Mohon tunggu...
Bank Raff Beding
Bank Raff Beding Mohon Tunggu... -

Kemudian lebur menjadi satu tuk mengajarimu makna hidup ..maka kedewasaan bukan hanya dari segi usia .. seorang mahasiswa fakultas Komunikasi, yang mengambil jalur Jurnalistik, dan sekarang berada pada semester 6..

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Twitter Dipasung ? #LucuBanget

30 Januari 2011   23:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:02 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : @BankRaff (Rafael Miku Beding)

Indonesia adalah negeri yang riuh , terutama bagi para maniak jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter. Indonesia berada di urutan kedua jumlah pengguna Facebook di dunia. Sedangkan untuk Twitter, Indonesia menempati urutan keenam. Sebuah prestasi yang membanggakan bagi negeri tercinta ini, secara tidak langsung membuktikan negara kita tidak hanya update dalam hal-hal kasus korupsi, melainkan juga update dalam hal perkembangan dunia multimedia. Suasana tergambar malam hari, saya duduk di kursi ruang tamu, sambil menonton berita. Biasa, berita yang aku tonton tidak jauh-jauh seputar dunia korupsi yang semakin marak diperbincangkan, sekalipun palu hakim telah digetok dan menjatuhkan hukuman 7 tahun penjara dan denda 300 juta terhadap Gayus, ternyata kasus korupsi belom tuntas sampai disitu, justru menjadi babak baru dalam sinetron "Opera Van Korupsi" di #NegeriDagelan ini. Ternyata tidak hanya ditelevisi, sejenak saya alihkan pandangan dari televisi beralih melihat kelayar Hp, saya melihat timeline twitter ternyata juga dipenuhi status-status dari orang-orang yang aku follow twitter-nya. Juga sama, membicarakan kasus korupsi di #NegeriDagelan ini. Dari 250 lebih status yang saya lihat, kurang lebih 70%-nya membahas mengenai korupsi, sisanya menuliskan kegalauan pribadinya, dan sisanya lagi membahas kasus-kasus lain yang sedang update di negeri Ini. Akhinya tombol "OK" pada layar Hp saya tekan untuk me-Retweet status salah seorang teman. RT @BijiIsrael : Wuoy .. Pak Mentri, Tau apa lo tentang Twitter ! Bilang Ngancem Negara, #Taee, Ngancem U doank Kali .. ! #SaveTwitter Kurang Lebih Begitu Isi Status Twitter milik seorang teman yang tertulis dalam 135 karakter menggunakan spasi. Menarik perhatian, dan juga menarik jempol untuk me-retweet status tadi. Sempat menimbulkan tanda tanya besar dalam pikiran saya. "Ada apa ini ?" kalau langsung gamblang saya bersuara pasti akan saya katakan "Anjing banget !! Gila Apa ? Twitter mau diBlokir ? seenak Jidad aja maen mau Blokir .." Informasi kepastian tentang issue tadi, akhirnya saya dapatkan. Ternyata bukan mau diblokir seperti issue mengenai RIM BlackBerry, melainkan pernyataan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro yang amat disayangkan oleh sejumlah kalangan bahwa ancaman nir-militer dapat juga dilakukan melalui dunia maya, misalkan lewat Twitter, Facebook, dan situs jejaring sosial lainnya. Sungguh kelewat batas apa yang disampaikan pak menteri tadi. Sebegitu bahayakah Twitter sampai dikatakan merupakan salah satu ancaman nir-militer yang menggunacang ketahanan negara ? Memang Twitternya sendiri tidak dapat disalahkan begitu saja, Twitter bisa diartikan hanya sebagai softwere, dan kita-kitalah yang berperan sebagai user. Disini yang menjadi titk berat permasalahannya, kenapa sang pak mentri men-generalisasi secara keseluruhan, seolah-olah twitter yang salah, sehingga twitter harus diblok biar ketahanan negara tidak terguncang. Tercatat data pengguna Twitter di Indonesia mencapai 6,2 juta dari 190 juta pengguna twitter secara global. Mulai dari politikus, artis, aktivis, budayawan, mahasiswa bahkan sampai anak-anak pun kini tahu apa twitter itu. Entah apa pendefinisian dalam benak pak menteri mengenai "twitter mengancam ketahanan negara," Sehingga banyak menimpulkan polemik di masyarakat. Saya pribadi, mengasumsikan jelas ini berlebihan. Sebagai sarana pengancam ketahan negara ? begitu kontras alasannya ketika disandingkan dengan penggunaan karakter penulisan yang hanya terpaut batasan 140 karakter saja. Muncul dugaan, apakah sebegitu rapuhkah ketahanan negara kita ? kenapa demikian, pernyataan pak menteri tadi seolah-olah bukan menunjukan sebuah kekuatan-nya berbicara mengatasnamakan pertahanan negara. Melainkan sebuah ketakutan mengatasnamakan pertahanan negara yang rapuh, rentat untuk ditembusi. Menteri pertahanan kita ini, hampir mirip dengan Presiden Mesir, Husni Mubarak yang memblokir Twitter, Facebook, dan telepon selular. Husni Memblokir semua jaringan komunikasi dengan maksud untuk memutus tali informasi dan dukungan terhadap demonstran yang pro-demokrasi. Jelas, ini bentuk ketakutan Husni akan kekuatan demokrasi yang mampu mengguncang pemerintahannya yang terbilang seenak jidad. Apakah Indonesia juga akan mengikuti jejak Mesir ? tentunya besar harapan untuk berkata "tidak." Yang saya takutkan disini adalah rasa ketakutan yang diumbar pak menteri tadi, merupakan rasa ketakutan pribadi, lalu diumbar dengan mengatasnamakan negara. Ataukah, karena banyak user yang mengumbar kebobrokan negara, mengkritik negara dalam status twitternya, lalu bisa dikatakan itu mengancam ketahanan negara ? Mengunakan jejaring sosial twitter merupakan salah satu bentuk kebebasan berbicara yang diwujudkan di dunia cyber / dunia maya. Kehadiran para kritikus-kritikus di dunia twitter janganlah dianggap momok yang berbahaya bagi negara, itu berlebihan. Justru harus diberikan apresiasi karena mereka turut berpastisipasi dalam membentuk cultur bangsa ini. Mereka mengkritik, bahkan saya pun juga suka mengkrtik, toh memiliki motif tersendiri, yang tidak lain bertujuan agar negara ini tidak melenceng dalam jalannya roda pemerintahan. Pemerintah bukanlah anak-anak yang menangis ketika diolok-olok oleh sesamanya, janganlah menutup mata, menutup telinga dan membungkam mulut akan semua kritikan yang masuk. "Wiuh .." menarik sedikit nafas lega. Menyandarkan sejenak bada di sofa ruang tamu, mengambil es teh manis yang sudah dibuatkan mama, lalu meminumnya secara perlahan. Berharap semoga dinginnya es dan manisnya teh dapat menetralisir pikiran dan perasaan yang tadinya terbakar pernyataan lucu sang mentri yang aku baca lewat HP menyangkut kasus twitter tadi. Gelas es teh kembali aku taruh diatas meja, awalnya ingin beranjak dari kursi dan memutuskan untuk mandi, sebab dari pagi tadi aku belum mandi. Namun pandangan terhenti melihat subheadline yang tertulis di Koran Tempo 29 Januari 2011, Pernyataan Menteri Pertahanan Soal Twitter Dianggap Berlebihan. Ku-urungkan niatku untuk mandi, kembali duduk dan membaca berita tadi. Isinya kurang lebih sama, mengklaim pernyataan pak menteri yang dinilai berlebihan. Enda Nasution disitu mengatakan, pernyataan Purnomo itu terlalu prematur. "dan terkesan terlalu paranoid karena twitter adalah aplikasi yang berdiri di atas internet," kata Enda. Kembali ia melanjutkan, Twitter itu seperti bahaya pornografi. Semua hal kembali kepada pengguna Internet itu sendiri. Twitter ibarat petasan betawi yang umunya dipakai dalam upacara pernikahan, kecil-kecil bentuknya Cuma berentet panjang, yang hanya bersumbu satu mili, begitu dinyalakan akan cepat meledak-ledak, menyambar-nyambar mulai dari petasan yang berada di paling bawah sampai ke paling atas. Twitter tidak mengancam negara, twitter hanya berperan sebagai penyalur aspirasi untuk pembangunan negara ini secara seutuhnya dan seluruhnya. Janganlah memasung kebebasan masyarakat untuk beraspirasi. Memasung kehendak beraspirasi, itu berarti memasung konsep demokrasi yang didaulat sebagai fondasi negara ini. Masih banyak yang terlihat secara kasat mata, jelas-jelas mengancam negara. Lihatlah para koruptor yang berkeliaran bebas mencuri uang rakyat, Ormas-ormas yang bertindak sewenang-wenang mengatasnamakan agama, dan masih banyak lagi. Mereka-mereka lah yang sesungguhnya jelas mengancam negara. Terima Kasih .. bentuk apresiasi saya untuk mendukung

12964261621187333441
12964261621187333441
#SaveTwitter di #NegeriDagelan ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun