Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hantu Itu Tidak Ada

6 November 2021   08:45 Diperbarui: 6 November 2021   08:48 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Tandem X Visuals on Unsplash   

Tiba-tiba mataku seolah terbuka. Aku yakin itu hanya perasaanku. Sebagaimana biasanya, kita merasa melihat sekitar, padahal sebenarnya mata kita tertutup. Itu adalah rekaman otak yang menyimpan gambar kamar atau ruang di mana kita tidur.

Di langit-langit kamar, kulihat ada bayangan hitam. Ia bergoyang-goyang pelan, dan aku berusaha mengabaikan. Kuingat-ingat, dengan siapa aku tidur malam ini. Sepertinya aku tidur sendiri, pikiranku menjawab. Dan memang, di sebelahku tidak ada siapa-siapa. Waktu itu aku masih lajang, tentu saja tidur sendirian di kamar sendiri.

Bayangan itu membesar, seperti berusaha memperlihatkan dirinya ke wajahku. Oke, kulihat ke atas. Siapa sih kamu? Ini kan cuma mimpi, batinku.

Tidak ada wajah yang terlihat. Hanya bayangan hitam. Namun ketika kuperhatikan baik-baik bayangan itu, ternyata ia adalah pocong dalam ukuran jumbo. Kurang ajar!

Yang terlihat hanya bagian perut ke atas. Seolah jika aku berdiri, maka sisanya (perut hingga "kaki") akan terlihat di sisi atas tempat tidur. Tangannya bersedekap, layaknya jenazah dalam kain kafan. Kain bagian atasnya menjulur berayun, karena kepala itu bergoyang menunduk.

Akhirnya kubaca juga ayat kursi. Berusaha tenang walau deg-degan. Kepada siapa minta tolong kalau bukan ke Allah. Wong teriak juga gak bisa, apalagi aku bukan tipikal cewek yang gampang histeris.

Perlahan, aku mulai bisa bergerak. Entah mataku akhirnya terbuka, atau tadi memang sudah terbuka. Dan keadaan kamar itu persis dengan ketika ketindihan terjadi. Ah, cuma mimpi, kataku pada diri sendiri.

Kupandangi langit-langit, ada perasaan tak enak. Akhirnya kuputuskan keluar dari kamar. Untunglah orangtuaku sudah lama tidur pisah kamar. Almarhum Bapak suka tidur di warung, sedangkan Mamak di kamar belakang.

"Ngapo, Ri?" tanya Mamak ketika aku masuk ke kamar beliau.

"Ndaklah," kataku. Lalu tidur di sebelahnya.

Baca juga: Cara Mudah Mengatasi Ketindihan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun