Anak-anak membawa atau Ngarak  bedug yang diletakkan di sebuah gerobak kecil lalu, ditabuh dan mereka juga ikut menyanyi.  Hal ini dilakukan ratusan tahun yang lalu Ketika Jakarta masih berupa hutan dan masih sedikit penduduknya.  Oleh karena itu untuk dapat menembus manusia, mereka melakukan ngarak bedug dan membunyikannya.
Ada pula yang menggunakan pengeras suara masjid sebagai alat untuk membangunkan warga untuk sahur. Â Bahkan ada yang mengetuk pintu-pintu warga.
Bedug diganti dengan Petasan
Dengan pengaruh dari budaya China, maka bedug pun diganti dengan  petasan. Kerasnya suara petasan membuat orang terbangun.
Petasan digantikan dengan Alat Musik
Setelah penggunaan petasan digantikan dengan alat musik tradisional seperti  rebana, gendang, .  Alat tradisional ini dilengkapi dengan nyanyian sehingga orang mudah dibangukan dan merasa terhibur.
Â
Mengikuti  Perkembangan Zaman
Zaman telah berkembang pesat, sekarang orang tidak bisa menggunakan alat , lalu menabuhnya sambal berteriak-teriak lagi karena hal itu tentu akan mengganggu bagi anak-anak kecil, bayi, mereka yang tidak berpuasa.
Demikian juga sekarang hal itu tidak dapat dilakukan lagi karena ada hukum di Pasal 503 Angka 1 Kitab UU Pidana PP Mahkamah Agung mengatur  bahwa "Barang siapa membuat riuh atau ingar, sehingga pada malam hari waktunya orang tidur  dapat terganggu  mengadakan kegaduhan akan dikenakan  hukuman kurungan selama-lamanya tiga hari atau denda sebanyak-banyaknya Rp.225.000".
Di zaman modern, Â tradisi untuk sahur pun bergantung dari keluarga masing-masing. Â Ada warga yang melakukan dengan pasang alarm dan agar tetap bisa bangun, mereka membunyikan alarm yang cukup lama waktunya.