Mohon tunggu...
Rohayati Aya
Rohayati Aya Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer/A wife/A mother

S.KPm, IPB 2012 M.Si, IPB 2017 Pernah bekerja di lembaga pendidikan tinggi dan kementerian

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bonus Demografi: Sebuah Bonus atau Beban Negara?

20 September 2016   11:45 Diperbarui: 20 September 2016   12:34 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: cpps.ugm.ac.id

Indonesia dengan penduduk terbanyak keempat di dunia memiliki kesempatan emas untuk merasakan momen yang dinamakan bonus demografi. Menurut BKKBN, Indonesia akan mengalami momen bonus demografi pada tahun 2020, di mana pada tahun tersebut struktur penduduk usia produktif lebih banyak dibanding dengan usia non produktif.

Jika Indonesia memiliki kesiapan yang matang dengan memberikan suntikan fasilitas pendidikan, kesehatan, dan lapangan kerja yang memadai tentu bonus demografi akan memberi ruang bagi Indonesia untuk menyamai perekonomiannya dengan negara maju. 

Tentu itu akan menjadi tugas bagi pemerintah saat ini dan yang akan datang. Namun tidak diketahui sejauh mana kesiapan dari pemerintah sendiri dalam menghadapi momen tersebut. 

Melihat fasilitas pendidikan di beberapa tempat yang masih di bawah standar rasanya sulit untuk menjadikan generasi muda Indonesia menjadi generasi emas. 

Belum lagi berbagai masalah sosial yang menghadang seperti tawuran remaja, narkoba, miras, judi, dan semua perilaku menyimpang lainnya. Bukan bermaksud untuk menjadi pesimis namun semua itu harus melalui proses dan pembenahan yang matang. Jangan sampai bonus justru menjadi beban yang menambah permasalahan di negeri ini. 

Bercermin pada diri sendiri dan lingkungan. Saya adalah mahasiswa S2 di suatu universitas dengan pengalaman kerja nol. Sebelumnya pernah membantu sedikit pekerjaan dosen dan akhirnya memutuskan untuk S2 karena ingin menjadi dosen. Teman satu angkatan saya rata-rata memiliki kriteria yang sama.

Lantas saat ini kami tengah mengerjakan tugas akhir kami sebagai mahasiswa S2 (read: Tesis). Jika menghitung periode semester seharusnya kami sudah lulus, namun karena satu dan lain hal kami belum menyelesaikan tugas akhir kami hingga satu semetser. 

Salah satu alasan yang mencengangkan adalah tidak ingin cepat-cepat lulus karena belum tahu mau bekerja dimana. Alasan tersebut nyatanya terjadi juga pada mahasiswa yang lain baik S1 maupun S2.

Rata-rata mahasiswa lebih mempertahankan statusnya sebagai mahasiswa daripada disebut sebagai pengangguran. Jika melihat info lowongan pekerjaan baik di mading kampus maupun di media seperti koran, internet, dan lainnya tentu sangat banyak. Namun seringkali pekerjaan yang ditawarkan membutuhkan pengalaman kerja minimal 1-2 tahun. Kan aneh!! 

Alih-alih mereka bekerja pada instansi di luar kemampuan mereka. Mahasiswa-mahasiswa tersebut seharusnya tidak diajari teori namun dibentuknya Mental dan Softskill. 

Para pencari kerja mencari keberuntungan dalam bursa kerja KompasKarier.Com Fair, di Balai Kartini, Jakarta, Sabtu (25/4). Pada 2015, Indonesia mulai memasuki fase bonus demografi yang akan mencapai puncak antara tahun 2028 dan 2031. Salah satu syarat agar bonus demografi tercapai adalah masuknya perempuan ke pasar kerja. KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Para pencari kerja mencari keberuntungan dalam bursa kerja KompasKarier.Com Fair, di Balai Kartini, Jakarta, Sabtu (25/4). Pada 2015, Indonesia mulai memasuki fase bonus demografi yang akan mencapai puncak antara tahun 2028 dan 2031. Salah satu syarat agar bonus demografi tercapai adalah masuknya perempuan ke pasar kerja. KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Beralih dari mahasiswa, rata-rata saudara dan tetangga merupakan lulusan SMA atau SMK. Setelah lulus biasanya mereka bekerja di pabrik dengan masa kontrak satu tahun. 

Selain itu, lulusan laki-laki biasanya menjadi anak buah kapal (ABK) di luar negeri seperti Jepang dan Taiwan. Mereka yang bekerja di pabrik, jika perempuan setelah masa kontrak berakhir biasanya menikah jika laki-laki biasanya pindah ke pabrik lain. Permasalahannya terkadang setelah memutuskan untuk mencari pabrik lain mereka tidak langsung bekerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun