Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Akrab sih Akrab, tapi yang Sopan Juga!

24 Januari 2021   20:41 Diperbarui: 24 Januari 2021   20:51 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Tom Thain on Unsplash

Ketika aku dan kakak-kakak masih kecil dulu. Oh bukan, akunya yang kecil. Sebab jarak usia kami 5 hingga 15 tahun. Jadi aku kecil, dan mereka remaja.

Selain karena punya warung, yang tentu saja harus selalu buka, pintu rumah bagian depan pun jarang ditutup. Anak tetangga datang bermain, orang belanja nyelonong masuk, semua itu biasa.

Ketika aku remaja, otomatis kakak-kakak pun sudah besar. Tidak ada teman yang main yang datang begitu saja. Warung tetap buka, tapi pintu depan ditutup namun tidak dikunci.

Suatu kali, ketika kami tengah ramai-ramai berbaring di depan TV, seorang tetangga masuk begitu saja. Tanpa salam, tanpa ketukan. Ceklek, buka pintu, dan bertanya, "Bapak ado?"

Alih-alih menjawab, kami semua bubar. Kakak-kakak perempuanku misuh-misuh. Jelas saja, anak perempuan kalau nonton TV sambil baring, gak karuan lagi gimana posenya. Tanpa jilbab, tanpa celana panjang, ... namanya di dalam rumah.

Sejak itu, pintu depan dan samping kami kunci. Hanya warung yang terbuka, tapi sesekali ditutup juga. Aku sendiri memilih tidak lagi nonton TV di depan, karena risiko terlihat dari luar selalu ada. Jika pintu warung dibuka, pembeli masuk sampai ke rumah. Jika ditutup, mereka menempelkan wajah ke kaca jendela, melihat tuan rumah ada di bagian mana.

Baca juga: Digosipin Salah, Ditulis Juga Tidak Baik

Kebiasaan Turun Menurun

Sejak orang-orang familier dengan HP, rumah-rumah kian rapat ditutup. Sebab bukan satu dua kali di lingkungan kami, pencuri masuk rumah siang bolong dan berhasil menggondol berbagai gawai yang tergeletak begitu saja di atas meja.

Kukira, sejak itu orang-orang akan lebih beretika ketika masuk ke rumah orang lain. Minimal membedakan diri dengan maling atau rampok. Nyatanya ... kuceritakan satu saja ya, dari puluhan kejadian yang berulang padahal aku sudah jauh dari usia anak-anak.

Awal menikah, aku masih tinggal satu rumah dengan orang tua, mengisi kamar yang sudah kutinggali sejak remaja. Suatu siang, suasana hening, cuaca panas. Aku dan suami sedang berada di kamar, kami sama-sama sibuk dengan HP masing-masing.

Tiba-tiba tanpa ada bebunyian, seorang tetangga sudah masuk ke kamar kami. "Oi, mano Mamak?" katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun