Mohon tunggu...
Moh Khoiri
Moh Khoiri Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Moh Khoiri 22 tahun, dilahirkan di Kota Pati, 30 Oktober 1991. Pendidikan menengahnya dilaluinya di MA Salafiyahkan Kajen Margoyoso Pati, jawa Tengah. Saat ini telah menempuh Studi Tafsir Hadits/VII, di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta Pada Fakultas Ushuluddin, dan sedang menyelesaikan Skripsi dengan judul ‘Psikologi Kimat: Antara Teks dan Realitas’. Selain aktif di organisasi Intra dan ekstra kampus, khoiri tercatat sebagai wakil ketua umum LLTQ(Lembaga Tahfidz dan Ta’lim al Qur’an)2013-2014, sebagai Juara 1 dalam Lomba Debat Bahasa Nasional di UNM Makassar, Kordinator kajian diskusi Majlis Galau Tafsir Hadits UIN Syahid Jakarta2011-2012, sebagai peserta dilegasi dari Mahasiswa Tafsir Hadits dalam acara MUNAS FKMTHI(Forum Komunikasi Mahasiswa Tafsir Hadits Indonesia) di UIN Suka Jogja, dan terakhir berama temannya Faisal Hilmi tercatat sebagai perwakilan Delegasi dari UIN Syahid Jakarta pada acara Konferensi Internasional Asia Pasifik Chrie di Universitas Macau, Sar China. Penulis dapat dihubungi 08960 1966 066; mohkhoiri82@yahoo.co.id, fb;www.facebook.com/moh.khoiri.7, twiter;https://twitter.com/@_khoiri, blog;http://travel.detik.com/moh.khoiri.7,www.kompasianakhoiri.com.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sejarah Masuknya Pers ke Indonesia

16 April 2013   06:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:07 4332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Seiring dengan ditemulkannya mesin cetak munculllah istilah Pers(Belanda) atau Pres(Inggris). Dari segi bahasa(etimologis) pers/pres artinya menekan/pressing, karena mesin cetak menekan kertas untuk memnculkan tulisan. Dan Istilah Pers sendiri baru muncul setelah J Gutenberg menemukan mesin cetak pada tahun 1456 yang tugasnya untuk menekan kertas supaya menghasilkan tulisan, yang pada awalnya diartikan sebagai persuratkabaran. Namun belakangan ini ada yang mengartikan media elektronik adalah bagian termasuk dari pers.

Dari sini bisa kita ketahui bahwasannya secara umum, pengertian Pers terbagai menjadi 2 bagaian. Yaitu; pers dalam arti sempit dan pers dalam arti yang lebih luas. Dalam arti yang sempit. Pers diartikan sebgai kegiatan komunikasi yang dilakukan dengan perantaraan barang cetakan. Sedangkan dalam arti yang luas merupakan kegiatan komunikasi yang dilakukan baik dengan barang cetakan maupun media elektronik seperti; radio, tv, maupun internet.

Meskipun mesin cetak telah ditemukan, akan tetapi surat kabar belum ditemukan/muncul. Hingga samapi abad ke 17 surat kabar masih belum muncul di Eropa, hingga pada akhirnya ditemukanlah beberapa surat kabar yang diketahui sebagai sejarah munculnya jurnalisme, antara lain:

ØMercurius Gallobelgius(Collonge, 1592) merupakan penerbitan periodic pertama di dunia. Dan ini merupakan penerbitan semi tahunan yang disebarkan pada pameran buku.

ØThe Oxford Gazzete(1665) adalah penerbitan surat kabar secara rutin. Awal munculnya di pengadilan Oxford untuk menghindari wabah/gangguan di London.

Perkembangan selanjutnya diikutinya atau ditemukannya mesin rotasi/silinder oleh Wiliam Bullock di Philadelpia pada tahun 1863. Dengan ditemukannya mesin rotasi tersebut proses percetakan menjadi cepat dan mudah. Setelah itu, perkembangan selanjutnya diikuti oleh perkembangan percetakan yang menggunakan set Linotip yang diciptakan oleh Mergethaler. Dengan ditemukannya mesin ini, maka percetakan tidak lagi menggunakan huruf-huruf terpisah seperti pada percetakan sebelumnya, melainkan menggukan satu set huruf  yang disatukan. Dengan demikian, maka proses percetakan akan semakin mudah dan cepat, dan yang pasti kualitasnya menjadi lebih baik.

Akan tetapi meskipun berbagai penemuan telah berhasil ditemukan, namun itu semua belumlah cukup untuk menganggat  surat kabar menjadi alat komunikasi masal yang sesungguhnya. Dari sini diperlukannya alat atau media yang bisa menganggat surat kabar tersebut supaya bisa menjadi media komunikasi masal, konsekwensinya kebutuhan akan unsur politik, sosial, ekonomi, pendidikan, dan demografi modern menjadi hal yang sangat penting untuk mempercepat proses Pers menjadi alat komunikasi masal yang sesungguhnya. Dan yang pasti perkembangan Pers di suatu Negara sanagt dipengaruhi oleh keadaan pemnerintah dan kondisi masyarakatnya.

Salah satu Negara yang menjadi acuan perkembangan pers didunia modern saat ini adalah Inggris. Dimana Koran dinegara ini selalu menjadi acuan bagi Negara lain dalam mengetahui pasang surutnya perkembangan surat kabar, bahkan di Amerika sendiri dipengaruhi oleh perkembangn Koran yang ada di Inggris.

Dimana pada masa pemerintahan Raja Tudor di Inggris berkuasa sampai akhir abad 15 telah menggunakan media masa cetak sudah digariskana oleh sang Raja sebagai alat pendukung untuk melancarkan politik pemerintah. Adapun pada saat itu masyarakat menggunakan filsafat Authoritarian political philosophy (keyakinan yang menjadikan penguasa/raja sebagai wakil Tuhan) dan segala sesuatu adalah milik raja. Adapun perkataan Raja adalah sebagai Privelege(hak istimewa) yang haru ssenantiasa dipatuhi dan ditaati. Konsekwensinya Jika Raja berkehendak maka rakyat harus mendukungnya dengan melaksanakannya. Sistem seperti ini berlangsung hingga 2 Abad lamanya yaitu samapai kekalahan politik Raja Charles I terhadap parlemen Inggris pada tahun 1641. Sampai pada akhirnya baru pada tahun 1649 di Inggris berlaku kebebasan dalam menyiarkan informasi.

Salah seorang yang getol menyuarakan kebebasan berpendapat yaitu John Look salah seorang ahli filsafat. Hingga pada akhirnya pada tahun 1695 muncullah jaminan atas kebebasan berpendapat. Sementara pada akhir abad 19 di Inggris sudah mengalami perkembangan dalam dunia tulis menulis, sehingga tidak ada lagi halangan yang berkaitan dengan surat kabar. Menjelang abad 20 perkembangan surat kabar di Inggris di pengaruhi oleh  Pers di Amerika serikat. Dimana pada waktu itu surat kabar di Inggris lebih mengedepankan/berorientasi pada pengembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan yang selanjutnya disebut sebagai surat kabar yang berkualitas(quality newsppaper).

Diantara surat kabar yang terkenal pada waktu itu antara lain adalah Tims yang direktur utamanya adalah John Walter, kemudian diikuti lagi oleh surat kabar lainnya seperti Daily, Telegrafh, Morning Post, Manchester Guardian. Dengan dipengaruhinya surat kabar persebut dari pers Amerika yang lebih mengutamakan keinginan/selera pasar, maka tujuan dan fungi sebenarnya mulai terganggu. Dari sini bisa kita ketahui bahwa Pers di Amerika lebih mengutamakan selera pasar atau dengan kata lain “memberikan sesuai dengan yang diharapkan pasar”.

Pengarus Pers Amerika tersebut dimulai dari Alfred Charles yang menilai bahwa pers di Amerika cerdas dalam mengemas berita, sehingga beritanya laku dipasaran meskipun pemeberitaan kecil namun bisa menarik minat pembaca. Itulah  sebabnya Alfred tertarik untuk mengikutimetode-metode yang digunakan Pers amerika dalam menarik perhatian pembaca. Dari sinilah maka muncul pendapat “If a dog Bites a man it is not news, but is a man bites a dog, that is new”(keyakinan pada pendapat itu mengakibatkan media harus menyajikan sesuatu yang luar biasa).

Dalam perkembangannya Pers di Indonesia mulai berkembang semenjak adanya penjajahan yang di lakukan oleh Belanda. Dalam hal ini setidaknya ada 5 fase perkembangan Pers di Indonesia hingga sampai saat ini. Antara lain lima fase tersebut adalah:

ØPers Indonesia pada masa penjajajahn Belanda.

Munculnya Pers pada masa ini dinulai dengan terbitnya surat kabar untuk yang pertama kalainya yaitu “memoria der Nouvells”. Dimana penulisannya masih menggunakan tulisan tangan. Karena meskipun di Eropa telah ditemukan mesin cetak, namun penguasaaannya/penggunaanaya hanya bisa dilakukan oleh para raja. Surat kabar ini pertamakali terbit pada tahun 1615.

Sedangkan untuk pembacanya pun beragam, mulai dari orang betawi sampai para pejabat  VOC. Hal inilah yang menjadikan para pembesar VOC bernama Jan Pieterzoom Coen untuk menerbitkan surat kabar tersebut. Maka muncullah  Koran bernama  MdN yang pada akhirnya digunaan untuk  mencapai tujuan VOC untuk menguasai Indonesia.

Beberapa informasi yang dimuat dalam Koran tersebut antara lain adalah: berita-berita pengumuman dari pemerintah yang berisi tentang perdagangan, jadi antara judul dan isinya tidak sesuai. Dari surat kabar ini juga bisa diketahui peranan kaum militer Belanda dan sejarah agama Kristen di Indonesia.

Surat kabar ini hanya bisa bertahan sampai 2 tahun, meskipun izinnya sampai 3 tahun. Hal tersebut karena De Heeren XVII pimpinan tertinggi VOC di Belanda tidak suka dengan surat kabar tersebut. Surat kabar tersebut resmi dibubarkan pada tanggal 22 Juni 1746. Hal tersebut sesuai dengan keputusan De Heeren XVII di Negri Belanda pada tanggal 20 November 1744 yang menegaskan bahwa surat kabar tersebut tidak boleh terbit lagi.

Hingga pada tahun 1775 pemerintah Hindia Belanja memberikan surat izin Dominicu(salah seorang belanda dan pengusaha percetakan di batavia). Koran ini mulai terbit lagi pada tahun1776. Dimana Koran tersebut memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kegiatan pemerintah yang dibutuhkan oleh masyarakat. Koran ini berhasil bertahan samapi pada tahun 1810. Hingga pada akhirnyya Koran ini resmi dibubarkan ketikan pemerintahan Hindia Belanda jatuh ke Tanggan Inggris. Dan Inggris sendiri menyadari pentinyya surat kabar sebagai media informasi, maka Inggris sendiri menerbitkan surat kabar yang diberi nama “Java Gavermens Gazzate”,(29 februari 1812). Dimana Koran tersebut digunakan  untuk mempulikasikan kebijakan pemerintah, bahkan diantara tulisan yang lain ada yang mengritik kebijakan pemerintah.

Hingga pada akhirnya muncullahh beberapa surat kabar yang terbit untuk pertama kalainya dengan menggunakan bahasa asli daerah. Diantara Koran tersebut antra lain adalah; Soerabajsch Advertentieblad(1835). Soerabajsch Nieus en Advertentieblad(1953) di Semarang, De Nius bode(1961) di Bnadung, dan tentunya masih banyak lagi.

ØPers nasional masa penjajahan Belanda.

Dimana pada masa itu surat kabar di Indonesia mengalami pasang surut. Sejarah Pers di Indonesia, tidak akan bisa lepas dari peran masyarakatnya, artinya satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi. Hingga pada akhirnya pada permulaan perang dunia II ada kurang lenih sekitar 350 sampai 400 surat kabar, majalah mingguan dan bulanan.Meskipun pada saat itu ada larangan dari Pemerintah Hidia Belanda untuk tidak menyebarkan perasaan permusuhan, maupun penghinaan terhadap pemerintah Belanda. Hal tersebut tertuang dalam pasal 144 dan 145.

ØPers Indonesia dimasa Penjajahan Jepang.

Seperti pada sebelumnya ketika pemerintahan Indonesia jatuh ditangan Jepang seketika itu juga maka surat kabar maupun majalah yang sempat terbit pada masa pemerinthan Hindia Belanda resmi dibubarkan. Hingga pada akhirnya majalah maupun surat kabar secara resmi dikuasai oleh Jepang, dimana mereka menjadikan tiap ibukota propinsinya sebagai kantor berita. Dan tidak jauh dari masa pemerintahan Belanda, Jepnag juga menjadikan surat kabar sebagai alat pemerintahan jepang untuk mesukseskan program-program pemerintah yang pada intinya masyarakat diminta pro terhadap pemerintahan yang dijalankan Jepang. Dan untuk mengontol atau mensensor semua informasi yang akan dipublikasikan, mereka menempatkan pimpinan atau Shidoin yang tugasnya mengawasi semua pekerjaan yang berkaitan dengan dunia tulis menulis.

Begitulah Jepang melakukan tekanan dan pengawasan terhadap pers di Indonesia pada masa penjajahan jepang. Setelah jepang menyerah kepada sekutu 14 Agustus 1945 muncullah beberapa surat kabar yang diterbitkan oleh Regerings Voorlichting Diest(RVD). Hingga pada akhirnya setelah terjadi kesepakatan Roem-Royen (1949) surat kabar nasional mulai bangkit. Pelopor surat kabar setelah Revolusi adalah Berita Indonesia(BI).

ØPers Indonesia menjelang Kemerdekaan.

Koran BI(berita Indonesia) yang menjadi pelopor pertamakalainya setelah revolusi menjadikan Koran tersebut sebagai surat kabar gelap/dicetak secara sembunyi-sembunyi. Dimana pendistribusiannya dari tangan ke tangan hingga akhirnya menjadi rebutan rakyat. Koran ini dicetak pertama kali sebanyak 5000 eksemplar dan selalu habis setiap kali terbit.

ØPers Indonesia 1950-159

Sejak 1950 berlakulah undang-undang Repoblik Indonesia serikat(RIS). Dan beberapa bulan kemudian RIS dibubarkan dan diganti dengan UUDS(undang-undang dasar sementara). Dan pada saat itulah kebebasan Pers tercantum dalam UUDS, tepatnya pada bagian V yang mengatur hak-hak dan kebebasan-kebebasan dasar manusia yang terdiri dari pasal 7 sampai pasal 34.

Dimana pada masa pemerintahan itu pemerintah masih kejam, dan banyak surat kabar yang dibredel serta banyak pula wartawan yang ditangkap. Berdasarkan undang-undang tersebut maka PERPERDA(Penguasa Perang Daerah) menetapkan keputusan bagi setiap penerbitasn surat kabar dan majalah untuk dapat mendaftarkan diri sebelum tanggal 1 oktober 1958 kepada PERPERDA(Penguasa Perang Daerah). Dan ini dilakukan untuk mendapatkan surat izin terbit(SIT). Meskipun demikian tidak selamanya surat izin lansung diterbitkan, hal ini terbukti ketika harian Nindonesia Raya(HI) begitu mengajukan SIT kepada PERPERDA(Penguasa Perang Daerah) tidak langsung diberikan SIT. Dengan tidak diterbitkannya SIT, maka surat kabar tersebut tidak bisa terbit lagi.

Tanggal 1 Oktober 1958 merupakan awal matinya kebebasan Pers di Indonesia. Dimana penguasa pada saat itu telah menjadikan Pers sebagai alat penguasa untuk memerdekakan tindakan-tindakan penguasa. Dan pada tahun inilah sejarah hitam Pers Indonesia, dimana pada saat itu telah tercatat kurang lebih 42 peristiwa yang dialami Pers Indonesia, sebagain besar mereka mengalami pembredelan, penahanan, dan penganiayaan wartawan.

Dalam sejarah kebebasan Pers di Inodonesia 1950-1959 yang lazimnya diartikan sebagai kebebasan Demokrasi Liberal yang digunakan sebbebas-bebasnya oleh Pers. Liberal pada saat itu diartikan sebagai kebebasan politik(saling mencaci, memfitnah lawan politik) serta sensai dan pornografi. Apalagi setelah munculnya Party Bound Press(pers dibawah kendali partai politik), seperti Abadi(Masyumi), Duta Masyarakat (NU), suluh Indonesia(PNI), harian Rakyat(PKI). Begitulah sejarah singkatpers mulai zaman klasik hingga modern, tepatnya ketika pers tersebut masuk ke Indonesia yang mengalami pasang surut(kh).

Nuruddin, Jurnalisme Masa Kini, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2009), h. 25.

Mondry, Pemahaman Teori dan Praktek Jurnalistik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), h. 17

Ibid, h. 17

Nuruddin, Jurnalisme Masa Kini, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2009), h. 25.

Nuruddin, Jurnalisme Masa Kini, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2009), h. 27.

Nuruddin, Jurnalisme Masa Kini, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2009), Bab 2 Sejarah Persr di Indonesia. h. 32.

Nuruddin, Jurnalisme Masa Kini, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2009), Bab 2 Sejarah Persr di Indonesia. h. 45-46.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun