Mohon tunggu...
Fahmi
Fahmi Mohon Tunggu... Bankir - Suka baca hoby menulis

Pecinta Literasi

Selanjutnya

Tutup

Politik

PSI dengan Segala Kecaperannya

5 Januari 2019   19:03 Diperbarui: 5 Januari 2019   19:09 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Saya belum melihat gagasan yang luar biasa dari partai baru ini, terkecuali hanya caper. PSI ini menurut saya lebih pasnya disebut Karang Taruna,"

Demikian status seorang netizen di media sosial. Dan, sepertinya. Status tersebut setelah saya baca berulang-ulang secara seksama, saya sepakat.

Selama ini, PSI tidak lebih hanya sebatas partainya dunia maya, partai Medsos. Rame di dunia maya, sepi di alam nyata.

Meski kerap kali mengundang perhatian publik, tapi hanya sebatas Cari Perhatian (Caper). Menurut saya, wajar bila PSI selalu berusaha caper sebab dihuni oleh golongan muda alay.

Lihat saja bagaimana sepak terjang Tsamara Armany, ketika dia menantang debat salah satu politisi senior yang juga radak-radak mbleneh.

Tsamara keliatan ambisi, semakin memperjelas kualitas kekanak-kanakannya. Dan, sikap yang ia tunjukkan bagian dari upayanya sebagai kader PSI untuk Caper, agar perhatian publik tertuju pada PSI.

Ummat pengkapling surga dulu pernah mengangkat Gubernur tandingan, ketika Ahok masih memimpin DKI. Tidak jauh berbeda dengan mereka, PSI justru lebih ngebanyol dengan merekomendasi beberapa nama untuk disandingkan dengan Jokowi. Bahkan, lengkap dengan nama-nama yang akan mengisi pos menteri nantinya.

Jujur saja, sikap yang ditunjukkan PSI ini sudah diluar nalar kewarasan. Mereka seperti kelompok yang terlalu banyak hormon tosteron namun setelah bermain ternyata justru ejakulasi dini.

Baru-baru ini, ketua PSI Grace Nataly dan Wakilnya Raja Juli memberi penghargaan hoaks pada Prabowo, Sandiaga Uno dan Andi Arief.

Saya tidak faham dengan polah mereka, saya saja yang bukan orang berpendidikan faham bagaimana cara mengkritik yang santun dan beretika. Lebih-lebih agar semua tidak gaduh.

Cara yang dilakukan PSI ini benar kreatif. Namun, langkah itu justru tidak beretika dan kekanak-kenakan, hanya sebatas tindakan kecaperan untuk mengundang perhatian publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun