedangkan busananya warna warni, mulai blangkon, seragam batik menjadi ciri kha swarga NU saat seminar. Juga peci hitam dengan logo NU yang menjadi kebanggaan. Bahkan ada peci khas dari berbagai daerah dengan tulisan Logo NU, seperti; Peci khas lampung, Makasar, Medan, Jawa, dan juga daerah lainnya.

Bagi anak-anak muda NU, mereka juga menggunakan busana khas daerah mereka, dan juga banomnya, seperti; ISNU, Ansor, Pagar Nusa, Banser. Bahkan seragam Banser dan Jas motif NU serta logo NU laris keras. Sampai-sampai satu kaos dengan logo Muktamar NU ke 34 di bandrol 100 ribu.

Tempat jajanan begitu banyak dan asyik, seperti; Durian Lampung, Cempedak, Kopi, Empek-Empek, semua bisa diperoleh dengan mudah. Harganya sangat terjangkau. Belum sempurna rasanya, ketika Muktamar NU di Lampung belum merasakan Durian dan Cempedak. Sepanjang jalan menuju lokasi pembukaan muktamar berjajar durian dan cempedak.

Mukmatar NU yang digelar setiap lima tahun sekali, menjadi ajang silaturhami bagi setiap warga NU, baik dari kalangan elit, maupun kalangan alit. Muktamar NU, itu seperti; Hari Raya Warga Nahdiyin dari berbagai pelosok negeri. Mereka menyiapkan duit untuk belanja, sekaligus ngalab berkah dari para ulama pendiri NU, juga para ulama yang sedang hadir dalam muktamar NU.

Dalam muktamar NU ke 34 Bandar Lampung kali ini, saya Menemukan anak-anak muda yang menyuguhkan kopi susu khas Makasar. Rupanya, ada 11 orang dari Ikatan Sarjana NU (ISNU) Gorontalo berbagi makan ringan dan kopi khas Gorontalo kepada para muktamirin. Mereka dengan senang hati melayani tamu dari berbagai penjuru Nusantara. Menariknya, kopi susu dan makanan khas bolu itu disajikan gratis-tis.

Mereka datang dengan biaya sendiri. Dengan semangat cinta NU. Sedangkan smber dana dari kegiatan selama di Gorontola. Sisa dari setiap kegiatan dikumpulkan untuk kegiatan social, termasuk memberikan susu gratis kepada muktamirin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun