Mohon tunggu...
HERRY FERDIAN
HERRY FERDIAN Mohon Tunggu...

Herry Ferdian, S.Pd.I dilahirkan di Ciamis tepatnya pada 5 juli 1987. mengawali karir didunia jurnalistik saat duduk dibangku perkuliahan IAID Ciamis menjadi sekretaris redaksi HARAKATUNA dan MOEKA "MEDIA ORANG KAMPUS". Penulis juga pernah aktif di berbagai organisasi intra dan ekstra kampus, diantaranya : BEM KM IAID 2004, DPM Sebagai Sekretaris Jenderal, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Sebagi Sekjen 2005, Forum Kajian Filsafat Islam (FKFI) Ciamis Sebagai Ketua Umum, dan berbagai organisasi kemasyarakatan dan ilmiah lainnya.Penulis menyelesaikan perkuliahan dengan kualifikasi nilai 3.28 (Sangat Memuaskan). Selain itu Penulis juga memiliki bakat seni dan berkesian yang tinggi dalam bidang sastra, musik, dan vokal, baginya seni dan berkesenian adalah identitas manusia yang mampu memberikan harmoni dengan beragam ciptaan Tuhan. Sekarang penulis aktif sebagai Staf Pendidik Aqidah Akhlak dan TIK di SMP Plus Almaarif NU Pangandaran dan Guru Bahasa Inggris di SDN 5 Cibenda, serta sebagai peneliti Akhlak dan Etika Remaja dilingkungan pesisir Pangandaran yang notabenenya lingkungan pariwisata. Terimakasih

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Polemik Dibalik Tambang Pair Besi Tasikmalaya dan Ciamis Selatan

28 Februari 2012   19:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:46 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Unek-unek masyarakat pesisir selatan
--------------------------

Tambang pasir besi masih lah menjadi primadona dan juga penggerak perekonomian Eksploitor dan OKNUM Pengusaha yang saat ini bercokol disebagian wilayang Ciamis dan Tasikmalaya bagian Selatan. Pengerukan Pasir Besi di wilayah ini bisa di ibaratkan bak orang yang sedang ”menggali kuburannya sendiri.” Pernyataan ini bukan tanpa alasan karena kerusakan akibat kegiatan pertambangan tersebut berkepanjangan dan tidak terpulihkan. Pengerukan pasir besi banyak dilakukan dikawasan-kawasan hilir pantai, dan daerah yang notabenya berfungsi sebagai resapan air dan penyangga tanah/hutan yang ada di Ciamis dan Tasikmalaya bagian Selatan, dari mulai Cikatomas - Cimerak, bahkan mirisnya berencananya akan ada penambahan lahan galian merambat sampai Parigi dan bisa jadi seterusnya dan seterusnya. Hal ini bisa disebut sebagai Eksploitasi Akbar yang akan meningkatkan resiko terjadinya bencana banjir, longsor hingga krisis air karena terganggunya daerah tangkapan air. Di masa depan kondisi ini akan kian memburuk, jika cadangan pasir besi yang salah satu fungsinya sebagai pondasi tanah dikawasan tersebut menjadi sasaran empuk Eksploitor (Penjilat) pengerukan berikutnya.
Bisa dibayangakan berapapun besarnya ongkos sosial,ekonomi, dan kerusakan lingkungan yang mesti ditanggung akibat dari operasi pertambangan, tidaklah sebanding dengan manfaat finansial yang selalu dijadikan alasan oleh "OKNUM" pemerintah dan PENJILAT "Eksploitor" untuk mendorong pertumbuhan sektor ini.
Saatnya kita sadar bahwa Eksploitasi sumberdaya alam yang akan dan sudah dilakukan akan melebihi daya dukung lingkungan yang ada dan melampaui ambang batas.

Cibenda, 28 Februari 2012

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun