Mohon tunggu...
Binoto Hutabalian
Binoto Hutabalian Mohon Tunggu... Penulis

Penulis di www.sastragorga.org

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membaca DKI dari Delapan Mata Angin

27 September 2016   15:57 Diperbarui: 27 September 2016   16:08 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: jembatan4.blogspot.com

Ada apa dengan DKI sehingga sepenghuni nusantara seperti berlomba-lomba menguliti cuaca perpolitikan yang sedang bergulir di ibu kota Jakarta? Tak hanya di halaman saluran media-media. Juga di warung-warung kopi, paguyuban marga, di rumah-rumah ibadah dan bahkan telah viral hingga menyita waktu di ruang-ruang santai keluarga hingga pelosok dusun negeri.

Ada apa dengan gubernur DKI mendatang sampai-sampai seluruh kalangan dan lapisan masyarakat luas se-nusantara selalu harus rela beradu debat satu sama lain demi mengupas tuntas para jagoan mereka? Entah apa kepentingan mereka sampai tak jarang berbagai pihak terkadang terlibat saling hujat dan saling menjatuhkan. Sepertinya ada aroma kepuasan tersendiri terpancar lewat ucapan, tulisan dan bermacam cara yang mereka tempuh.

Daerah Khusus Ibukota. Sepertinya terlampau banyak menyimpan misteri kehidupan. Segunduk kota yang selalu masih menghipnotis para penonton sepenjuru luar kota Jakarta untuk sekadar turut berasumsi tentang masa depan DKI yang jauh itu.

Ada apa di Jakarta, dan ada siapa di ibu kota yang penuh sesak penduduk itu? 

O, ternyata. Ternyata berjuta kekasih mereka rupanya sedang berada di sana. Terperangkap di pangkuan kejamnya ibu kota. Di sana ada para anggota keluarga mereka sedang bergulat dengan mimpi-mimpi. Sedang bertarung dengan lorong-lorong jalanan dan suasana pemukiman tak menentu. Para generasi penerus mereka yang memutuskan berangkat meninggalkan kampung hanya demi mencoba nasib dan menguji rezeki mengais waktu di ibu kota pujaan nusantara itu.

DKI sedang siaga. Bersiaga menentukan peluang nasib para masyarakat penduduk asli dan para penghuni yang datang dari sepenjuru bumi. Mulai dari nasib para sekelas pemulung, pengamen, hingga nasib para mucikari dan para pengusaha sekelas eksportir.

DKI sedang harap-harap cemas membaca arah hembusan cuaca yang kelak menaungi langit mereka ke depan.

DKI oh DKI, pilihkan bagimu pelayan yang berjiwa Pancasila dan yang sanggup membuat Jakarta selalu indah, damai dan lebih berwarna.

DKI oh DKI, sepenjuru bumi sedang berdoa untukmu.***

Samosir '16

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun