Apa yang khas dari milenial? Smartphone, internet, dan freelance! Tanya sendiri jawab sendiri. Kalau jawab ramai-ramai lama nunggunya.
Entah karena milenial, introvert, atau termasuk kaum rebahan, aku memilih jadi freelancer. Kerja dari rumah, gak panas-panasan, gak ngejar-ngejar cuci gosok seragam, nulis ini dan itu yang disukai. Kaya? Ya nggaklah~
Kerja dari hobi itu keinginan semua orang, istilah kunonya "bisa enjoy". Jadi, selain menulis artikel pesanan orang dan mengisi konten di beberapa platform, aku juga sesekali jadi pemburu lomba.Â
Terutama lomba cerpen, karena aku merasa mahir di situ. Asli, ini cuma klaim! Nyatanya banyak kalah dari menangnya. Uwow!
Belum lama ini, ada lomba penulisan naskah drama yang diadakan oleh Taman Budaya. Karena masih bau-bau kepenulisan, jadi kuikuti.Â
Sekadar menjawab penasaran. Dengan sedikit keinsafan, kucari juga referensi tentang naskah drama di dua atau tiga hari menjelang batas akhir pengiriman.
Senjata milenial dikeluarkan Google!
Dengan kata kunci "cara menulis naskah drama", "naskah drama pemenang lomba", dan "contoh naskah drama pemenang sayembara", aku belajar autodidak. Lalu, dalam beberapa jam, jadilah satu naskah drama sepanjang 15 halaman.
Tahu sendiri sih, paling juga gak menang. Tapi namanya mencoba, kan gak bayar. Eh banyak ding, lomba menulis berbayar. Dan aku gak bakal ikut. Eman-eman.Â
Biasanya lomba berbayar hanya diadakan oleh lembaga receh. Jahaaat! Atau yang gratis tapi syaratnya follow ini, mention itu, share ke minimal sekian grup, ss buktinya, kasih hestek, pasang poster. Apalagi yang ini: pemenang ditentukan oleh vote. Gak bakal ikut!
Balik ke naskah drama. Hasil belajar dari Google kuperlihatkan kepada keponakan yang mahasiswa Fakultas Ilmu Bahasa. Dia bilang bagus. Lebih bagus dari karya dia dan kawan-kawannya.Â