Menjadi admin Fanpage Facebook dengan puluhan ribu follower baik yang tidak memakai nama kota ataupun nama kota menjadikan saya paham akan akun sampah.
Kata sampah sebetulnya memang tidak enak dibaca apalagi didengar, namun hal itu pantas disematkan pada mereka yang memiliki akun media sosial seperti facebook dengan dibawah 100 pertemanan.
Sebagai admin, saya tau bagaimana harus memposting, saya tau bahwa follower sebuah Fanpage apalagi fanpage dengan nama kota pasti rupa-rupa. Ada yang pro politik A dan ada yang pro B, tidak hanya dalam politik namun dalam hal agama islam saja ada yang berbeda cara pandang.
Saya tau bagaimana berusaha netral, dan saya tau bagaimana hidup bertoleransi, terkadang lucu juga ketika mempublish hal yang tidak ada kaitannya dengan politik justru dikomentari dengan unsur politik.
Tidak sara justru dikatakan sara, hal ini adalah kekonyolan bagi saya, dan yang berkomentar rata-rata hidup atau sedang tinggal di luar daerah atau bahkan merantau keluar negri. Serta ada juga yang mungkin tinggal di daerahnya tapi di sembunyikan dengan foto profil seperti Bocah, yakni Kartun.
Pengecut dan Sampah saya katakan kepada mereka, sebab untuk apa menyuarakan dukungan ke sebuah kubu sedang akunnya pun palsu. Mereka adalah sampah yang berkomentar di fanpage kamu dengan berkomentar bahwa si pemosting melakukan syara, rasis dan sebagainya.
Padahal tidak ada unsur sara, tidak ada rasis, seperti halnya ketika saya mempublish artikel tentang Orang Muslim termasuk Ormas Muslim masuk ke gereja.
Di artikel itu tidak ada tulisan terkait menyinggung kelompok islam terentu, akan tetapi mereka tiba-tiba seperti orang kepanasan dengan mengatakan sara.
Mereka pro islam tertentu akan tetapi dilihat dari komentarnya tidak seperti orang berpendidikan. Bahkan kata hewan, tolol, dungu mereka keluarkan seolah-olah mereka adalah orang pintar.
Akun seperti ini dilihat hampir sama, yakni seperti bocah dengan profil yang kekanak-kanakan dengan pertemanan dibawah 100 orang.
Jika 1 berkomentar, maka puluhan akun sampah akan ikut komentar dalam waktu yang tidak lama. Saya tak pernah mengomentarinya, karena percumah jika dikomentari, nanti bakal dikomentari dengan kata "sudahlah min salah ya salah", "kamu melakukan sara min". Dll.