Mohon tunggu...
Yakobus Sila
Yakobus Sila Mohon Tunggu... Human Resources - Pekerja Mandiri

Penulis Buku "Superioritas Hukum VS Moralitas Aparat Penegak Hukum" dan Buku "Hermeneutika Bahasa Menurut Hans Georg-Gadamar. Buku bisa dipesan lewat WA: 082153844382. Terima kasih

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gejala Salah Omong

16 April 2020   11:19 Diperbarui: 16 April 2020   19:29 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ada banyak manusia yang terlampau mengandalkan naluri atau instink. Hal tersebut mudah terlihat dalam pergaulan sehari hari terutama di media sosial. Naluri kemarahan atau caci maki diungkapkan secara sarkastik tanpa berpikir panjang. Orang dengan bebas mengungkapkan perasaannya kepada orang lain tanpa pertimbangan matang.

Kalau dampak dari perkataan atau tulisannya meluas dan viral, baru orang sadar dan meminta maaf. Hal itu, menunjukkan bahwa manusia tak berdaya terhadap diri sendiri. Kemampuan mengontrol diri sangat minim. Manusia menjadi egois seperti makhluk tak berbudi.

Keadaan seperti ini memerlukan kajian mendalam untuk diteliti. Dan hasilnya harus disampaikan kepada publik. Agar publik pun tahu akan gejala kebiasaan manusia yang suka berbicara atau menulis tanpa berpikir dan bertindak secara matang.

Mestinya manusia beradab selalu, berdialog dengan diri sendiri. Selain itu, dia berdialog dengan orang untuk memberi pertimbangan matang. Karena kematangan selalu dilalui dalam proses bukan hasil akhir.

Beberapa waktu belakangan ini muncul protes para warganet terhadap staf khusus presiden. Kesalahan yang dilakukan staf khusus presiden adalah menyurati para camat untuk mendukung program penyaluran APD kemasyarakat yang melibatkan perusahaan miliknya. Untuk apa membuat surat, kalau perbuatan tersebut menyalahi aturan? Standard operasional prosedur (SOP) mesti sudah dipelajari untuk menghindari perbuatan yang tidak perlu dan konyol.

Itu baru satu contoh sederhana dari sekian banyak perbuatan yang dilakukan tanpa pertimbangan matang, dan begitu banyak perbuatan konyol yang seharusnya tidak terjadi. 

Setelah mengetahui dirinya keliru,  baru kata-kata maaf muncul. Apa salahnya kalau dari awal rencana pembuatan surat itu, sang Staf khusus berdiskusi dulu dengan orang terdekat terutama para senior yang lebih paham. Ini sekali lagi adalah perbuatan konyol yang memalukan.

Ada kecenderungan umum bahwa orang Indonesia jarang berpikir tuntas. Perhatikan karyawan di kantor anda. Apakah para staff bekerja tuntas dan berpikir matang? Berpikir saja tidak tuntas apalagi berbuat. Mereka lebih mengharapkan orang memberikan teguran dan koreksi, daripada berusaha maksimal untuk melakukan sesuatu secara tuntas.

Kerendahan hati menjadi penting dilakukan walau kita kadang berbesar kepala karena merasa lebih hebat dan dipercaya. Kebijaksaan hidup tumbuh dari perasaan "selalu kurang" agar kekosongan kita terisi.

Peristiwa tersebut hanyalah contoh kecil yang dibesar-besarkan. Masih ada contoh lain, misalnya, ketika orang-oranh suka menghina kepala negara, daripada membantu pemerintah mengatasi masalah.

Para pelaku penghinaan mestinya sudah tahu bahwa perbuatan tersebut melawan hukum karena kepala negara adalah simbol negara. Namun, karena rasa benci yang terpendam lama dalam pentas politik, akhirnya terakumulasi dalam perbuatan tidak terpuji. Aparat penegak hukum mesti turun tangan untuk menyadarkan pelaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun