Mohon tunggu...
Fat Haryanto Lisda
Fat Haryanto Lisda Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

nama : fat haryanto lisda, S.Sos\r\nTwitter : @fatharyanto\r\nemail: fat.haryanto@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Capres dan Dramaturgi Politik

29 Maret 2014   19:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:19 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tahun ini indonesia kembali akan memilih pemimpin negara yang baru. pergantian pemimpin kekuasaan politik akan segera dilangsungkan di Republik ini setelah melalui pemilu legislatif tanggal 9 april nanti.

Berbagai parta menampilkan calon presidennya masing-masing dengan berbagai janji politik yang di tebar bak nelayan yang menjala ikan di lautan. Jika ada yang tertarik dengan jala yang ditebar maka ia akan terperangkap.

Selain itu, berbagai jargon partai yang mengatasnamakan rakyat juga ramai-ramai disuarakan meski belum tentu semuanya itu akan dilaksanakan dan sesuai dengan realitas perjuangan partai tersebut saat di parlemen.

Tertarik dengan tulisannya iqrak Sulhin (cnsjournal.com) menceritakan tentang dramaturgi politik karya dari goffman. memang benar saat ini begitu banyak calon presiden dan para pengurus partai politik menampilkan drama terbaik mereka di hadapan seluruh rakyat indonesia.

Mereka begitu ahli dalam bermain peran, muncul seperti seorang pahlawan yang memberikan harapan-harapan bagi seluruh rakyat. Dengan harapan yang di berikan itu mereka mencoba mempengaruhi masyarakat Indonesia agar terjebak dalam suatu kesadaran palsu. Memang mungkin ada sebagian dari harapan yang di berikan itu, ada yang di wujudkan untuk masyarakat.

Dramaturgi Politik hari ini sangat di bantu oleh konstruksi media massa, baik cetak, elektronik termasuk juga televisi. masyarakat indonesia yang menurut saya masih melihat tampilan personal seseorang, akan sangat mudah di pengaruhi oleh drama itu.

Media punya agenda setting dalam menggiring opini di ruang publik dan seperti halnya terdahulu, SBY juga menang karena dukungan media massa. Ia berhasil menciptakan drama luarbiasa di pentas media sehingga mampu menarik perasaaan masyarakat indonesia.

Tahun ini, upaya-upaya itu juga bermunculan, mulai dari pemilik media hingga yang di setting sedemikan rupa sebagai orang yang lugu, jujur, yang suka blusukan, dan sebagainya. Opini yang ditampilkan oleh media tentu ditangkap dengan pemaknaan yang simpatik oleh masyarakat.

Masyarakat seharusnya menyadari republik ini memerlukan orang yang tidak hanya menyelesaikan persoalan hari ini saja, namun mampu membawa republik ini menjadi bangsa besar yang sejahtera. Media yang kita akui sebagai pilar demokrasi akan menjadi pengabur makna demokrasi itu sendiri jika ruang publik di media massa di penuhi oleh sosok seorang capres saja yang lebih dominan dari lainnya.

Media diharapkan memberikan pencerdasan secara adil, dan masing-masing capres mendapatkan kesempatan sama untuk menampilkan dirinya. Dramaturgi politik akan sempurna bila media memberikan dukungan penuh bagi calon presiden tertentu. Dramaturgi Politik akan banyak menampilkan fakta tersembunyi dari seorang calon presiden.

Masyarakat harus mampu membedakan mana sebuah drama dan mana yang benar-benar memiliki visi untuk republik ini. Republik ini tidak bisa dibangun hanya lewat citra semata. Masyarakat tidak bisa sejahtera jika hanya mengandalkan popularitas semata.

@fatharyanto

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun