Mohon tunggu...
M.Dahlan Abubakar
M.Dahlan Abubakar Mohon Tunggu... Administrasi - Purnabakti Dosen Universitas Hasanuddin
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin

Selanjutnya

Tutup

Diary

Obituari H Abdurrahman Siada: Selamat Jalan Guruku!

19 April 2021   23:03 Diperbarui: 19 April 2021   23:50 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Senin (19/4/2021) malam ini kembali grup whatsapp (WA) keluarga mewartakan berita duka. Innalillahi wainna ilaihi rajiuun, telah berpulang ke rakhmatullah orang tua dan guru kami H.Abdurrahman Siada, penjaga gawang legendaris Persatuan Sepakbola Bima (Persebi) 1960-an. di Desa Sekuru Kecamatan Monta Kabupaten Bima.  Almarhum adalah guru dan kepala sekolah saya di SDN Kanca pada tahun 1963-an,

Pada tahun 2014 memperingati Hari Guru saya pernah menulis di Harian Fajar dengan berjudul "Guruku Perkasa". Tulisan tersebut mengingatkan saya ketika Dr.dr.Jumraini Tammasse, Sp.S.(K), dokter ahli saraf dan stroke, bertemu guru fisikanya  ketika di SMA Negeri 600 Cangadi Soppeng -- Muhiddin Manne. Pertemuan itu mengingatkan saya  terhadap guru yang juga kepala sekolah dasar di kampung dulu,. Abdurrahman Siada.

Pada tahun 2014 itu, keadaannya, sama dengan Muhiddin Manne. Terkena stroke. Perbedaannya, Muhiddin Manne masih mampu berjalan, sementara guru saya lebih banyak di tempat tidur rumah.

Desember 2011, dalam perjalanan ke Bandara Sultan Muhammad Salahuddin Bima untuk kembali ke Makassar, saya mampir di rumah istri pertamanya, Aisyah, yang ketika saya menulis artikel tersebut November 2014  meninggal dunia beberapa bulan sebelumnya.    

Abdurrahman Siada yang menjabat kepala di sekolah dasar tempat saya belajar, merupakan orang kedua sebagai kepala di SDN yang berdiri 1 Agustus 1960 tersebut. Kepala sekolah yang pertama dan bersamaan dengan berdirinya SDN Kanca adalah H.M.Saleh, lelaki jangkung berkulit sawo matang yang jika ke sekolah selalu mengenakan surban putih dan kadang-kadang lurik. Keistimewaan kepala sekolah saya yang ini adalah mengenakan gigi emas, yang tentu saja saya tidak pernah tahu berapa gram beratnya.

H.M.Saleh sebelum ke Kanca, terlebih dahulu mengajar SD di Desa Ncera Kecamatan Belo, tetapi beberapa tahun sebelumnya. Pada September 1951, beliau ditarik ke SDN Talabiu sebelum ditarik ke SDN Kanca, kampung saya. Sebab, sepeninggal beliau, digantikan oleh ayah saya pada 1 Oktober 1951 (hingga 30 Juli 1956). Ayah ditarik kembali ke SDN Parado 1 Agustus 1956 hingga 1978, tempat ayah mulai mengajar per 1 Oktober 1946 hingga 31 September 1951 sebelumnya. Ayah pindah ke SDN Kanca 1978-hingga 1988,  bertepatan saat pensiun.     

Saya termasuk murid angkatan pertama sekolah itu dengan nomor induk 25. Nomor induk 1 'diambil'  paman saya, Abdul Gani H.Abidin (alm.), anak Gelarang (kini kepala desa) Kanca yang tidak lain adalah paman se-permainan saya.

Kehadiran Abdurrahman Siada memberikan suasana baru bagi desa saya yang terpencil. Desa ini merupakan permukiman penduduk paling ujung di Kabupaten Bima bagian selatan. Truk harus berbalik arah di desa ini jika sempat datang menjemput hasil desa seperti kedelai, kemiri, dan kayu jati. Tiga jenis komoditas yang dapat dihasilkan kampung paling ujung ini.  

Kesemarakan kehidupan desa yang menonjol dengan kehadiran guru saya itu, anak laki-laki jadi ''demam sepakbola''. Bagaimana tidak, guru kami ini adalah salah seorang penjaga gawang  andal kabupaten, Persatuan Sepakbola Bima (Persebi)  pada masa itu. Kisah keandalannya mengawal jaring kabupaten kondang di mana-mana.

Apalagi kalau kesebelasan yang dibelanya berhadapan dengan tim  Persatuan Sepakbola Sumbawa (Persisum) yang diperkuat pemain nasional Wadung dengan nomor punggung 9. Wadung pernah memperkuat PSSI ke Kings Cup di Bangkok 1960-an. Hasil pelacakan dan dimuat di dalam buku saya "Ramang Macan Bola", (2011) Wadung juga pernah dilatih oleh Ramang ketika ikut bergabung di PSB Blitar.

Jika kesebelasan  Persebi  vs Persisum bertanding, tidak hanya suporter dikerahkan, tetapi dukun-dukun pun ikut ambil bagian di belakang gawang. Gila. Saya menyaksikan pertandingan antara  Persebi,  yang digawangi guru saya Abdurrahman Siada, melawan Persisum yang diperkuat Wadung di lapangan Merdeka, Sera Suba, Bima ketika belajar di SMA Negeri Bima tahun 1969.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun