Mohon tunggu...
Muhammad Burniat
Muhammad Burniat Mohon Tunggu...

Mahasiswa filsafat dengan hobi menulis, jalan-jalan dan aktivitas sosial. Menulis adalah cara saya untuk hidup dan berbagi. E-mail: muhammadburniat@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Rahasia Belajar Filsafat Biar Gak Stress

10 Mei 2015   23:07 Diperbarui: 4 April 2017   17:37 8802
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14312739641917908743

[caption id="attachment_383012" align="aligncenter" width="638" caption="Dok. http://image.slidesharecdn.com/"][/caption]

Apa hal yang di dalam hidup ini tidak bernilai filosofis? Tidak ada. Lalu mengapa orang-orang ketika mendengar kata filsafat mukanya langsung mengkerut? Adakah yang salah ketika sesuatu hal dihubungkan dengan filsafat? Saya rasa tidak tepat menanggapi hal demikian dengan asumsi-asumsi yang salah tentang filsafat. Untuk itu, saya akan membagikan pengetahuan saya mengenai filsafat, kebetulan saya adalah mahasiswa filsafat di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta.

Sebelum masuk pada point yang ingin saya sampaikan, saya hendak bercerita sedikit tentang masa-masa saya mengenal filsafat. Mudah-mudahan bagi yang membaca dapat mengalami perubahan terkait persepsi yang salah terkait dunia filsafat.

Banyak yang bilang kalau belajar bisa buat orang jadi gila. Siapa yang bilang? Tuh anak-anak yang belajar filsafat udah bisa melontarkan statement-statemnet yang kontroversi. Loh apakah yakin dia belajar filsafatnya benar? Atau jangan-jangan sekali baca buku langsung tuh negeluarin kata-kata tanpa dicerna dan dipikirkan dulu. Ayo gimana?

Saya miris kadang melihat mahasiswa-mahasiwa yang belajar filsafat dengan mudah beragumentasi di depan khalayak. Padahal belajar filsafat itu memang tidak gampang, oelh karenanya harus matang dalam berpikir dan bertindak. Bicara soal filsafat dengan cara yang umum akan menimbulkan kesalahpahaman. Ada orang yang terbiasa dengan logika umum, namun ada pula yang memang paham dengan logika yang khusus.

Jika melihat aksi-aksi anak-anak yang belajar filsafat kemudian dengan tanpa bersalah menyatakan sesuatu yang menimbulkan keresahan, saya pun ingin tertawa. Saya teringat kata dosen saya bahwa orang-orang yang seperti ini sedang mengalami ejakulasi dini. Cepat-cepat tanpa dihayati dengan mendalam.

Persoalan ketakutan belajar filsafat juga terpengaruh oleh adanya tuntutan ideologi yang dianut. Beberapa paham secara tegas menolak dan bahkan mengkafirkan hal-hal yang berbau filsafat. Meyedihkan rasanya apabila hal demikian menjadi keterbatasan orang mengenal induk dari pengetahun ini. Padahal kalau kita menyoroti kemajuan sebuah bangsa atau Negara di laur Indonesia, latar belakang maju dan kokohnya sebuah Negara besar tersebut tak lepas dari pengaruh filsafat yang mereka bangun. Lalu jika itu jadi hal penting, timbul pertanyaan, Indonesia tidak akan maju-maju dong? Ya bisa jadi, namun tidak memastikan itu juga akan terjadi. Tetapi paling tidak kita bisa melihat bahwa kemajuan barat itu pada dasarnya berporos pada filsafat. Dan kalau belajar sejarah filsafat barat, kita akan menemukan banyak dari mereka adalah promotor munculnya hal-hal baru seperti beberapa kemajuan yang bisa kita rasakan sekarang.

Ketika saya mengenal filsafat, saya memang dibuat pusing tujuh keliling, terutama dengan istilah-istilah. Tapi untungnya para dosen yang dihadirkan adalah orang-orang yang paham betul dunia filsafat, jadi bisa mengarahkan dengan penjelasan yang sederhana. Setelah dari sana, saya paham bahwa kebanyak orang belajar filsafat salah dalam memahami karena terjebak oleh istilah. Ini dia pelaku yang bersembunyi di balik keresahan orang belajar filsafat.

Di kampus, saya didorong untuk belajar logika khusus agar bisa memahami pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh para filosof terdahulu. Dalam hal ini kami sebagai mahasiwa ditutut agar merujuk pada teks aslinya sehingga tidak tercampur oleh argumentasi orang lain. Kemudian setelah belajar logika, kami juga diajarkan untuk mengetahui sisi-sisi kelemahan pernyataan para filosof dengan melihat orang-orang yang melakukan kritikan terhadap filosof lainnya sehingga akan memuncul keterbukaan dan pemahaman baru terhadap yang mereka sampaikan. Dan terakhir adalah sebaiknya jika anda belajar filsafat, sangat disarankan unutk banyak bertanya kepada para ahli dalam bidangnya supaya tidak masuk dalam kesalahan berpikir. Lebih-lebih lagi kebingungan itu disampaikan kepada banyak orang, kan bisa berabe.

Seperti pernyataan saya di awal bahwa segala sesuatu itu bersifat filosofis. Dan saya ingin mempertegas juga itu adalah bagian dari filsafat. Hanya saja dibahas dengan metode yang berbeda, namun bukan berarti sudah lepas dari kerangka filsafat, tetap saja tak bisa lepas dari itu. Misalnya ketika kita berbicara tentang Handphone, jika dikaji secara filosofis, yang kita akan mencari secara mendalam bagaimana itu bisa tercipta, kemudian lahir dengan ragam yang bermacam-macam menyesuaikan zaman. Nah semua itu butuh kajian yang filosofis.

Seperti janji saya di awal, saya akan menyajika sedikit pengetahuan yang saya tahu bagaiman sistematika belajar filsafat yang baik,. Pengetahuan ini saya temukan dalam sebuah buku berbentuk PDF oleh dosen saya yang berjudul “The Tree of Philosophy”. Selanjutnya saya pun merangkum dan coba menuangkan gagasan baru itu agar bisa diaplikasikan oleh orang-orang yang hendak belajar filsafat. Berikut hal-hal mendasar untuk belajar filsafat;

a.Pendekatan Historis dengan variasinya.

Metode ini dipandangn sangat baik bagi pemula karena pembaca akan dituntun untuk mengenal pemikiran para filosf terdahulu. Selain itu pembaca akan tahu latar belakang secara kronologis terhadap sebuah pemikiran. Contoh pemanfaat pendekatan historis yang baik ialah Jostein Gaarder, Sophie’s World.

b.Pendekatan Metodologis.

Cara ini dianggap penting karena apabila ingin memahami filsafat dengan cara berfilsafat pula. Dengan metode ini, beragam metode berfilsafat ditimbang-timbang, kemudian kalau ditemukan metode yang terbaik kemudian dipilih sebagai metode. Contoh pemakai pendekatan metodologis yang baik ialah Mark B. Woodhouse, A Preface to Philosophy.

c.Pendekatan Analitis dengan beragam variasinya.

Metode ini memandang bahwa tugas utama pengantar filsafat adalah menjelaskan unsur-unsur filsafat. Dalam hal ini, filsafat dijelaskan secara sistematis dan diterangkan segamblang-gamblangnya agar mudah dipahami. Contoh pengguna pendekatan analitis yang baik ialah Louis O. Kattsoff, Elements of Philosophy.

d.Pendekatan Eksistensial

Metode ini memandang bahwa untuk menjelaskan filsafat ialah dengan memperkenalkan jalan-hidup filosofis tanpa terbelenggu dengan sistematikanya. Dalam pendekatan ini, tema-teman pokok filsafat didalami agar pembaca dengan sendirinya memahami gambaran tentang filsafat. Contoh penerap pendekatan eksistensial yang baik ialah A.C. Ewing, The Fundamental Questions of Philosophy.

e.Pendekatan terpadu.

Metode ini mensintesis berbagai pendekatan sekaligus dalam satu buku saja. Contoh pelaku pendekatan terpadu yang baik ialah Stephen Palmquist, The Tree of Philosophy.

Pada dasarnya metode-metode yang disebutkan di atas memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing. Tergantung metode mana yang dianggap lebih tepat, cocok dan sesuai dengan pembaca. Sekiranya tidak cocok dari kelima hal demikian, maka selanjutnya pembaca bisa belajar langsung pada yang ahli. Baru kemudian mengenali sekiranya mana metode yang tepat guna.

Belajar filsafat salah besar apabila dikatakan bisa menjerumuskan seseorang pada jalan yang salah. Malah saya ingin mengatakan bahwa setelah belajar filsafat pikiran saya lebih terbuka. Saya bisa memahami satu sama lain di antara kehidupan kita ini. Perbedaan yang terjadi dalam filsafat itu bukan sebuah masalah, jadi tak hayal apabila orang-orang yang belajar filsafat dengan baik cendrung tidak gegabah dalam bertindak. Dan menurut saya apabila setiap orang dapat memahami filsafat, kekerasan dalam hal keyakinan dan ideologi tidak akan lagi menjadi permasalahan yang picik di negeri ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun