Mohon tunggu...
Nur Azizah
Nur Azizah Mohon Tunggu... pengusaha -

Saya adalah seorang mahasiswa, karyawan sekaligus entrepreneur muda di Surabaya. Saat ini saya menggeluti beberapa bidang seperti : Property, graphic design (interior, exterior & graphic), Content writer web, chocolate franchise, food & beverage & Hydroponic.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gejolak Jiwa dalam Syukur

20 Maret 2016   04:46 Diperbarui: 20 Maret 2016   07:11 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Nah, pada kenyataanya memang semua itu kembali ke individu masing-masing. Seseorang itu bisa bersyukur atau tidak termasuk saya pribadi. Sebenarnya cukup simpel caranya itu, ya sekedar menerima apapun yang sudah kita terima tanda kutip tanpa harus mengeluh dan merasa kurang. Namun, pada kenyataannya sering kali bahkan saya pribadi merasa kurang atau tidak cocok dengan ekspektasi kita. Nah, itulah yang menyebabkan seseorang bahkan saya pribadi untuk tidak bisa " Nerimo " ( Bahasa Jawa) alhasil jadi manusia yang kurang syukur

Menyikapi hal tersebut, acap kali khalayak mengatakan bahwa tengoklah kebawah disana masih banyak sekali yang lebih kurang beruntung dibanding kamu. Pada kenyataanya memang, pada saat kita menengok kebawah kita mampu bersyukur namun di lain sisi ketika kita menengok kebawah justru fikiran kita tidak bisa berkembang. Karena acuan kita mereka yang dibawah bukan mereka yang diatas sehingga menimbulkan rasa puas atas pencapaian kita.

Nah, disitulah muncul yang namanya gejolak jiwa. Nurani belum mampu menentukan mana langkah yang tepat, Jalan  mana yang seharusnya kita tempuh. Sikap apa yang harus kita pilih agar tercapai keduanya.
Disini terkadang saya berpikir bagaimana langkah yang paling efektif untuk mencapai keduanya agar hidup yang kita jalani seimbang bersyukur iya berkembang juga iya.

Karena jika kita hanya menoleh kebawah untuk mencapai rasa syukur tentunya berdampak kedalam pola pikir kita, dimana kita sudah merasa puas sedangkan disisi lain kita harus tetap terbuka fikiranya untuk tetap berkembang dan jika ingin berkembang tentunya harus melihat ke atas, bisa juga mencari rival agar termotivasi asalkan rival yang positif saja ya.

Nah, itu lah gejolak jiwayang biasa terjadi dalam kenyataan hidup mengenai rasa syukur yang membuat sesorang merasa kurang dan selalu ingin lebih. Termasuk saya pribadi juga mengalami hal tersebut.

Dalam tulisan ini saya sangat berharap besar bagi pembaca postingan saya agar mampu memberikan masukan atau apapun yang positif agar pertanyaan mengenai gejolak jiwa terjawab.

Penulis

( Nur Azizah )

 

 IG: @izzasstore

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun