Pagi ini sedikit mendung. Udara dingin merayap memberi semangat menyambut pagi. Nampak nyata memberi harapan atas asa yang tertunda. Seorang lelaki melantunkan doa dengan lirih dan penuh iba. Berharap segala asa dapat di gapai dalam ikhtiarnya.
Nampak sesosok anak kecil sedang bermain dengan gawai milik ayahnya. merekah senyum menyambut hari. Sesekali berteriak merespon gawainya. Tanpa memikirkan beban hidup seperti layaknya orang dewasa.
Teringat dua puluh tahunan yang lalu. Anak lelaki sedang bermain bola di depan rumah gubuk milik ayahnya. Berteriak, berlari mengejar bola. Bahagia mengusir lelah. Mandi bersama di sungai yang jernih airnya. Melewati sawah yang berundak-undak. Sesekali mencabut tanaman padi yang mulai tumbuh. Mereka bahagia dan tak peduli dengan petani yang nasibnya bergantung pada apa yang sedang mereka mainkan.
Yah... Kenangan itu tetiba muncul disaat lelaki itu sudah dewasa. Lelaki itu bergumam dan mengakui betapa kuatnya petani di kampungnya memikul beban hidup. Lelaki itu hampir putus asa. Sempat berpikir dalam benaknya, Aku ingin seperti dulu saja.
Memang terkadang benar kata para pujangga "kenangan itu lebih indah dari kenyataan".
Jakarta, 26 Februari 2021