Sayang sekarang PPJ tidak pernah diadakan lagi. Area yang dulu menjadi semacam kompleks stand permanen berisi berbagai bukti pembangunan dari seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Jambi, kini sudah beralih menjadi sekolah.
Tidak ada lagi Wong Fei Hung yang menghibur kami di depan stand Kehutanan (yang membuat kakakku bangga, karena adiknya lebih memilih film kungfu daripada film Barry Prima di TV-TV yang berjajar di PPJ bagian depan). Telepon umum pesing tempatku menghambur-hamburkan koin rumah gadang juga tak terlihat satu pun saat ini.
Mobil KB yang dulu membawa proyektor untuk ditembakkan ke layar tancap tinggal kenangan. Ada lagu pak depapak preman-preman di panggung belakang. Di sebelahnya stand baterai ABC yang juga menjual Indomie.
Tiga bungkus Indomie dihargai seribu rupiah, aku pernah mendapat hadiah balon besar bertuliskan ABC karena kakakku membeli mi instan di situ. Eh sebentar. Yang terakhir ini nyata atau mimpi ya? Sebab aku juga punya kenangan kalau setiap kakak sulung kuajak ke sana, ia selalu bilang, "Dak ado duit!" padahal aku pengin sekali punya balon besar bertuliskan ABC itu.