Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Dari Seorang Kolektor Jadi "Minimalist"

5 Mei 2021   14:36 Diperbarui: 5 Mei 2021   14:51 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dokumen pribadi

Dulu pernah terpikir untuk mengoleksi barang seperti perangko. Saya suka mengumpulkan  perangko karena saya suka menulis surat kepada teman-teman atau saudara yang berada di luar kota/ negeri.  Perangko itu saya masukkan ke dalam album khusus untuk perangko.

Jadi saya membagi album koleksi perangko berdasarkan negara dan kemudian tahunnya.  Saya mengumpulkan perangko sejak saya SMP hingga  SMA. 

Awalnya hobi itu timbul Ketika guru Bahasa Indonesia saya  mengatakan bahwa tulisan atau karangan saya kurang berkembang, Konten atau isinya hanya singkat , tanpa pendalaman .  Lalu saya  diminta untuk melatih diri dalam mengarang surat. Nach, itulah titik awal saya sering menulis surat kepada sepupu atau dulu ada penfried.

Begitu banyak perangko yang saya kumpulkan dan semuanya hampir ada 8 album.

Sayangnya, ketika saya sudah menikah dan kami harus renovasi rumah, maka dengan terpaksa saya harus merelakan semua album perangko itu diberikan kepada tukang loak.

Saya sendiri tak berani menatap bagaimana saya kehilangan benda yang berharga itu. Tapi saya sudah merasa kewalahan dengan barang-barang yang harus diangkut untuk pindah rumah sementara .

Selesai SMA, saya pun hidup di kos , tak berani mengoleksi apa-apa . Tak bisa mengumpulkan barang koleksi.

Namun, saya paling suka mengumpulkan barang berupa buku-buku yang telah saya beli, bacaan seperti novel, buku penanjang pengetahuan, sastra, motivasi, psikologi popular, dari berbagai penulis .

Beberapa buku yang saya miliki. Sumber: Dokpri
Beberapa buku yang saya miliki. Sumber: Dokpri
Ketika membeli saya tak pernah bermaksud akan mengoleksinya. Tanpa disengaja, satu, dua buku dibeli tiap bulan,  maka jumlahnya begitu banyak.

Apalagi saya suka dengan membaca.  Haus dengan buku . Saat itu belum ada e-book. Jadi buku saya semuanya masih dalam bentuk hardcopy.   

Ketika saya  selesai membaca, saya letakkan buku itu di lemari . Ada dua lemari yang jadi tempat buku-buku itu.

Nach  hobi saya sekarang ini justru membersihkan barang . Saat  saya melihat  buku-buku yang telah lama tak tersentuh, saya merasa  sedih karena buku ini sekedar jadi buku pajangan saja.

Sebagian besar saya berikan kepada orang-orang yang menyukainya. Tetapi Sebagian besar juga diberikan kepada taman bacaan yang membutuhkan untuk buku seri Bahasa inggris dan buku seri Poldi, Mengapa begini mengapa begitu (untuk anak saya).

Sedangkan buku-buku milik saya pun sudah mulai sedikit jumlahnya

Suatu Ketika saya mendapat inspirasi dari seorang anak muda yang mengadakan webinar  , merupakan inspirasi dari sebuah buku "How to be  A Minimalist".

Dari buku itu saya mengetahui jelas bahwa gaya hidup minimalist itu  cukup sederhana saja, tidak berlebihan.   Umumnya mementingkan kualitas ketimbang kuantitas.  Apa yang kamu butuhkan, hanya rumah, lalu tempat tidur, tempat makan, piring dan segalanya, kursi, dan cukup satu atau dua buku saja.

Terkejut dengan pandangan seperti itu.  Kenapa hidup minimalist itu jadi suatu panutan di zaman sekarang .

Ternyata ada makna lebih dalam bahwa hidup minimalis itu mencukupkan denga napa yang ada, bukan dengan yang tidak ada.  Ketika tiba waktunya, kita akan pulang dan tidak membawa apa-apa. Merelakan barang-barang untuk dipakai atau dimanfaatkan oleh orang lain.

Ketika hidup minimalist diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sungguh akan lebih menyenangkan.

Lalu, mulailah saya mulai menyingkirkan semua barang yang sudah tak saya butuhkan, satu persatu sudah pindah ke ruang gudang yang juga akan berpindah tangan kepada tukang loak atau kepada orang yang membutuhkan.

Sekarang ini saya bukan pengkoleksi barang lagi. Saya minimalist karena hidup saya mulai saya arahkan kepada hidup minimalist.

Sisa barang yang saat ini adalah bagian dari barang koleksi yang sudah tidak dianggap lagi koleksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun