Mohon tunggu...
M.Dahlan Abubakar
M.Dahlan Abubakar Mohon Tunggu... Administrasi - Purnabakti Dosen Universitas Hasanuddin
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Keng Wie: Ramang "Ngamuk" di Babak II (64)

4 Juni 2021   16:17 Diperbarui: 4 Juni 2021   16:43 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keng Wie (tengah), Kamalurdin almarhum (kiri) dan penulis (kanan). dalam suatu diskusi tentang Ramang dan PSM di salah satu Warung Kopi di Jl. A.Pange / dokpri

Menurut Keng Wie, Ramang bisa menendang bola dari segala posisi. Namun yang sangat berbahaya adalah kaki kanannya. Mencetak gol dengan salto, termasuk yang sering dipertontonkan Ramang kepada publik sepakbola setiap dia memiliki peluang. Samahalnya dengan ketika dia mencetak dua gol untuk kemenangan PSSI atas RRC di Gelora Bung Karno. Salah satu gol yang dia ciptakan itu dihasilkan melalui tendangan jungkir balik, salto, yang sangat memukau. Luar biasa..

''Ramang bisa menembak sambil lari. Larinya kencang. Dia sebenarnya kurang piawai menggoreng bola. Tidak terlalu mahir, tetapi kalau sudah menguasai bola, biarkan dia menyelesaikan sendiri tugasnya menjebol gawang lawan,'' sebut Keng Wie.

Hanya saja, ayah enam anak berikut kakek 10 cucu ini mengakui, yang paling hebat dari Ramang adalah ketika mengeksekusi tendangan penalti Dia membelakangi bola. Tidak pernah melihat si kulit bundar. Apalagi, menyapu-nyapu bola lalu mengambil ancang-ancang seperti kebanyakan pemain sekarang. Begitu semprit wasit berbunyi, dia balik, langsung boom.... menendang. Kebanyakan bola masuk di pojok gawang lawan lebih cepat beberapa detik dari reaksi yang berdiri di bawah mistar.

Jika sedang bertanding, tidak seperti zaman sekarang, pemain saling teriak minta bola dan sebagainya. Dulu, kata Keng Wie, para pemain hanya saling mengingatkan dan memberi  isyarat  saja.

''Ehh. Lihat di belakangmu. Asal teman mendengar, dia tahu isyarat pendek itu,'' katanya.

Yang hebat, pertahanan PSM  selalu mampu membaca arah pergerakan bola lawan. Tahu bola ke arah mana akan dikirim oleh lawan. Sehingga, tidak heran para pemain PSM lebih mudah menutup pergerakan lawan. Kemampuan ini merupakan buah dari latihan yang sangat disiplin. Jika latihan di Karebosi,. tidak ada yang main-main. 

Di usia senja, saat berhenti main bola tahun 1975, Keng Wie masih memperkuat kesebelasan PSAD ketika melawat ke Banjarmasin. Di dalam tim itu, juga ada Ramang dengan dua anaknya (Rauf dan Anwar), Dullah Wahid, Gaffar Hamzah (almarhum), Waktu itu, PSAD menang besar. Terlalu kuat bagi kesebelasan di Banjarmasin tersebut menghadapi tim yang berintikan eks pemain PSM.

Selepas bermain bola, Keng Wie beralih posisi. Selama dua tahun dia melatih kesebelasan POP, klub anggota PSM yang dibina Polri. Namun, tidak ada pemain yang menonjol dari klub ini. Mannan, yang pemain PSM dari berasal dari Polri lebih dulu lahir sebagai pemain, sebelum Keng Wie melatih POP. Manan adalah salah seorang pemain PSM bersama John Simon dan M. Basri yang ditawar menjadi anggota Polri pada masa itu. Basrii menolak, lebih memilih menjadi orang sipil. Mannan dan John Simon menerima tawaran itu. Mannan sendiri dalam kariernya sempat menjabat Kapolres Sinjai dengan pangkat terakhir letnan kolonel.

John Simon sendiri dikenal sebagai spil Indonesia, ketika Indonesia berhadapan dengan kesebelasan professional Belanda, Feyenord dalam lawatan Eropa Timnas PSSI, dipersalahkan secara kasar menjatuhkan sayap kanan kesebelasan asal Belanda yang diimpor dari Yugoslavia. Wasit langsung menunjuk titik putih. Penalti di depan gawang Indonesia. Setengah main skor 1-1. Padahal, surat kabar Belanda pagi hari itu, dengan judul besar sebesar 42 point menulis sinis terhadap kemampuan tim Indonesia. Indonesia akhirnya kalah 1-6 atas kesebelasan negeri Kincir Angin tersebut.

Mengisi masa tuanya, sembari berjualan bahan bangunan, Keng Wie, tiap hari tetap menjaga kondisi, dengan melakukan jogging di Karebosi. Pada peringatan Imlek 2561 (2010) Gubernur Sulawesi Selatan memberi penghargaan kepada eks pemain PSM ini. Penghargaan kepada warga keturunan yang berprestasi dalam bidang olahraga. Penghargaan itu diserahkan pada malam ''Temu Hati'' 2561 dalam bentuk Pin Kesetiaan. (Bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun