Mohon tunggu...
Sunardi Panjaitan
Sunardi Panjaitan Mohon Tunggu... profesional -

Sunardi Panjaitan, asli keturunan batak walau nama depannya mengandur unsur jawa, tapi nama ini adalah sebagai bentuk pluralisme yang menggambarkan banyaknya suku dan budaya di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Empati dari Commuterline

17 Oktober 2015   17:09 Diperbarui: 17 Oktober 2015   17:52 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ini kejadian sudah cukup lama sebenarnya. Saya lupa persisnya hari apa dan tanggal berapa. Yang saya ingat, waktu itu saya hendak pulang ke Depok naik KRL dari stasiun Juanda, Jakarta Pusat.

Saat menaiki kereta, saya sudah mendapati seorang nenek bersama dengan cucunya duduk di kursi prioritas. Kondisi gerbong kereta memang tidak terlalu padat, karena belum memasuki jam pulang kantor. Disebelah si nenek, duduk seorang kakek yang hampir seumur dengan nenek tersebut. Sementara disebelah cucunya, dekat pintu kereta, duduk seorang pria muda dengan penampilan ala kadarnya. Memakai sandal jepit, topi dan mulut ditutup dengan masker serta sebuah tas kecil ada di pinggangnya. Dia menyandarkan tubuhkan di dinding kereta sambil memejamkan mata.

Sekilas saya mendengar percakapan antara si nenek dan si kakek. Obrolan soal kenangan masa lalu. Tentang Jakarta yang sudah semakin padat, pelayanan KRL yang sudah jauh berubah, dan lain-lain. Intinya keduanya mencoba membandingkan perubahan Jakarta saat mereka masih muda dengan kondisi saat ini.

Beberapa menit kemudian, obrolan sudah mengarah pada kondisi sang cucu yang berada di sampingnya. Si nenek bercerita, kalau cucunya tersebut adalah anak yatim piatu. Kedua orang tuanya meninggal saat dia masih bayi. Dan sekarang dia mengasuh sendiri cucunya. Hari itu, menurut si nenek, mereka mengunjungi salah satu anaknya yang tinggal di Jakarta. Sementara si nenek tinggal di Bogor bersama sang cucunya.

"Saya punya satu anak yang tinggal di Jakarta, tadi kita habis main dari sana. Sekarang mau pulang ke Bogor," ujar si nenek bercerita.

Saya yang berdiri tepat di depan si nenek dan cucunya hanya mendengar obrolan mereka. Sementara sang cucu, terlihat sibuk mengamati sekeliling gerbong kereta. Tidak hanya saya yang mendengar cerita si nenek.

Pria yang duduk di samping sang cucu, rupanya juga ikut mendengarkan cerita si nenek, meski dia terlihat seperti sedang tidur.

Tiba-tiba, pria tersebut bertanya.

"Ibu mengasuh sendiri cucu, Ibu?'

"Iya, dek" jawab si Nenek sambil menoleh ke arah si pria.

"Mau gimana lagi, ibu bapaknya sudah meninggal sejak dia bayi" si nenek memberi penjelasan lebih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun