Mohon tunggu...
Binoto Hutabalian
Binoto Hutabalian Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Penulis di www.sastragorga.org

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Stola di Hujung Dermaga

14 Januari 2019   23:50 Diperbarui: 14 Januari 2019   23:58 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sunyi adalah hantu dan ketakutan. Kesendirian cuma cara satu-satunya menyelamatkan cinta dari luka. *


Seperti biasa, tiap Sabtu penghujung minggu di awal bulan, Zora mengisi acara di kawasan pantai itu. Zora namanya. Ia seorang guru seni nan rupawan. Seorang pelatih tari dan musik. Umurnya 29 dan masih gadis.


Sore itu Zora tiba di lokasi pertunjukan lebih awal. Masih jam makan siang, Zora tiba dengan mobil putihnya di samping Open Stage sebelah warung. Berbagai kelengkapan seni ia letakkan di meja samping panggung. Zora letih. Zora bersandar di kursi plastik. Ia menoleh
sekeliling, dan sesekali melirik jam tangan. Wajahnya sidikit cemas.


Pukul 12.30 WIB. Setengah jam setelah kedatangannya, seseorang bergegas merapat ke hadapan Zora menyodorkan tiga seruling bercorak Gorga Batak.


"Maaf terlambat, Bunda. Ini seruling pesanan kita dari nada E, G dan A." Ungkap Boris merasa bersalah.


"Tidak, Tak apa. Bunda juga baru sampai. Mana rekan lain? Kita akan gladi. Kamu makan duluan, atau menunggu? Maaf, tadi Bunda duluan makan." Ajak Zora sambil memainkan ponsel.


"Nanti sajalah, Bun. Lima menit mereka tiba." Jawab Boris seraya beranjak membereskan kelengkapan di panggung.
Dibantu anggota sanggar lainnya, setengah jam, seluruh perangkat telah siap di posisinya termasuk pengeras suara oleh Crew Soundman yang melanjutkan persiapan.

Tanpa diperintah, seluruh siswa menepi makan siang. Masih ada Empat sampai Lima jam sebelum pertunjukan.
Di kejauhan, dari tepian Danau Toba, Zora mengawasi anak binaannya sambil berjalan menyusuri pantai yang siang itu cukup cerah. Ponsel di telinganya sesekali berpindah tangan. Zora sedang berbicara dengan seseorang. Teman lama sepertinya. Dari alur dialognya mereka cukup dekat. Ada keceriaan yang berbeda. Warna tawa dan senda-gurau sesekali dibumbui celetuk manja. Teman bicaranya, pasti orang spesial.


Masih bicara, Zora mengode agar siswa segera berlatih. Para siswa pun merapat. Sepintas mereka senang saat memergoki sang pelatih sedang ceria. Ada yang senyum-senyum dan ada yang cuma menggodai pelatihnya.


"Hehe. Bahahahak." Senyum Zora berkali-kali pecah. Bayang sunyi yang lama bertengger di keningnya tiba-tiba sirna tak bersisa. Menguap oleh dering telepon misterius yang diterimanya sore ini.


"Benar mau datang?" Nada suara Zora meningkat cemas menunggu jawab.
"Malam ini? My God." Desaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun