Mohon tunggu...
Ghina Rahmatika
Ghina Rahmatika Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mom Blogger

Mom Blogger, Minimalist and self development enthusiast, a Moslemah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kebaikan Vs Nggak Enakan

7 Maret 2022   18:14 Diperbarui: 7 Maret 2022   18:20 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa minggu yang lalu, kami pindahan rumah. Dari ruang sepetak a.k.a kamar kos ke sebuah bangunan yang akrab disebut rumah. Membawa bawa barang cukup banyak, tentu saja kami pun meminta bantuan kepada anggota kos yang lain. 

Kebetulan selain kami, yang menghuni rumah tersebut ada satu keluarga dan satu single perempuan.

Pindahan memang sangat merepotkan. Meski ketika awal kami sampai ke rumah kosan dengan hanya dua koper dan tiga ransel, nyatanya saat pindahan barang yang diangkut dua kali lebih banyak dari itu. 

Ya, begitulah. Saat menjalani kegiatan keseharian, tiba-tiba kita merasa butuh ini dan itu. Jadi ada saja barang yang merasa perlu dibeli.

Hingga akhirnya pindahan pun tiba, saya tidak menyangka, mobil bude yang mengangkut barang-barang kami ternyata harus sampai bolak-balik tiga kali. Bala bantuan pun tentu saja dibutuhkan. Para perempuan tentu kurang cukup kuat untuk mengangkut barang yang besar dan berat. Alhasil, kami membutuhkan bantuan laki-laki, ialah suami dari penghuni kosan lainnya.

Si Bapak ini sudah menawarkan diri juga sebelumnya. Dia siap untuk bantu angkut-angkut. Tapi..... Melihat barang yang dibawa dan jalanan yang harus melalui tangga terjal-terjal membuat saya nggak enak malah sama dia dan istrinya. Apalagi cuaca sedang dingin-dinginnya.

Ya ya, saya tahu kita masih menganggap kebaikan itu perlu kita balas (bahkan saat itu juga). Kita pun merasa nggak enak kalau merepotkan. Pekewuh.

Kebaikan itu Berbalas? 

Tak dipungkiri, meski sudah banyak yang memahami konsep bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah, tapi tangan di atas ini seringkali masih saja mengharap sesuatu setelah menyerahkan sesuatu.

Saya pun jadi teringat dengan percakapan dengan ibu mertua saat menyiapkan makan malam untuk para ustadz di samping rumahnya 'Sekarang kita bantu para ustadz ini, mudah-mudahan anak cucuku juga terbantu nanti lewat tanganNya'. Ibu saya pun pernah berbincang hal serupa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun